Web3, Sebuah Privasi Masa Depan Internet

Dilihat 328 kali
Privasi pada Web3

Sekitar Mei 2024 terjadi pencurian data di perusahaan yang berasal dari Amerika Serikat bernama Ticketmaster. Perusahaan ini berfokus pada penjualan tiket acara secara daring. Mengutip dari BBC, sekelompok peretas telah mencuri data 560 juta pelanggan. 


ShinyHunters, kelompok yang mengaku bertanggung jawab, mengatakan data yang dicuri meliputi nama, alamat, nomor telepon, dan sebagian rincian kartu kredit dari pengguna Ticketmaster di seluruh dunia. Dilaporkan meminta tebusan sebesar $500.000 (400.000 euro). Dari kejadian Ticketmaster ini, kita tahu bahwa data sangatlah penting.


Tidak menutup kemungkinan data kalian yang telah berlangganan di Ticketmaster tersebar luas di internet karena kejadian ini. Apa hubungannya dengan judul di atas? Apakah Ticketmaster tidak menggunakan teknologi itu? Sebagian besar platform penjualan masih menggunakan teknologi berbasis Web2. Kemungkinan Ticketmaster juga menggunakan teknologi yang sama. Apa itu Web2? Apakah sama dengan Web yang sering kita dengar. Kalau ada Web2 apakah ada Web1, Web3 atau bahkan Web4?


Sebelum masuk ke ranah yang lebih detail, kita akan belajar apa itu Web. Web sebuah kata yang tidak asing bagi kita sebagai pengguna internet, dan apa itu Web3? Sebelum masuk ke penjelasan Web3, kita pahami dulu apa itu web secara sederhana. 


Web atau bisa disebut WWW(World Wide Web) adalah bagian sistem internet yang terdiri dari halaman-halaman yang memungkinkan kita mengakses informasi dan layanan melalui internet menggunakan peramban (browser). Halaman-halaman saling terhubung satu sama lain membentuk sebuah jaringan informasi berbentuk teks, gambar, video dan berbagai jenis informasi lainnya. Jaringan informasi bisa disebut hypertext dan halaman web dihubungkan dengan halaman lainnya melalui hyperlink.


Walau tidak kita sadari web yang sering kita pakai ternyata sudah mengalami perkembangan. Perkembangan web itu sendiri ada beberapa versi. Sejauh artikel ini dibuat pada 31 Oktober 2024 terdapat 3 versi web.


Web 1.0




Generasi pertama dari web dan merupakan revolusi baru di dunia internet. Pada fase awal ini web yang dibangun masih bersifat statis. Kenapa bisa disebut statis? Karena konten yang ditampilkan di halaman-halaman tidak dapat diubah. Pengguna yang sebagai konsumen hanya bisa melihat informasi yang tersedia dan tidak bisa memberikan kontribusi secara langsung.


Web 2.0



Generasi kedua yaitu pengembangan generasi pertama dan bisa disebut social web. Pada generasi ini sebagai pengguna bisa berpartisipasi melakukan kontribusi secara langsung ke internet. Karena Web 2.0 bersifat dinamis, berbeda dengan Web 1.0 yang bersifat statis. Pengguna berperan sebagai produsen dan konsumen informasi. Beberapa platform yang sering kita gunakan seperti Facebook, Youtube, X, dan masih banyak lagi menggunakan teknologi ini.


Web 3.0



Generasi ketiga atau bisa dibilang era semantik web. Di era Web 3.0, pengguna tidak hanya bisa menjadi produsen dan konsumen di internet, tetapi juga bisa berpartisipasi dalam pengelolaannya. Web 3.0 dibangun dengan teknologi blockchain, kecerdasan buatan (AI), dan machine learning. Versi ini memberikan penawaran yang lebih efisien dalam pencarian dan pemberian informasi. Teknologi yang menerapkan Web 3.0 antara lain mata uang kripto, NFT, kecerdasan buatan / AI (Artificial Intelligence).


Kenapa Web3 bisa disebut privasi di masa depan?


Pembuatan Web 3.0 menggunakan teknologi blockchain, yang menjadikannya bersifat desentralisasi. Dengan demikian, pengguna memiliki kendali penuh atas data mereka tanpa perlu bergantung pada perantara atau platform terpusat. Dalam Web 3.0, data dan identitas pengguna disimpan secara terenkripsi di jaringan blockchain, yang artinya hanya pengguna yang memiliki akses dan kontrol terhadap data tersebut. 


Identitas yang disebutkan adalah DID (Decentralized Identifier), singkatnya adalah jenis identitas digital yang memiliki identitas yang sepenuhnya terdesentralisasi, tanpa ketergantungan pada otoritas pusat seperti perusahaan teknologi atau pemerintah. Data yang terpusat sering memiliki kebijakan tertentu untuk menyimpan data di layanan mereka, dari syarat-syarat yang harus terpenuhi dari pengguna sebagai konsumen, hingga larangan yang tidak boleh dilakukan pengguna layanan. Jadi, pengguna memiliki kendali lebih besar atas datanya, tidak lagi tergantung kepada pemilik layanan. 


Teknologi Web 3.0 ini menawarkan transparansi dan keamanan lebih tinggi serta perlindungan dari eksploitasi data oleh pihak ketiga, yang merupakan kelemahan utama dalam model internet saat ini. Hal ini menjadikan Web 3.0 sebagai langkah berikutnya dalam menjaga privasi dan kewenangan digital pengguna.


Data kita tersebar, apakah data tetap aman?

Meskipun data disebar di berbagai node dalam Web 3.0, sistem blockchain dirancang dengan mekanisme keamanan yang kuat, seperti enkripsi, konsensus, dan immutability, sehingga data tetap aman. Setiap data yang disimpan di blockchain akan dipecah dalam beberapa bagian di banyak node. Hanya pemilik yang memiliki kunci kriptografi yang tepat yang dapat mengaksesnya. Sehingga meskipun data tersebut tersebar, hanya pengguna yang memiliki kendali penuh atas data pribadi mereka yang bisa mengaksesnya. Ini membuat data pengguna lebih terlindungi dari pencurian, manipulasi, atau penyalahgunaan dibandingkan dengan sistem terpusat, di mana data sering kali rentan diretas atau dimanfaatkan pihak ketiga tanpa izin.



Foto: streamlinehq.com


Privasi di Web 3.0 dianggap penting karena pengguna memiliki kontrol penuh terhadap datanya tanpa campur tangan pihak ketiga. Web 3.0 memperkenalkan sistem yang lebih adil, terbuka, dan berfokus pada privasi serta otonomi.


Kejadian yang terjadi di Ticketmaster dan penjelasan apa itu web dan jenis-jenis web, kita bisa menyimpulkan bahwa data yang terpusat itu jika mengalami masalah maka akan sulit diatasi, tapi tidak menutup kemungkinan bisa diselesaikan. Web 3.0 mungkin salah satu pilihan yang bisa diterapkan.


Penulis: Muhammad Ridwan Hanafi, Programmer pada Dinas Kominfo Kabupaten Magelang

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar