Magelang dan Boyolali Siapkan Intervensi Gizi Pengungsi Merapi

Dilihat 1721 kali
Proses simulasi bencana Merapi Desa Tlogolele, Kecamatan Selo Boyolali menuju sister village di Desa Bumirejo, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang.

BERITAMAGELANG.ID - Dua kabupaten di Jawa Tengah, yaitu Magelang dan Boyolali bersiap menerapkan intervensi gizi bagi pengungsi erupsi Gunung Merapi. Dalam dokumen rencana kontingensi yang disusun Undip dan UNICEF, penyediaan logistik pengungsi memerhatikan kebutuhan sesuai usia, dari balita, lansia hingga kelompok disabilitas, agar tidak muncul penyakit akibat salah konsumsi di lokasi pengungsian.


Sebagai tindak lanjut dari rencana itu, diadakan gladi lapang di Desa Tlogolele, Kecamatan Selo Boyolali. Sebanyak lebih kurang 100 orang warga berpartsipasi dalam simulasi bencana.


Disimulasikan, warga desa tersebut diungsikan menuju sister village yang ada di Desa Bumirejo, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. Pengungsi terdiri dari anak-anak, dewasa, hingga warga berkebutuhan khusus.


Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang, Edi Wasono mengatakan, pihaknya sudah siap menerapkan sistem kontingensi gizi bagi pengungsi bencana. Selain itu, wilayahnya juga telah mempersiapkan fasilitas bagi pengungsi yang berasal dari Boyolali.


Ia menyebut, nantinya pihaknya akan bekerja sama dengan petugas dari dinas kesehatan, psikologi, dan otoritas, terkait penanganan pengungsi. Di mana fungsi makanan dalam pengungsian menjadi hal krusial.


"Nanti dalam pelaksanaannya kita juga akan menerapkan pos gladi lapang gizi dan akan berkoordinasi dengan dinkes, untuk wilayah di Kawasan Rawan Bencana (KRB) 3 di Magelang, seperti Salam, Dukun, Srumbung, dan Sawangan," kata Edi, Selasa (14/2).


Analis Kebencanaan BPBD Boyolali, Eko Suharsono mengatakan, selama ini pemberian logistik bagi pengungsi masih disamaratakan. Karena dibuat dalam porsi besar, para pengungsi hanya diberikan menu serupa mulai dari balita hingga lansia.


"Kalau biasanya makanan itu menunya seragam, mulai dari mi, sayuran, tapi kan itu tidak cocok untuk semua usia. Sehingga disusun rencana kontingensi. Mulai untuk bayi 0-6 bulan, 1-2 tahun, hingga dewasa. Dari giat ini akan dikelompokkan sesuai kebutuhan, sehingga mereka mendapatkan nutrisi tepat," ujarnya.


Hal ini dipertegas oleh dosen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Undip, Norma Sayuti Astuti. Menurutnya, gizi berperan penting dalam menunjang kesehatan selama di pengungsian. Di tengah kondisi pengungsian yang serba terbatas, perlu disusun dokumen yang memberikan pedoman pemberian logistik bagi pengungsi, sesuai usia dan tingkat kesehatan.


"Strateginya setelah mendapat data (pengungsi) kita sesuaikan pemberian makanan. Jika balita disesuaikan teksturnya, lansia disesuaikan menunya. Di sini kita menggandeng nutrisionis yang akan memberikan makan yang sesuai," paparnya.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar