Sejumlah Seniman Nasional Bakal Ramaikan Borobudur Moon Edisi Spesial Keroncong

Dilihat 86 kali

BERITAMAGELANG.ID - Menjelang akhir tahun, kawasan Candi Borobudur kembali menjadi panggung pertemuan seni, budaya, dan pariwisata melalui gelaran Borobudur Moon edisi spesial Indonesia Keroncong Festival (IKF) 2025. Mengusung konsep pertunjukan kolosal, acara ini memadukan drama tari kolosal, tari tradisional, musik etnik, hingga orkestra keroncong dalam satu sajian artistik yang dikemas modern dan inklusif.

Puncak kegiatan dijadwalkan berlangsung di Taman Lumbini, Kompleks Candi Borobudur, pada Selasa, 16 Desember 2025, menghadirkan atmosfer malam Borobudur yang megah dengan latar warisan budaya dunia yang sarat makna historis dan spiritual.

Dalam konferensi pers yang digelar di Rumah Dinas Bupati Magelang, Sabtu (13/12), Creative Director IKF 2025, Didit Novianto menyampaikan, pemilihan Borobudur sebagai lokasi utama Indonesia Keroncong Festival bukan sekadar pertimbangan estetika, melainkan juga simbolik dan filosofis.

Menurut Didit, Borobudur memberikan latar yang megah sekaligus prestisius, memperkuat pesan bahwa musik keroncong, layaknya Candi Borobudur, merupakan warisan budaya berharga yang tidak hanya bertahan lintas zaman, tetapi juga terus hidup, adaptif, dan mampu merangkul keberagaman.

"IKF 2025 mengusung tema Serenade Nusantara, yang kami maknai sebagai bentuk penghormatan besar terhadap kekayaan budaya Indonesia, kolaborasi lintas etnik, lintas generasi, serta semangat inklusivitas yang menjadi ruh dari musik keroncong itu sendiri," ujar Didit.

Melalui tema tersebut, Indonesia Keroncong Festival 2025 menghadirkan deretan seniman lintas genre dan generasi. Sejumlah nama nasional dijadwalkan tampil, di antaranya Kunto Aji, Citra Scholastika, Indra Utami Takdir, Didiek SSS dan Calista SSS, Mus Mujiono, serta Nur Handayani, yang akan berkolaborasi dengan musisi lintas etnik, Borobudur Keroncong Orchestra, Side of X Keroncong, Sono Seni Ensemble, hingga Kos Atos.

Tak hanya konser musik, festival ini juga menyuguhkan Drama Tari Kolosal yang dirancang khusus untuk menggambarkan perjalanan dan transformasi keroncong sebagai musik yang tumbuh dari interaksi budaya, sejarah, dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia.

Koordinator Tim Keroncong UNESCO, Erie Setiawan menegaskan, musik keroncong memiliki karakter yang sangat fleksibel dan terbuka terhadap berbagai kemungkinan transformasi kreatif. Menurutnya, kemampuan keroncong untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman menjadi kunci agar musik ini tetap relevan dan dicintai lintas generasi.

"Indonesia Keroncong Festival 2025 diharapkan tidak hanya memperkuat identitas musik keroncong dalam lanskap kebudayaan nasional, tetapi juga membuka jalan baru bagi diplomasi budaya Indonesia di tingkat internasional," kata Erie.

Lebih jauh, Erie menyampaikan, salah satu misi strategis festival ini adalah meluaskan gema keroncong agar diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia oleh UNESCO. Keroncong dinilai memenuhi kriteria sebagai warisan budaya karena merupakan tradisi yang hidup, terus diwariskan antar generasi, serta menjadi bagian dari ekspresi sosial dan praktik komunitas di berbagai daerah.

Jika kelak keroncong ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda dunia, dampak positif yang diharapkan antara lain adalah meningkatnya prioritas pelestarian di tingkat nasional, penguatan identitas budaya bangsa, serta pengembangan keroncong sebagai instrumen diplomasi budaya Indonesia di kancah global.

Dari sisi pemerintah daerah, Bupati Magelang, Grengseng Pamuji, menyambut positif penyelenggaraan Borobudur Moon edisi Indonesia Keroncong Festival. Ia menilai, Borobudur Moon terus berproses menjadi agenda budaya yang memiliki nilai strategis dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di kawasan Borobudur.

"Setiap penyelenggaraan Borobudur Moon selalu mengusung tema yang berbeda, dan kali ini spesial Indonesia Keroncong. Ini menjadi bagian dari proses evaluasi agar Borobudur Moon ke depan benar-benar menjadi salah satu destinasi wisata unggulan," ujar Grengseng.

Menurutnya, Pemkab Magelang membuka ruang kolaborasi seluas-luasnya dengan berbagai pihak dan komunitas, termasuk potensi seni budaya yang selama ini belum banyak terlibat. Melalui kolaborasi tersebut, diharapkan dapat menggerakkan wisatawan untuk datang ke Borobudur tidak hanya sebagai destinasi sejarah, tetapi juga sebagai pusat aktivitas budaya.

"Kami ingin wisatawan tidak hanya datang sebentar, tetapi tinggal lebih lama (long stay), melihat dan merasakan potensi Borobudur dari berbagai sisi, salah satunya melalui musik keroncong. Harapannya, geliat ekonomi masyarakat sekitar Borobudur juga ikut meningkat," lanjut Grengseng. 

Dengan perpaduan seni pertunjukan, nilai sejarah, dan misi pelestarian budaya, Indonesia Keroncong Festival 2025 diharapkan menjadi momentum penting bagi kebangkitan keroncong, sekaligus memperkuat posisi Borobudur sebagai pusat peradaban, budaya, dan pariwisata berkelas dunia.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar