BERITAMAGELANG.ID - Di tengah gencarnya arus informasi serba digital saat ini, dunia pendikan ditantang untuk melahirkan generasi yang bukan hanya sekadar pandai dalam ranah intelektual, namun juga tetapi juga tangguh secara aspek emosional, fleksibel beradaptasi dalam menghadapi segala transformasi, serta berkarakter. Salah satu pendekatan yang kini menjadi perhatian dan telah digulirkan oleh Kemendikdasmen dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah deep learning atau pembelajaran mendalam.
Pembelajaran Mendalam (PM) ini merupakan cara pendang baru dalam mendidik dan mendorong murid untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, dan terkoneksikan dengan dunia maya. Perlu juga disadari, transformasi pendidikan pada saat ini tidak hanya berkisar pada teknologi atau kurikulum, tetapi juga terkait dengan persoalan menciptakan pengalaman belajar bermakna.
Pembelajaran Mendalam telah diterapkan di beberapa negara, baik secara eksplisit dan implisit sebagai prinsip pendekatan pembelajaran. Norwegia menerapkan PM sebagai framework kurikulum dengan menerapkan konten esensial, pendekatan multidisiplin dan interdisiplin dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan murid. Adapun tujuannya tak lain untuk mengembangkan kemampuan murid dalam pengetahuan dan keterampilan holistik yang dapat diaplikasikan dalam berbagai mata pelajaran.
Beberapa negara telah menerapkan prinsip PM seperti Inggris, Finlandia, Jerman, Australia, Jepang, Korea Selatan dan beberapa negara lainnya dengan menciptakan pembelajaran yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan. Beberapa negara menerapkan pembelajaran yang inklusif untuk menciptakan kenyamanan murid untuk berpartisipasi mencapai kompetensinya (Kemendikdasmen, 2025).
Pemanfaatan Digital
Pada dasarnya implikasi PM merupakan pendekatan yang memuliakan dengan menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran berkesadaran, bermakna,dan menggembirakan melalui olah pikir, olah hati, olah rasa,dan olahraga. Pendekatan pembelajaran ini dilakukan secara holistik dan terpadu yang tidak hanya berfokus pada penguasaan materi akademik namun juga perkembangan karakter dan kemampuan fisik.
Pembelajaran mendalam menekankan pemahaman korelasi antara konseptual, prosedural, dan implementasi pengetahuan yang diterima murid dalam konteks yang inovatif. Elaborasi digital saat ini dapat dimanfaatkan secara optimal untuk lebih meningkatkan keterlebitan murid dalam proses pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas.
Lebih jauh lagi, PM menekankan bahwa proses pembelajaran bukan hanya sekadar transfer ilmu, melainkan penciptaan suasana yang tujuan mendasarnya adalah memuliakan murid untuk membentuk pribadi utuh. Perspektif filosofi ini didasarkan pada sudut pandang pendidikan holistik yang menyeimbangkan berbagai aspek baik spiritual,fisik, intelektual, juga emosional.
Pendekatan dalam pembelajaran mendalam ini juga menegaskan pentingnya sinkronisasi antara pikiran, perasaan, dan tindakan, sebagaimana diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara melalui sistem among yang berbasis nilai asah, asih, dan asuh. Dengan kesadaran penuh, seluruh murid diajak memahami bahwa belajar adalah proses refleksi mendalam yang melibatkan penerimaan terhadap keragaman perspektif dan komitmen untuk terus berkembang.
Adapun prinsip utama dalam PM tersebut adalah pertama, berkesadaran (mindful learning). Pembelajaran tidak hanya melibatkan pemahaman informasi, tetapi juga bagaimana individu terlibat sepenuhnya secara mental dan fisik dalam proses pembelajaran, membuka diri terhadap berbagai pengalaman baru, dan berpikir positif yang lebih fleksibel dan terbuka.
Pembelajaran mendalam memberikan peluang keterlibatan murid secara aktif, menstimulasi refleksi dalam pembelajaran, dan aplikasi pengetahuan yang lebih global. Di tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pendekatan ini dapat dimulai dengan mengajarkan anak mengenali dan mengekspresikan emosinya dengan cara yang sehat.
Di tingkat Sekolah Dasar (SD), refleksi harian melalui jurnal belajar membantu murid memahami keterhubungan antara pelajaran di kelas dan kehidupan sehari-hari. Kesadaran ini bukan hanya tentang aspek akademis, tetapi juga tentang membangun fondasi kesejahteraan emosional dan spiritual yang kokoh sejak dini.
Kedua, bermakna (meaningful learning). Pembelajaran bermakna akan optimal apabila murid mampu mengorelasikan informasi aktual dengan pengetahuannya. Proses ini memungkinkan murid untuk melihat relevansi antara teori dan praktik, sehingga pengetahuan yang diperoleh tidak hanya sekadar informasi hafalan, tetapi juga perlu dipahami dan dapat diimplementasikan
Ketiga, menggembirakan (joyful learning). Dalam prinsip ini bertujuan untuk menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan dan positif dengan pengalaman belajar interaktif, menantang dan penuh rasa ingin tahu. Murid diharapkan merasa tertarik dan menikmati proses belajar sehingga mudah menyerap informasi dan mempertahankan hasil belajar. Metode yang digunakan dapat melibatkan permainan edukatif, penggunaan media kreatif, hingga diskusi kelompok yang dinamis sehingga merangsang motivasi dan kreatifitas murid dalam menemukan solusi.
Sebagai contoh di tingkat PAUD, suasana belajar dapat diimplementasikan dengan pembelajaran ekplorasi juga kreativitas, seperti melalui media lagu, tari, dan bebagai permainan edukatif yang menggembiran. Di tingkat SD, aktivitas bercerita dan kegiatan kelompok yang dinamis membantu murid tetap fokus dan antusias. Sedangkan di jenjang pendidikan menengah dapat digunakan teknik gamification dan simulasi digital yang dapat digunakan membuat materi yang lebih menarik dan mudah dipahami oleh murid.
Ketiga prinsip utama tersebut diharapkan dapat mendorong murid untuk belajar secara sadar dan penuh perhatian, menikmati proses pembelajaran dengan antusias dan semangat serta menemukan makna dan relevansi dari dipelajari terhadap kehidupan mereka yang sangat berguna untuk masa depannya.
Peran Guru
Peran guru dalam pembelajaran mendalam sangat signifikan karena merupakan ujung tombak dalam proses pembelajaran. Guru tidak hanya memfasiliasi saja, namun yang paling mendasar guru memiliki peran sebagai aktivator, kolaborator, dan pengembang budaya belajar. Ketiga peran tersebut saling berkelindan satu sama lainnya. Sebagai aktivator yang mendorong murid untuk mencapai tujuan belajar, kolaborator yang bekerja sama dengan murid dan pihak lain, serta pengembang budaya belajar dengan menciptakan lingkungan yang mendukung murid berani mengambil risiko dan mampu bereksplorasi.
Pembelajaran mendalam yang diterapkan sebagai pendekatan pembelajaran ini, tentunya layak diapresiasi, karena perlu disadari tantangan masa depan bangsa ini ke depannya semakin kompleks. Dengan strategi yang inklusif, lingkungan belajar yang kondusif, dan dukungan teknologi yang efektif, pendidikan Indonesia memiliki peluang besar untuk melahirkan generasi yang bukan hanya unggul dalam pengetahuan, tetapi juga
Di samping itu, pembelajaran mendalam dapat menjadi titik pijak transformasi pendidikan untuk menuju pendidikan lebih progresif dalam menghadapi tantangan ke depan yang lebih dinamis dan kompleks.
Penulis: Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd.. Guru Seni Budaya SMK Wiyasa Magelang
0 Komentar