Visualisasi dan Jangkauan Tanpa Batas Mengubah Karakter Asli Media Radio

Dilihat 721 kali

ENTAH mengapa tiba-tiba ingatan ini kembali ke masa kanak-kanak hingga remaja, yang menurut saya sangat mengesankan dan tak terlupakan. Teringat setiap pagi, saat subuh menjelang, terdengar suara pengajian K.H Zaenudin M.Z, menggema di ruang keluarga. Rupanya ibu saya sengaja menyalakan radio dengan volume cukup keras, untuk membangunkan anak-anaknya agar segera bangun dan bersiap berangkat sekolah. Sementara beliau, melakukan aktivitas pagi, menyiapkan sarapan dan bersiap-siap pergi mengajar.

Pun ketika bulan Ramadhan tiba, setiap selepas shalat ashar, saya membantu ibu menyiapkan menu berbuka puasa, sambil mendengarkan radio muali dari pengajian, musik, hingga sandiwara radio. Sandiwara radio kala itu menjadi acara favorit yang bisa memaksa kami sekeluarga duduk bersama di ruang keluarga. Duduk tenang tak bersuara agar tak ketinggalan satu kata pun dialog yang diucapkan para pemainnya. Sungguh rugi jika ada kata-kata yang terlewat, walau hanya sepatah, karena acara benar-benar tak bisa diputar ulang. Bahkan, untuk begeser tempat duduk pun juga dilakukan dengan sangat hati-hati, karena begitu keluar suara yang cukup keras dan mengganggu, otomatis harus menerima bentakan dari anggota keluarga lain, terutama yang lebih tua.

Ketika masih kanak-kanak hingga remaja, media radio memang menjadi teman beraktivitas dan beristirahat, sebagai pengantar hingga terlelap. Acara musik menjadi andalan untuk mendapatkan hiburan sebagai pelepas lelah, sekaligus ajang kirim-kirim salam bagi teman-teman dekat. Lagu-lagu hits selalu dinanti di setiap acara siaran musik. Tak jarang, ketika lagu favorit diputar, pulpen dan kertas siap untuk mencatat syair lagu, agar bisa mudah menghafalkannya.

Hal yang lebih menarik adalah saat pertama kalinya sandiwara radio “Saur Sepuh" difilmkan. Gedung bioskop membeludak dipenuhi penonton yang ingin menyaksikan visualisasi sandiwara radio kesayangan mereka. Para penonton seakan ingin menyinkronkan imajinasi mereka selama ini dengan tayangan yang disuguhkan di layar lebar. Mereka rela berjubel mengantri demi menyaksikan hiburan favorit mereka dalam versi yang berbeda.

Berubah Karena Adanya Internet

Perkembangan teknologi informasi, membawa dampak perubahan dan menumbuhkan berbagai kemudahan, kecepatan dan keanekaragaman dalam segala bidang. Terlebih ketika internet mulai hadir, menguasai hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Dengan adanya internet, seakan tak ada yang tak mungkin di dunia ini, termasuk inovasi pada media radio, yang juga mengalami perkembangan. Radio yang semula hanya menjadi media dengar, dengan jangkauan terbatas, kini karakter aslinya sudah mulai berubah.

Dengan adanya saluran internet, siaran radio tak hanya bisa didengarkan di area lokal, namun sudah tak terbatas, bahkan hampir di seluruh penjuru dunia bisa menikmatinya. Bukan hanya didengarkan, namun juga bisa disaksikan. Sehingga bisa dikatakan, karakter asli radio, yang merupakan media dengar, dengan jangkauan lokal yang terbatas, sudah tak berlaku lagi. Bahkan media yang digunakan untuk menikmatinya, sudah tidak harus berupa radio konvensional, namun bisa melalui komputer bahkan telepon seluler.

Tak hanya itu, kehadiran internet ternyata bisa membuat radio tak hanya menjadi media audio, namun meningkat menjadi media audio visual. Melalui sambungan internet, audience dapat menyaksikan siaran radio, secara langsung maupun rekaman. Bahkan, jika disiarkan melalui channel youtube, dapat disaksikan berulang-ulang. Alhasil, kondisi ini sudah menghilangkan kebebasan daya imajinasi pendengarnya.

Karakter Media Berubah Tanpa Meninggalkan Ciri Khas

Mungkin banyak yang berpikir, radio kini sudah meninggalkan ciri khasnya. Radio dulu dikenal sebagai media dengar murni, yang jangkauannya terbatas di area lokal serta melatih pendengarnya untuk menumbuhkan imajinasi. Namun kehadiran internet telah mengubah banyak hal. Hal ini bisa jadi membuat banyak orang bertanya. Lalu di mana ciri khas radio? Apa bedanya dengan televisi? Apa bedanya dengan media lain? Kalau sudah tak ada bedanya, buat apa dipertahankan?.

Meski mengalami banyak perubahan, radio tetaplah memiliki kekhasan yang tak dimiliki media lain. Media radio tetap bertahan untuk melayani request dari para pendengarnya. Pada acara siaran musik, penyiar akan selalu menawarkan para pendengar untuk bergabung, dengan mengirim salam dan melayani permintaan lagu yang sesuai dengan acara kepada pendengarnya, melalui saluran telepon maupun WhatsApp. Demikian juga dengan acara talkshow, pendengar juga bisa mengajukan pertanyaan dan akan langsung dijawab oleh narasumber.

Begitupun dengan para pendengar radio yang setia memantau dan bergabung di setiap acara radio, yang sering disebut sebagai monitor. Ada kalanya, mereka secara khusus mendatangi radio, bertemu dan bergaul akrab dengan para penyiar. Tak jarang, jika mereka memiliki hajat, mereka mengundang para penyiar radio untuk hadir dan sebaliknya. Bahkan, stasiun radio terkadang menyelenggarakan acara dengan mengundang para monitor, untuk bisa memberika saran dan masukan, sehingga tercipta kesempatan mereka untuk mengenal lebih jauh dan akrab dengan para penyiar radio yang selama ini hanya dikenal melalui suaranya.

Kondisi inilah yang tidak akan ditemuI di media selain radio. Memang secara karakteristik fisik dan hasil output siaran medianya telah mengalami banyak perubahan yang signifikan. Akan tetapi, interaksi penyiar dengan para pendengar inilah yang tetap bertahan hingga saat ini. Bahkan bisa terbawa hingga ke dalam pergaulan di luar dunia penyiaran.

Perubahan ciri khas media radio, memang seakan mengubah banyak teori mengenai media radio yang ada di masa lalu. Namun sebenarnya, perubahan ini bukanlah sesuatu yang negatif. Jangkauan yang semakin meluas dan adanya kesempatan untuk memvisualisasikan siaran radio, justru mengandung nilai keuntungan yang bisa dikatakan “meningkatkan status" media radio. Media radio tak lagi menjadi milik daerah semata, namun sudah dapat dinikmati di hampir seluruh penjuru dunia. Kondisi ini setidaknya lantas membuat personil-personil media radio menjadi terpacu untuk lebih meningkatkan kualitas output siaran. Para penyiar menjadi termotivasi untuk tampil sebaik mungkin, dengan memerluas wawasan dan pengetahuan. Selain itu juga menonjolkan style yang menjadi ciri khas, serta menciptakan inovasi-inovasi yang dapat diterima dan disukai oleh pendengar. Tentunya ini menjadi tantangan tersendiri bagi para personil di media radio.

Dengan jangkauan yang semakin luas, media radio juga bisa menjadi sarana untuk mengenalkan berbagai hal yang menjadi ciri khas suatu daerah kepada dunia luar, seperti bahasa dan budaya. Seperti pengalaman saya ketika membawakan acara siaran lagu-lagu campursari. Hal ini ternyata bisa menjadi pengobat rindu para pendengar yang sedang merantau ke luar Jawa, bahkan yang berada di luar negeri. Ada rasa bangga dan bahagia, ketika pekerjaan yang dilakukan ternyata dapat bermanfaat dan mengesankan bagi orang lain.


Penulis adalah Pengolah Informasi Media pada Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Magelang

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar