Keterbatasan menjalani aktivitas selama pandemi Covid-19 tentu saja membuat kita merasa jengah. Namun, demi memutus rantai penularan tentu saja mau tidak mau harus dilakukan. Upaya penanggulangan dan pengendalian dilakukan oleh pemerintah melalui sosialisasi protokol kesehatan serta menggencarkan pelaksanaan vaksinasi pada berbagai daerah di Indonesia. Capaian vaksinasi dosis 1 mencapai 65,02 persen, vaksinasi dosis 2 mencapai 43,32 persen, sedangkan vaksinasi dosis 3 sebesar 82,52 persen.
Memasuki era new normal, adaptasi sangat perlu dilakukan sebagai strategi untuk bertahan, diantaranya perubahan perilaku. Artinya, kepatuhan penerapan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari seperti memakai masker, pola gaya hidup lebih bersih dan sehat, mencuci tangan serta menjaga jarak. Menjaga kesehatan diri dan lingkungan tidak hanya berguna untuk mencegah penularan Covid-19 namun juga berbagai macam penyakit lain, misalnya HIV/AIDS.
HIV (Human Imunodeficiency Virus) merupakan salah satu virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia. Virus HIV dapat masuk ke dalam sel darah putih dan merusaknya, sehingga jumlah sel darah putih sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi akan menurun. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh menjadi lemah sehingga mudah terkena berbagai penyakit. Kondisi inilah yang disebut Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). Berbagai kumpulan penyakit yang muncul akibat sistem kekebalan tubuh disebabkan oleh HIV.
Data dari Kementerian Kesehatan, hingga Maret 2021 jumlah kasus HIV yang ada dilaporkan sebanyak 427.201 orang, sedangkan jumlah kumulatif kasus AIDS yang dilaporkan sampai dengan Maret 2021 sebanyak 131.417. Kasus HIV seperti fenomena gunung es, data kasus yang ditemukan sesungguhnya lebih kecil daripada yang sebenarnya terjadi. Hal ini dikarenakan salah satunya adalah ketidakterbukaan status seseorang terinfeksi HIV karena takut akan stigma serta diskriminasi.
Berbeda dengan Covid-19, sampai saat ini vaksin untuk HIV belum ditemukan. Sebenarnya, HIV dapat dikendalikan sedini mungkin dengan menghindari faktor-faktor penularan HIV. Adapun cara penularan HIV melalui cairan tubuh seperti darah, sperma, air mani, cairan vagina dan air susu ibu yang terinfeksi HIV.
Tahapan Infeksi HIV
Seseorang yang terinfeksi HIV pada umumnya tidak menyadari bila terpapar virus tersebut. Tahapan infeksi HIV kira-kira membutuhkan waktu 2-15 tahun hingga menimbulkan gejala.
Berikut ini tahapannya:
1. Periode masa jendela
Pada periode ini, virus sudah masuk dalam tubuh, namun antibodi HIV masih menunjukkan hasil negatif. Antibodi belum terdeteksi karena kadarnya belum memadai dan biasanya akan muncul dalam waktu 3-6 minggu hingga 12 minggu setelah terinfeksi. Harus diperhatikan bahwa periode ini, orang yang terinfeksi HIV sudah bisa menularkan kepada orang lain.
2. Periode infeksi
Saat HIV sudah masuk dalam tubuh dan berhasil mereplika serta perlahan melumpuhkan sistem kekebalan tubuh. Gejala yang akan timbul seperti demam, mual, muntah, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, diare serta penurunan berat badan. Periode ini mulai 2-6 minggu setelah terinfeksi.
3. Periode AIDS
Jumlah CD4 atau sel yang ada dalam kekebalan tubuh mulai menurun karena adanya HIV yang menginfeksi tubuh. Untuk jumlah CD4 normal berkisar 500-1.600. Apabila jumlah CD4 di bawah 200 maka telah terjadi kerusakan sel kekebalan tubuh. Akibatnya akan mudah terserang penyakit. Berbagai kumpulan penyakit pada seseorang yang terinfeksi HIV disebut AIDS. Beberapa gejala yang menyertai diantaranya infeksi paru, jamur pada tenggorokan, sesak napas, demam lebih dari 10 hari serta diare pada waktu yang lama.
Memangnya Tes HIV Penting?
Penampilan fisik seseorang tidak menjamin terbebas dari HIV. Banyak dari kita tidak mengetahui bahwa diri kita sebenarnya sehat dari HIV atau justru kita telah terinfeksi. Guna mengetahui status seseorang apakah terinfeksi HIV atau tidak perlu dilakukan tes HIV.
Dokter akan menganjurkan tes HIV pada seseorang yang memiliki risiko terinfeksi misalnya mengkonsumsi obat-obatan melalui jarum suntik, wanita hamil atau menyusui, bayi yang dilahirkan oleh ibu terinfeksi HIV, penerima transfusi darah, pekerja seksual hingga penderita penyakit menular seksual.
Ada tiga jenis tes HIV utama yaitu tes mandiri, tes cepat dan tes antigen antibodi. Biasanya, sebelum seseorang secara resmi didiagnosis dengan HIV, mereka akan menjalani setidaknya dua dari tes tersebut. Tes HIV sangat penting untuk dilakukan, meskipun masih banyak masyarakat yang takut bahkan ragu untuk melakukan tes HIV tersebut.
Padahal dengan mengetahui status tubuh terinfeksi HIV atau tidak, akan lebih memudahkan langkah selanjutnya. Apakah langkah pengobatan dengan ARV (Anti Retroviral) atau pencegahan dari HIV. Jika tidak diketahui sejak dini, dapat mengakibatkan munculnya calon-calon orang terinfeksi HIV baru.
Untuk mendapatkan layanan tes HIV dapat berkunjung ke rumah sakit atau ke pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Pada fasilitas kesehatan tersebut tersedia klinik VCT (Voluntary Counselling Tes) untuk tes HIV dengan cara diambil sampel darah tubuh kita.
Sebelum dan sesudah tes juga akan ada konsultasi dan pendampingan dari tenaga kesehatan kepada pasien. Jangan khawatir akan hasil tes HIV. Kerahasiaan sangat dijamin. Jadi berani kan untuk tes HIV?
(Oleh: Fajar Nur Farida, S.E, M.P.H, Administrator Kesehatan Muda, RSUD Muntilan Kabupaten Magelang)
0 Komentar