Potensi Bencana Bukan Hanya Erupsi Merapai Tetapi Juga Lekuifaksi, But Don’t Worry

Dilihat 397 kali

POTENSI bencana bukan hanya banjir lahar dingan kibat erupsi merapai tetapi juga lekuifaksi, demikian Dhanik Ernawati, ST., M.Eng menulis pesan WhatsApp, sebagai pengantar undangan seminar Identifikasi Awal Pemetaan Potensi Struktur Sesar Berdasarkan Analisa Geomorfologi dan Data Geologi Lapangan, Tanggal 8 Desember 2023.

Likuifaksi tanah atau sering disebut likuifaksi gempa adalah keadaan hilangnya kekuatan tanah, sebaliknya, tanah yang tadinya padat menjadi mudah bergeser. Fenomena ini terjadi pada tanah yang mengandung banyak air, kemudian terdampak gelombang seismik ketika gempa bumi terjadi, Britannica sebagaimana dilansir https://tirto.id/. Selanjutnya, dijelaskan bahwa tanah berpasir, berlumpur, dan berkerikil dengan drainase (saluran pembuangan air) buruk rentan terhadap likuifaksi.

Selain karena faktor alami, likuifaksi tanah dapat pula terjadi karena peledakan, pemadatan tanah, dan proses vibroflotation (menggunakan alat penggetar untuk mengubah struktur butiran tanah) juga rentan mengalami peristiwa ini.

Seminar dengan dua narasumber, Adi Sulaksono dan Tim, dengan materi Kajian Awal Pemetaan Struktur Sesar Berdasarkan Analisis Geomorfologi dan Data Geologi Lapangan di Wilayah Kabupaten Magelang Pusat Survei Geologi Badan Geologi, Kementerian ESDM. Dan Sukahar Eka Adi Saputra, Ph.D. Penyelidik Bumi Ahli Muda, dengan materi Tektonika Struktur Geologi - Kebencanaan Geologi Dalam Menunjang Perencanaan Pembangunan & Pengembangan Wilayah.

Peta Minim Legenda

Adi Sulaksono dalam slide metode penelitian, menyebut investigasi morfotektonik. Dalam laman https://www.bing.com/ dijelaskan bahwa morfotektonik merupakan cabang geomorfologi yang membahas tentang aktivitas tektonik. Analisa morfotektonik mengunakan variabel perhitungan dan analisa cekungan drainase dengan mengunakan sistem informasi geospasial, yang  memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat aktivitas tektonik di suatu daerah dan sekitarnya.

Selanjutnya Adi Sulaksono yang pendidikan terakhir PhD di Akita University Japan ini membuat lima kesimpulan atas penelitinya.

1.   Keberadaan sesar di Kabupaten Magelang = NYATA.

2.   Pola sesar identik dengan sesar-sesar major di yang ada.

3.   Sesar-sesar di   yang ada teridentifikasi umumnya berarah NE-SW, NNW-SSE, N-S, E-W.

4.   Ada indikasi sesar aktif yang memotong endapan gunung api kuarter

5.   Perlu tanggapan serius atas  kondisi geologi ini

Secara geologi, sesar disebut juga sebagai patahan atau faults. Mengutip dari situs ESDM Lampung, sesar adalah patahan sebagai bidang rekahan yang disertai oleh adanya pergeseran relatif (displacement) satu blok terhadap blok batuan lainnya, demikian laman www.google.com.

Untuk konfirmasi dan untuk mendapatkan second opinion, respon laman www.bing.com, melalui pelacakan berbagi sumber, sebagai berikut. Berdasarkan sumber-sumber, antara lain Kabupaten Magelang Dalam Angka, dan beberapa penelitian untuk skripsi, tesis dan disertai, Kabupaten Magelang merupakan daerah yang rawan gempa bumi akibat aktivitas tektonik di sekitarnya.

Daerah ini terletak di dekat Pegunungan Menoreh, yang merupakan bagian dari Pegunungan Kulon Progo, yang tersusun dari beberapa gunung api tersier, yaitu Gunung Ijo, Gunung Menoreh, dan Gunung Gajah. Gunung Menoreh adalah gunung api termuda yang terbentuk pada Miosen Akhir.

Struktur sesar yang mengontrol sebaran batuan di daerah ini adalah sesar mendatar kiri, yang diakibatkan oleh tegangan yang berasal dari arah utara-selatan. Sesar ini berarah NE-SW dan menjadi jalur untuk fluida hidrotermal naik ke permukaan, sehingga membentuk pola alterasi hidrotermal.

Sesar ini juga mempengaruhi persebaran batuan vulkanik dan batuan sedimen yang berada di daerah ini. Intinya, penemuan/penelitian tentang adanya sesar di Kabupaten Magelang, bukanlah hal baru.

Pengetahuan Tektonik

Pembicara kedua, Sukahar Eka Adi Saputra, Ph.D, yang telah menerbitkab bukunya Bumi Cianjur Berguncang, Geologi Menyelidiki dan Memitigasi, membuka paparan dengan pertanyaan: Mengapa pengetahuan tektonik begitu penting bagi kita. Ada tiga jawaban diberikan.

1.   Pergerakan lempeng tektonik aktif menimbulkan aktivitas kegempaan, gunung api aktif, dan tsunami, sehingga sangat berpotensi menimbulkan bahaya geologi;

2.   Kita tidak bisa menghentikan proses yang dahsyat bencana geologi ini. Maka kita harus beradaptasi, siap dan tanggap terhadap bahaya geologi, tapi tergantung dimana & bagaimana kita hidup

3.   Pemerintah (Badan Geologi) memegang peranan untuk mengatur mitigasi bencana geologi.

Setelah memaparkan PENGETAHUAN TEKTONIK, dalam 40 slide berupa peta lengkap dengan legenda, disampaikan dua pesan tentang mitigasi bencana dan pengurangan kerentanan bencana.

Kegiatan Pencegahan dan Mitigasi Bencana Gempa Bumi, meliputi.

1.   Gempa bumi tidak dapat dicegah dan sampai sekarang gempa bumi belum dapat diramalkan dengan baik/tidak dapat diramal kejadiannya

2.   Yang dapat dilakukan adalah mengurangi/mencegah dampak kerugian yang terjadi bila terjadi gempa bumi = mitigasi gempa

3.   Kegiatan mitigasi bersifat preventive dan proactive

4.   Secara ekonomi lebih hemat mencegah daripada memperbaiki kerusakan

Sedangkan untuk Mengurangi Kerentanan Terhadap Bencana Gempa Bumi, dapat dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

1.   Meningkatan kesadaran masyarakat

2.   Meningkatkan kemampuan institusional (manajemen bencana, tanggap darurat, penyuluhan, pengawasan)

3.   Meningkatkan kualitas bangunan (tata ruang, tata bangunan, prasarana kritis)

4.   Menigkatkan kemampuan masyarakat membangun bangunan tahan gempa bumi

5.   Melatih masyarakat begaimana bertindak pada saat terjadi gempa bumi

6.   Mempersiapkan sarana-sarana tanggap darurat.

So what? Don't Worry

Seminar yang dilaksanakan secara daring dan luring ini, dapat menjangkau peserta yang lebih luas, antara lain dari UGM di Yogyakarta dan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana).

BNPB memberikan arahan tentang pentingnya pengurangan resiko bencana, perlu penelitian lanjutan terkait apakah sesar yang ada aktif, dan untuk diskusi lanjutan dapat berkolaborasi dengan pusta gempa nasional (PGN).  

Rina Purwaningsih, Mahasiswa S-3 UGM menanyakan tentang tindak lanjut atas temuan dari penelitian ini (so what?). Apakah akan disimpan sebagai arsip atau dipakai sebagai dasar dalam pembuatan kebijakan Pembangunan.

Mengingat bahwa temuan geologis ini sangat penting bagi penentuan kebijakan-kebijakan, antara lain, standar kualitas banguan, sumberdaya yang lain, misalnya lahan pertanian dan non-pertanian, dan Pembangunan infrastruktur.

Terhadap pertanyaan bahwa  KSB Borobudur berdiri di atas sesar yang sangat berpotensi bencana, utamanya gempa. Eka Sukahar, memberi respon untuk belajar dari pengalaman hasil penelitian di komplek Candi Prambanan.

Hasil riset menunjukkan bahwa disekeliling komplek Candi Prambanan terdapat "buffer zone" berupa ruang hampa (rongga tanah) yang dapat meredam getaran akibat gempa.

Belajar dari temuan di Candi Prambanan, patut diduga bahwa di dalam Tim Empu Guna Dharma, arsitek pembanguan Candi Borobudur, ada yang telah menentukan buffer zone di seputar Candi Borobudur yang dapat meredam getaran akibat gempa. Jadi kesimpulannya, walaupun ada sesar di seputar Candi Borobudur, tidak usah terlalu cemas, Don't worry.

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar