BERITAMAGELANG. ID - Seperti jamaknya kampung di lereng Pegunungan Menoreh, Desa Ngadiharjo, Kecamatan Borobudur bukan termasuk daerah surplus air. Menjaga ketahanan pangan di daerah kering menyebabkan tantangan tersendiri.
Terutama pada musim kemarau panjang, dusun-dusun di Desa Ngadiharjo bergantung pada bantuan air bersih. Selain menggarap sawah tadah hujan, warga menanam aneka jenis palawija yang tidak membutuhkan banyak air.
"Masalah ketahanan pangan jadi hal serius di kampung kami. Kami ingin anak-anak muda menyadari bahwa persoalan ketersedian sumber pangan harus jadi perhatian," kata Hamit Hartanto, warga Dusun Karangtengah Selatan, Desa Ngadiharjo.
Menurut Hamit, anak-anak muda harus mulai terjun bertani. Dari bertani akan muncul kesadaran menjaga kebersihan dan melestarikan lingkungan.
"Dari bertani semuanya akan bisa makmur. Kalau kita sadar pertanian, kita juga akan sadar kebersihan. Sadar untuk menjaga lingkungan,â ujar Hamit.
Kerbau Simbol Ketahanan Pangan
Demi menggugah kesadaran para pemuda untuk mulai ikut bertani, Hamit bersama warga RT 04 Dusun Karangtengah Selatan, menampilkan ogoh-ogoh berbentuk kerbau sebagai simbol ketahanan pangan.
Ogoh-ogoh kerbau raksasa itu diarak puluhan pemuda pada karnaval tahunan Dusun Karangtengah Selatan, Minggu (10/8).
"Kami memilih karakter kerbau yang mewakili watak pekerja keras," kata Hamit.
Dia berharap ogoh-ogoh kerbau memberi semangat kepada para pemuda di kampungnya untuk bekerja keras merawat pertanian dan menjaga lingkungan.
"Bertani itu tidak jelek. Sangat istimewa bahkan. Tanpa petani, beras mungkin akan langka,â ungkapnya.
Ogoh-ogoh pada karnaval tahunan Dusun Karangtengah Selatan mengangkat tema-tema sosial, nasionalisme, dan lingkungan. Tidak cukup lewat tema, para peserta karnaval juga langsung melakukan aksi nyata mengurangi penggunaan bahan yang dapat menimbulkan sampah.
Pakai Limbah Upanat
Hampir seluruh material yang dipakai untuk membangun ogoh-ogoh adalah bahan daur ulang. Para peserta memanfaatkan limbah spon ati eva, bahan alas sandal upanat.
Sandal upanat adalah alas kaki wajib bagi pengunjung yang naik ke tangga dan lantai Candi Borobudur. Sandal ini dirancang untuk mengurangi kerusakan batuan candi akibat gesekan alas kaki.
Desain sandal upanat yang terinspirasi dari relief Karmawibhangga panel 150, Candi Borobudur, terbuat dari kombinasi daun pandan, batok kelapa, dan spon ati eva.
Pembuatan sandal upanat melibatkan warga lokal yang memproduksi sekitar 1.200 pasang sandal setiap hari.
Menurut Ketua Pemuda Dusun Karangtengah Selatan, Iwan Widiatmoko, panitia tidak menentukan tema tertentu untuk peserta karnaval tahun ini. Tema ogoh-ogoh tergantung kreasi masing-masing RT.
"Tema sebetulnya bebas sesuai kreasi masing-masing RT. Kami ingin mengukur kreativitas warga dari tiap RT, biar mengekspresikan diri dengan maksimal," ujar Iwan.
Hasilnya, sebanyak lima rukun tetangga ikut ambil bagian pada karnaval tahunan ini. Hanya satu RT yang absen karena jumlah kepala keluarganya sedikit.
Iwan menjelaskan, karnaval Dusun Karangtengah Selatan rutin digelar sejak 2015. Dari tahun ke tahun, kegiatan ini menunjukkan kemajuan inovasi kesenian dan jumlah peserta.
Tidak kurang 1.000 warga terlibat dalam karnaval, dari peserta, panitia, hingga petugas keamanan.
"Bisa dibilang 90 persen warga Dusun Karangtengah Selatan terlibat semua,â jelasnya.
Swadaya dan Minim Biaya
Meski ada persaingan antar peserta, karnaval Dusun Karangtengah Selatan tetap mempertahankan suasana guyub, rukun, dan kekeluargaan. Para peserta bahkan saling tukar bahan baku pembuat ogoh-ogoh.
"Peserta juga saling tukar cat. Jadi ada yang meminta cat dari RT lain. Misal ada yang spon ati eva-nya habis, itu boleh minta ke RT lain. Kita memang membangun suasana gotong royong," kata Iwan.
Seluruh biaya membangun ogoh-ogoh ditanggung secara swadaya oleh warga. Rata-rata setiap RT membangun ogoh-ogoh dengan biaya semurah mungkin.
"RT 03 mengeluarkan biaya hanya Rp350.000. Itu cuma untuk konsumsi dan bahan-bahan lain yang memang harus beli. Selebihnya donasi warga dalam bentuk barang. Saya kira memang minim (biaya) semua,â kata dia.
Selain acara karnaval tahunan, di saat bersamaan pemerintah Desa Ngadiharjo bersama beberapa donatur memberikan santunan untuk anak yatim piatu dan bakti sosial.
0 Komentar