Deretan Artis Nusantara Meriahkan Borobudur Moon Indonesia Keroncong Festival

Dilihat 71 kali
Citra Scholastika tampil menawan di Borobudur Moon Edisi Spesial Indonesia Keroncong Festival 2025

BERITAMAGELANG.ID - Langit malam di Taman Lumbini, Kompleks Candi Borobudur, Selasa (16/12), tampak berbeda. Di bawah temaram cahaya bulan dan sorotan lampu yang memandikan relief candi, alunan musik keroncong mengalun syahdu, membalut ribuan orang dalam kehangatan bertajuk "Borobudur Moon Indonesia Keroncong Festival (IKF) 2025".


Mengusung tema "Serenade Nusantara", perhelatan ini bukan sekadar konser musik biasa. Ia adalah sebuah simfoni pelestarian yang mempertemukan tradisi dengan modernitas di jantung peradaban Jawa.


Sejak pukul 19.00 WIB, arus manusia mulai memadati Pintu Gerbang Kalpataru. Meski pengamanan ketat diberlakukan melalui pemeriksaan tas, antusiasme pengunjung tak surut. Warga dari Borobudur hingga pelosok Magelang rela mengantre demi menyaksikan harmoni dawai keroncong di salah satu destinasi prioritas nasional tersebut.


“IKF 2025 keren, mantap!” ujar Citra Scholastika dengan napas lega usai acara.


Penyanyi jebolan ajang pencarian bakat Indonesian Idol ini menjadi salah satu magnet utama malam itu.


Membuka penampilannya dengan lagu Tilik Jogja, Citra berhasil menghanyutkan perasaan penonton. Baginya, lagu tersebut adalah surat cinta bagi para perantau. Lantunan liriknya yang nyaman di hati, berpadu dengan aransemen keroncong yang dinamis, membuat ribuan pasang mata terkesima.


Panggung "Serenade Nusantara" benar-benar menjadi ruang temu lintas zaman. Dari nuansa modern yang dibawa Kunto Aji dan Citra Scholastika, hingga sentuhan magis dari para maestro seperti Indra Utami Tamsir dan Mus Mujiono.


Kunto Aji, yang tampil dengan gaya khasnya, mengaku bangga bisa bernyanyi di hadapan kemegahan Candi Borobudur. Suaranya yang melankolis bersinergi sempurna dengan aransemen keroncong, membuat penonton tak henti bernyanyi bersama.


"Kualitas suara mereka tidak diragukan lagi. Apalagi dengan aransemen keroncong, jadi terasa sangat syahdu," ungkap Andien, warga Mertoyudan yang tampak terharu mengikuti jalannya konser.


Panggung juga dimeriahkan oleh kolaborasi apik dari Didiek SSS & Callista SSS, Sono Seni Ansambel, Side of X Kos Atos, Nur Handayani, hingga Borobudur Keroncong Orchestra. Tak hanya musik, unsur teatrikal dari Sendratari Pramudyawardani dan Sanggar Bangun Budaya menambah kekayaan visual pertunjukan.


Di balik keriuhan panggung, IKF 2025 membawa misi besar. Ketua Pelaksana, Didik Haryadi, menegaskan bahwa festival ini adalah langkah nyata untuk mengusulkan musik keroncong sebagai Warisan Budaya Tak Benda ke UNESCO.


"Malam hari ini adalah bentuk nyata kita semua melestarikan kebudayaan keroncong, agar senantiasa mengalun dan bisa kita wariskan kepada anak cucu kita," tegas Didik di hadapan pengunjung.


Selain diplomasi budaya, festival ini turut menggerakkan roda ekonomi lokal. Deretan stan UMKM tampak ramai pembeli. Tak ketinggalan, stan pendukung acara seperti Pertamina turut berbagi kemeriahan.


Yanto, warga lokal Borobudur, datang memboyong kedua putranya. Baginya, acara ini adalah edukasi sekaligus hiburan gratis yang mewah.


"Anak-anak senang lihat candi disorot lampu malam hari. Tadi juga dapat voucher Pertamax dan bisa foto langsung cetak di stan. Seru sekali," katanya antusias.


Saat malam kian larut, "Serenade Nusantara" meninggalkan pesan yang kuat, yaitu keroncong tidak pernah redup. Keroncong justru berevolusi, merangkul instrumen modern, dan masuk ke telinga generasi muda tanpa kehilangan identitas aslinya.


Borobudur Moon edisi IKF 2025 telah membuktikan bahwa di bawah naungan sejarah Candi Borobudur, musik keroncong tetap menjadi "jiwa" yang terus hidup, menyatukan rakyat dalam satu nada, cinta pada budaya Indonesia.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar