Rasa Khas Gula Aren Jadi Klangenan Para Penikmat Kopi

Dilihat 19 kali
Manfaat pohon aren, tidak hanya niranya sebagai bahan baku gula jawa, tetapi buahnya untuk kolang kaling dan serabutnya untuk bahan sapu.

BERITAMAGELANG.ID - Desa Tirto, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang termasuk daerah penghasil gula jawa berkualitas super. Karena bahan bakunya diambil dari nira pohon aren yang tumbuh lebih dari 9.000 pohon aren yang ditanam di kawasan sumber udara dan lahan miring (perengan). Rasa khas gula aren inilah yang menjadi klangenan para penikmat kopi sebagai bahan campuran minum kopi.

"Ada sekitar 9.000 pohon aren yang diambil niranya untuk bahan baku gula, oleh anggota kelompok perajin gula aren," kata Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Ngudi Raharjo Desa Tirto, Kabul Asrori saat ditemui, Selasa (25/11).

Sebelum dibentuk menjadi gula merah, getah atau nira dalam bahasa Jawa disebut badek, diambil dari kuncup bunga pohon aren yang dipotong (dideres). Cairan dimasak hingga mengental lalu dicetak ke dalam batok kelapa atau cetakan bentuk bulat.

"Gula aren dikenal sebagai gula alami, karena pengolahannya yang masih dibuat secara tradisional, tanpa campuran bahan kimia di dalamnya. Gula aren selalu diburu para konsumen karena rasa khasnya, terutama para penikmat kopi yang diseduh atau dicampur dengan gula aren," jelas Kabul Astori yang menerima anugerah Bupati Awards 2025, kategori Komunitas Peduli Lingkungan.

Terpisah, pasangan suami istri perajin gula aren Dusun Kudusan, Desa Tirto, Zaenudin dan Satun menuturkan, permintaan gula aren untuk pasar lokal Magelang sangat besar, terutama mereka yang usaha minuman kopi. Harga gula aren per kilonya sebesar Rp23.000.

"Harga tersebut diambil di rumah," ujarnya.

Bahan baku gula aren, sangat tersedia, karena pengelolaan pohon aren dilakukan oleh anggota kelompok, termasuk pengambilan niranya. Sebab anggota kelompok tidak hanya membuat gula, ada juga kelompok yang memanfaatkan buahnya untuk kolang kaling, ada juga kelompok yang memanfaatkan serabutnya untuk bahan sapu.

Lebih lanjut Kabul Asrori mengatakan, penghargaan dalam predikat Program Kampung Iklim (Proklim) Lestari tingkat Nasional pada 2024, adalah kerja keras warga melestarikan pohon aren di Dusun Kudusan, dan berhasil meningkatkan debit mata air di Desa Tirto. Disadari warga, bahwa penanaman aren merupakan salah satu jalan efektif melawan degradasi alam.

Jenis tanaman aren adalah pohon kehidupan. Hampir seluruh bagian pohon aren memiliki manfaat. Seperti akar efektif menahan udara, sehingga tidak cepat mengalir hilang. Batangnya bisa dipakai sebagai bahan bangunan. Sedangkan buahnya dikonsumi menjadi kolang kaling, dan serabutnya sebagai bahan untuk pembuatan sapu, dan niranya untuk bahan baku gula jawa.

Di Desa Tirto, terdapat lebih dari 9.000 pohon aren yang sebagian besar ditanam di kawasan sumber udara dan lahan miring (perengan). Bersama pemerintah Desa Tirto, merancang sistem adopsi pohon aren, melalui program adopsi pohon aren oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Magelang. Melalui DLH Kabupaten Magelang, membeli pohon aren dari warga dengan syarat tidak boleh ditebang.

"Sudah 600 pohon aren di Desa Tirto yang dibeli menggunakan dana APBD seharga Rp250.000 per pohon. Pohon aren tersebut kemudian diberi barcode dan menjadi milik Pemeritah Kabupaten Magelang," jelasnya.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar