Nyadran, Transaksi di Pasar Iwen Bandongan Meningkat

Dilihat 1405 kali
situasi transaksi jual beli unggas di pasar iwen Bandongan

BERITAMAGELANG.ID-Bersamaan dengan pelaksanaan tradisi nyadran di tengah tingginya harga pakan ternak, transaksi jual beli unggas (khususnya, ayam kampung dan itik) di Pasar Iwen Desa Bandongan justru meningkat. Tinah warga Bandongan mengatakan pas waktu nyadran harga jual ayam kampung dan itik lebih baikmdari hari-hari biasa


"Mumpung pas waktu nyadran, ayam piaraan sebagian saya jual. Saya kurangi sepertinya harga pas baik. Saya membawa babon dua ekor. Satunya saya jual dengan harga Rp 60 ribu," kata Mbak Tinah, warga Bandongan, pada hari Selasa Wage (26/2/2024).


Hal serupa diungkap oleh Pak Basuki, "Saya bawa dua ekor jago tetapi hanya laku Rp 105 ribu per ekor. Saya pikir harganya pas baik ternyata biasa saja. Mungkin yang bawa ayam ke pasar banyak jadi walaupun bertepatan dengan nyadran harga ayam tidak lantas tinggi," ungkapnya.


Mahalnya harga pakan


Alasan para pemelihara ayam dan itik untuk menjual hewan piaraanya adalah naiknya harga pakan bersamaan dengan naiknya harga beras secara fantastis akhir akhir ini.


"Sudah menjadi kebiasaan kalau harga beras naik, bisa dipastikan harga dedak atau bekatul sebagai bahan pakan unggas juga naik. Kalau beras naik itu artinya beras itu didatangkan dari daerah atau negara lain, tidak digiling disini dengan demikian disini tidak ada bekatul sebagai limbah yang dihasilkan dari proses penggilingan," kata Romli, pemilik penggilingan padi di Bandongan.


Menurut Mbak Tinah harga bekatul saat ini sudah cukup tinggi. "Paling tidak Rp 3 ribu per kilogram  Malah saya beli yang terakhir sudah Rp 4 ribu per kilogramnya. Makanya, ayam ayam ini dijual untuk mengurangi biaya pemeliharaan. Daripada beli bekatul mshal, ayamnya juga tidak mesti bertelur lebih baik duitnya buat nambah beli beras," jelasnya.


Tidak berbeda dengan Mbak Tinah, Pak Basuki menjual ayamnya juga dalam rangka mengurangi biaya pakan yang sangat tinggi. "Bayangkan saja harga bekatul Rp 4 ribu per kilogram. Nasi sisa kering harganya Rp 7 ribu kilogram," ungkapnya menjelaskan  ia memanfaatkan campuran bekatul dan nasi sisa kering sebagai pakan ayamnya


Kanibal


Sependapat dengan sejawatnya, Dulhadi mengatakan, di saat harga pakan mahal seperti ini untuk menjaga kelangsungan hidup usaha memelihara ayam, warga mengambil jalan menjual ayam untuk membeli pakan agar ayam yang lain dapat dipertahankan.


"Memelihara ayam itu tidak untuk mencari untung tetapi sekedar untuk dimiliki. Wong ndeso kok ra ngu pitik njuk arep opo. Sekarang sulit, serba mahal. pakan orang maha, pakan ayam juga mahal. Makanya saya jual ayam untuk memberi makan ayam yang lain. Ayam dipakani ayam," jelasnya.

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar