Pawon Teh Tudung Sajikan Minuman Panas Agar 'Kemepyar'

Dilihat 2387 kali
Sajian di Pawon Teh Tudung, di Genito Windusari Kabupaten Magelang
BERITAMAGELANG.ID -  Satu lagi tempat nongkrong asyik di lereng Gunung Sumbing. Namanya Pawon Teh Tudung  (PTT) yang berada di Desa Genito Kecamatan Windusari Kabupaten Magelang. 

Sengaja diberi nama "Pawon Teh Tudung" untuk mengingat kembali tradisi warga desa dulu kala, saat menikmati teh yang disajikan panas agar "kemepyar". 

Zaman dulu masih jarang orang memiliki termos yang berfungsi mengawetkan air panas. Karenanya, teh yang dibuat di teko atau poci  akan diselimuti dengan tudung. Maksudnya agar panas teh bisa tahan lama. Tudung sendiri terbuat dari kain bentuknya mengerucut dan cukup tebal.

Termasuk di Desa Genito, Windusari, tradisi mengawetkan teh teko dengan tudung ini juga menjadi kearifan lokal.

Pengelola Pawon Teh Tudung, Tri Fatah Suryono mengatakan, ia bersama dengan keluarga besarnya sengaja menghadirkan nostalgia cara minum teh yang dulu hadir di tengah keluarga. 

"Itu yang mendorong kami membuat Pawon Teh Tudung, sekaligus untuk melestarikan warisan adiluhung," katanya saat launching Pawon Teh Tudung, Jumat (20/3/2021) sore.

Teh yang disajikan merupakan teh lokal yang dikeringkan dengan cara disangrai dengan tembikar yang terbuat dari tanah. Kemudian dipanasi dengan kayu bakar di atas tungku yang juga terbuat dari tanah. Bukan dengan kompor. Cara tradisional itulah yang dipertahankan untuk memunculkan sensasi rasa khas teh tudung PTT. 

"Kami di sini biasa menyebut teh Jawa. Bukan teh pabrik. Sehingga rasanya benar-benar beda dibanding teh pabrikan," kata Tri.

Karena kebiasaan masyarakat adalah minum teh pahit, maka sajian teh utama di PTT juga teh pahit. Gula biasanya dimakan terpisah. Gula yang pas adalah gula merah (gula Jawa) atau gula Aren. Gula ini dipotong dadu kemudian dibungkus.

"Gula arennya digigit dulu, kemudian baru nyeruput tehnya. Atau seruput tehnya terlebih dulu, baru menggigit gulanya. Begitu pula yang kami sajikan di PTT," ujar Tri Fatah sembari memeragakan cara minum dan menggigit gula aren. 

Alumnus Geodesi UGM ini lantas menceritakan, teh yang diolah untuk PTT merupakan teh yang ditanam warga yang biasanya digunakan untuk pembatas lahan. Baik di tegalan, maupun kebun atau halaman. Ditanam di sela tanaman utama. Pohon teh tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan minum teh keluarga. 

"Jadi semacam ketahanan pangan kecil-kecilan," katanya berseloroh.

Kendati namanya Pawon Teh Tudung, rumah makan di Lereng Sumbing ini tidak hanya melulu menyediakan teh. Untuk minuman, tersedia juga berbagai pilihan seperti aneka jus buah. Namun yang menarik, citra tradisional tetap ditonjolkan untuk sajian minuman ini. Karena PTT juga menyediakan wedang jahe sereh, wedang ronde, wedang bunga telang, dan kopi. 

"Sama dengan teh, kopi yang kami sajikan pun kopi lokal Sumbing. Sesuai dengan tujuan kami untuk mengembangkan potensi lokal di sekitar sini. Kami ada Arabica Sumbing yang kami ambil dari petani kopi lokal Windusari. Penyajiannya pun tradisional. Tidak memakai barista. Kami sajikan dalam bentuk kopi tubruk," paparnya.

Teh maupun kopi ini tidak hanya bisa dinikmati di PTT. Pengunjung bisa membawa pulang dalam bentuk kemasan. Tehnya dikemas dengan brand Genitos Tea seberat 20 gram. Di dalam kemasan ini ada dua potong gula aren. Jadi, saat di rumah, masih bisa merasakan sensasi minum teh Jawa dengan gula aren. Sedangkan kopi arabica Sumbing dikemas dalam kemasan seberat 100 gram.

Sajian lain yang khas adalah sega jagung atau nasi jagung, dilengkapi dengan lauk kluban, oseng lompong dan gereh lombok ijo serta peyek. Juga nasi Pawon Teh Tudung, yakni nasi gurih berwarna biru yang  pewarnanya dari bunga Telang. Dilengkapi lauk suwiran ayam, serundeng dan kering. Rasanya juga khas desa, pedas, manis dan asin.

Menikmati teh di PTT bisa benar-benar fresh karena pemandangan alam sekitar yang indah. Dari sini bila cuaca cerah, bisa melihat gunung Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Telamoyo dan Ungaran. Di sisi kanan, ada Gunung Giyanti dengan hutan lebatnya. Kemudian di sisi belakang, ada Gunung Sumbing.   

Berada di ketinggian 700 mdpl dan mudah dijangkau. Pada Senin-Jumat buka jam 09.00-19.00 WIB, Sabtu-Minggu buka jam 07.00-19.00 WIB. 

Bagi yang ingin menyaksikan sunrise, pengunjung bisa bermalam di 
DLengkong Homestay & Camping Ground. Lokasinya hanya berseberangan dengan PTT.

Keberadaan Pawon Teh Tudung disambut baik oleh Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang. 

"Kita akan terus mendorong agar potensi alam di sektor utara terus dikembangkan," kata Gunawan Andi, Kepala Bidang Pemasaran dan Kelembagaan Pariwisata Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang

Andi minta agar warga bisa terus mengembangkan potensi yang ada dengan kearifan lokalnya.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar