Selamat, IPM Kabupaten Magelang Meningkat Lebih Cepat

Dilihat 737 kali

Kabupaten Magelang mengalami peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) lebih cepat dibandingkan Provinsi Jawa Tengah. Dalam periode tahunan, tahun 2023-2024 IPM Kabupaten Magelang meningkat 0,54 poin sementara IPM Provinsi Jawa Tengah hanya meningkat 0,48 poin.


Dalam jangka menengah, tahun 2021-2024 IPM Kabupaten Magelang meningkat 0,75 persen sementara IPM Provinsi Jawa Tengah hanya meningkat 0,69 persen. Demikian terpantau dari berita resmi statistik yang dikeluarkan BPS Kabupaten Magelang dan BPS Provinsi Jawa Tengah.


Peningkatan IPM Kabupaten Magelang tahun 2023-2024 sebesar 0,54 poin, juga lebih tinggi dari peningkatan IPM Kabupaten Wonosobo (0,45 poin), dan Kabupaten Temanggung (0,53 poin). Namun lebih rendah dari peningkatan IPM Kota Magelang (0,98 poin) dan Kabupaten Purworejo (0,81 poin).


Dalam IPM tergabung tiga komponen utama: kesehatan, pendidikan, dan standar hidup layak. Komponen kesehatan: diukur melalui indikator usia harapan hidup (UHH) saat lahir. UHH mencerminkan kesehatan masyarakat secara umum dan kemampuan akses ke layanan kesehatan.


Dua indikator utama untuk mengukur komponen pendidikan: rata-rata lama sekolah (jumlah tahun pendidikan formal yang diterima oleh penduduk usia 25 tahun ke atas) dan harapan lama sekolah (perkiraan jumlah tahun pendidikan yang diharapkan diterima oleh anak-anak pada usia sekolah).


Pendapatan domestik regional bruto (PDRB) per kapita digunakan untuk komponen standar hidup layak atau pengeluaran per kapita yang disesuaikan atau PPP (purchasing power parity). Indikator ini menggambarkan kemampuan ekonomi wilyah dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan pakaian atau sandang, pangan dan papan.


Dalam berita resmi statistik diwartakan bahwa peningkatan IPM Kabupaten Magelang terjadi pada semua komponen, baik kualitas kesehatan, pendidikan, maupun pengeluaran per kapita yang disesuaikan. Namun, peningkatan IPM kali ini belum memberikan posisi yang lebih baik dibandingkan kabupaten/kota di eks Karesidenan Kedu. 


Pada tahun 2024 IPM Kabupaten Magelang sebesar 71,10 berada di posisi terendah kedua setelah Kabupaten Wonosobo yang mencatatkan IPM 70,63. Posisi teratas ditempati Kota Magelang yang mencapai nilai IPM sebesar 82,15.


Mengingat IPM yang tinggi menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki tingkat pendidikan yang baik, angka kematian yang rendah, dan tingkat kesejahteraan ekonomi yang tinggi, maka untuk meningkatkan ketiga komponen ini diperlukan kerja keras, kerja cerdas dan kerja iklas.


Meningkat Tipis


Baik pada level provinsi maupun kabupaten/kota eks Karesidenan Kedu pada dua indikator utama untuk mengukur komponen pendidikan, yaitu rata-rata lama sekolah (RLS) dan harapan lama sekolah (HLS) semua naik tipis atau hanya sebesar 0,01 poin. Perkecualian pada Kota Magelang, HLS naik 0,12 poin dan RLS naik 0,13 poin, juga Kabupaten Purworejo RLS-nya naik 0,19 poin.


Peningkatan tipis tidak mengubah posisi Kabupaten Magelang dari peringkat kedua terbawah bersama Kabupaten Temanggung pada capaian indicator HLS sebesar 12,62 tahun. Artinya, diperkiraan anak-anak pada usia sekolah saat ini mempunyai peluang untuk menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi, tetapi putus kuliah pada semester kedua.


Peringkat HLS terendah ditempati Kabupaten Wonosobo pada angka 11,81 tahun. Artinya, pada usia sekolah saat ini mempunyai peluang untuk menyelesaikan pendidikan hanya SMA/SMK, tetapi putus kuliah pada semester keenam. Peringkat HLS tertinggi ditempati Kota Magelang pada angka 14,62 tahun.


Peringkat tertinggi ketiga dicapai Kabupaten Magelang pada indicator RLS sebesar 7,83 tahun, setara dengan menempuh Pendidikan Tingkat SMP, tetapi putus sekolah pada pada semester kedua. Peringkat terendah Kabupaten Wonosobo pada angka 6,90 tahun. Peringkat RLS tertinggi ditempati Kota Magelang pada angka 11,43 tahun.


Kenaikan tipis sebesar 0,24 tahun juga terjadi pada indikator Usia Harapan Hidup (UHH). Saat ini Kabupaten Magelang mencatat UHH sebesar 74,68 tahun. Artinya, dengan memperhitungkan kondisi pelayanan kesehatan yang ada, peluang pendidikan yang mungkin dicapai, dan kesejahteraan ekonomi yang dapat dinikmati, bayi yang lahir saat ini diperkirakan akan mencapai usia 74,68 tahun.


Selanjutnya, kenaikan tipis sebesar Rp433.000 terjadi pada indikator pengeluaran per kapita yang disesuaikan. Dengan kenaikan ini,  Kabupaten Magelang mencapai paritas daya beli pertahun sebesar Rp10.960.000 per kapita.


Pembangunan Inklusif


IPM memberikan gambaran yang lebih lengkap dan menyeluruh tentang pembangunan manusia dibandingkan dengan indikator lain, misalnya  PDRB per kapita yang fokus aspek ekonomi. Mengingat IPM memperhitungkan berbagai aspek kehidupan maka program untuk mecapainya tidak cukup dilakukan secara sektoral, tetapi harus inklusif menyertakan berbagai sektor.


Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pertumbuhan ekonomi daerah memiliki hubungan yang erat dan saling mempengaruhi atau resiprokal. Misalnya, kesehatan berpengaruh pada produktivitas. Tenaga kerja  yang lebih sehat lebih produktif, dan gilirannya pertumbuhan ekonomi meningkat. Selanjutnya, pekerja yang sehat memiliki lebih sedikit hari sakit, lebih banyak energi, dan efisiensi kerja yang lebih tinggi, yang berkontribusi pada peningkatan output ekonomi.


Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi pendidikan. Pendidikan yang lebih baik meningkatkan keterampilan dan kemampuan kerja. Tenaga kerja yang terdidik dan terampil cenderung lebih inovatif, meningkatkan daya saing ekonomi dan menarik investasi.


Pendapatan dan daya beli mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pendapatan yang lebih tinggi meningkatkan daya beli atau meningkatkan konsumsi. Konsumsi lebih banyak barang dan jasa, yang mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan permintaan.


Secara umum, IPM yang tinggi yang berarti kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik menjadi prakondisi untuk pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan tersedia sumber daya dan sumber dana untuk pembangunan atau investasi dalam kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur, yang pada gilirannya IPM meningkat.


Penulis: Budiono, Pengamat Sosial Ekonomi

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar