Konferensi Internasional Perguruan Tinggi Buddha Digelar di Candi Borobudur

Dilihat 1207 kali
Konferensi International Borobudur Indonesia di Komplek Candi Borobudur Kabupaten Mgelang.

BERITAMAGELANG.ID - Kementerian Agama melalui Dirjen Bimas Budha bersama dengan Asosiasi Perguruan Tinggi Buddha Indonesia (APTABI) menyelenggarakan Konferensi Internasional Buddhist Conference of Indonesia di Bukit Dagi Komplek Taman Wisata Candi Borobudur Kabupaten Magelang.


Dirjen Bimas Buddha Supriyadi mengatakan, konferensi ini mengangkat tema: Encountering the Sacred: Borobudur as A Site of Pilgrimage and Tourism for the Buddhist World. Konferensi ini menghadirkan 10 negara dengan beberapa partisipan. Konferensi ini dalam rangka memaknai atas nota kesepakatan bersama antara 4 menteri dan 2 gubernur yang ditandatangani bersama pada Februari 2022 terkait Pemanfaatan Candi Borbudur untuk kepentingan ibadah Agama Umat Buddha Indonesia maupun dunia.


"Di sinilah rasa syukur kita, dengan satu event. Kemudian dibarengi dengan rasa syukur dengan nama Santutthicitta Borobudur dan ada juga dengan upaya membuat kebaikan dengan Mahasanghikadana," kata Supriyadi di sela kegiatan tersebut, Jumat (18/11/2022).


Lebih lanjut dikatakan, melalui Konfrensi International ini diharapkan dapat memberikan pemahaman terhadap masyarakat terkait keberadaan Candi Borobudur untuk Dharmayata Borobudur sebagai wisata. Tidak hanya sebagai mandala wisata super prioritas, keberadaan Candi Borobudur juga diharapkan menjadi pusat kegiatan keagamaan.


Menurut Supriyadi, berkaitan nota kesepakatan itu selama ini makna dari Candi Borobudur sudah dimanfaatkan untuk hari besar keagamaan umat Buddha yaitu Waisak dan Ashada. Ke depan akan digelar prosesi keagamaan lain seperti perayaan Kathina, Maghapuja dan lainnya.


"Kami berharap dengan adanya nota kesepahaman itu akan menambah daya tarik umat Buddha dunia untuk berkunjung ke Indonesia di Borobudur sehingga semakin meningkatkan kunjungan wisatawan dunia maupun domestiknya," harapnya.


Rangkaian kegiatan konfrensi Internasional 18-20 November 2022 ini berupa diskusi serta ritual pembacaan Sutta/ Sutra, gatha, dan mantra oleh semua peserta yang dipimpin para Bikhu. Selain Dirjen Bimas Buddha, Supriyadi, hadir pula sejumlah tokoh agama dan masyarakat Buddha, Kemenko PMK dan lainnya.


Sementara itu Staf Khusus Menteri Agama bidang Media dan Komunikasi Wibowo Prasetyo mengapresiasi konferensi internasional yang melibatkan para akademisi Buddhist. Ia melihat konferensi ini semakin menguatkan komitmen bersama dalam mewujudkan Candi Borobudur sebagai tempat peribadatan bagi umat Buddha Indonesia dan dunia. Komitmen ini tertuang dalam nota kesepakatan bersama antara 4 menteri dan 2 gubernur yang ditandatangani bersama pada Februari 2022.

 

"Internasional Buddhist Conference of Indonesia ini menjadi momentum yang sangat tepat untuk menjadikan Candi Borobudur sebagai pusat studi dan inspirasi bagi kita semua dalam membangun peradaban baru," tegas Wibowo.


Menurutnya, keberadaan Candi Borobudur tidak hanya untuk dikagumi keindahan seni arsitektur dan relief-reliefnya. Lebih dari itu, Candi Borobudur juga harus dikembangkan fungsinya sebagai sumber inspirasi dan juga kekuatan spiritualitasnya. Dalam pengembangannya sebagai daya tarik wisata, kata Wibowo, perlu memperhatikan unsur pendidikan sebagai nilai utama yang harus disampaikan kepada pengunjung, sehingga mendapatkan pengalaman berwisata yang lebih bermakna.


"Berbagai kegiatan dalam pemanfaatan dan pengembangan tentu tetap memperhatikan keberadaan Candi Borobudur sebagai warisan dunia yang harus dijaga kelestariannya, agar anak cucu kita juga dapat memiliki kebanggaan terhadap para pendahulunya," pesannya.


Candi Borobudur, terang Wibowo, dibangun sebagai simbol keagungan ajaran Buddha. Banyak ditemukan berbagai kajian bahwa agama Buddha yang telah lama tumbuh berkembang di Indonesia, nilai-nilai ajaran Buddha dituangkan dalam relief candi Borobudur. Karena itu, ujarnya, tidak berlebihan jika kemudian Candi Borobudur disebut sebagai piwulang atau pelajaran dari ajaran Agama Buddha Nusantara. Atas dasar itulah umat Buddha menempatkan Candi Borobudur sebagai tempat suci yang patut untuk dikunjungi, bukan hanya semata-mata melakukan Dharmayatra ke India.


Setiap umat Buddha, lanjut Wibowo, tentu ingin ber-dharmayatra ke tempat-tempat suci yang berkaitan dengan kehidupan Buddha sebagaimana yang dijelaskan dalam Mahaparinibana Sutta. Namun, kata dia, berkunjung ke tempat yang berkaitan dengan Dhamma seperti mengunjungi Candi Borobudur, merupakan perilaku baik untuk memupuk kebajikan dan keberkahan.


"Umat Buddha Indonesia hendaknya memiliki kebanggaan tersendiri atas keberadaan Candi Borobudur, sebagai karya agung, yang tiada duanya di dunia," tuturnya.


Wibowo berharap, upaya-upaya luhur yang telah dilakukan selama ini dapat meningkatkan kualitas kehidupan keeagamaan umat Buddha. Selain itu, umat Buddha juga dapat kembali menjalankan rutinitas ritualnya di Candi Borobudur. Umat Buddha kembali menjalankan tradisinya leluhurnya, melakukan puja tidak hanya di vihara, akan tetapi juga kembali melakukan ritual puja di candi-candi suci, seperti Candi Borobudur.


"Sangat diharapkan ke depan, umat Buddha akan terus mengisi ruang-ruang suci di Candi Borobudur dengan berbagai kegiatan keagamaan, sehingga akan menumbuhkan kembali kekuatan keyakinan umat Buddha Indonesia dan dunia," tandasnya.


Konferensi internasional ini dihadiri kurang lebih 10 negara dan partisipan dari luar negeri sekitar 20 orang serta peserta kita sekitar 300, 400 orang dilaksanakan di Bukit Dagi. Mereka antara lain berasal dari Sri Lanka, Thailand, Myanmar, Vietnam, India, Amerika, Nepal, Kamboja.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar