Festival Literasi Kopi Magelangan: Meracik Masa Depan dari Secangkir Tradisi

Dilihat 124 kali

BERITAMAGELANG.ID - Di tengah aroma kopi yang mengepul dan semangat literasi yang menggelora, Yayasan Akar Makna Indonesia menggandeng Kementerian Kebudayaan Indonesia menggelar Festival dan Literasi Kopi Magelangandi Kedai Kebun Makna, Desa Plosogede, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang. Lebih dari sekadar perayaan minuman favorit, acara ini menjadi panggung sinergi antara budaya, edukasi, dan pemberdayaan ekonomi lokal.


Festival ini menjadi ruang temu antara barista pemula, petani kopi, hingga pegiat literasi yang menyadari bahwa kopi bukan hanya soal rasa, tetapi juga soal cerita dan masa depan. 


“Kami ingin memperkenalkan bahwa kopi lokal Magelang dari kaki Merapi, Merbabu, Sumbing, Telomoyo, hingga Menoreh punya karakter rasa yang khas dan potensi ekonomi yang luar biasa,” ujar Rekky Zakia, Owner Kedai Kebun Makna sekaligus tuan rumah acara.


Selama sehari penuh, pengunjung diajak menyelami dunia kopi melalui berbagai kegiatan seperti pelatihan seduh manual, tarung bebas adu seduh kopi, hingga talkshow bertajuk Kopi dalam Tradisi Lokal dan Dinamika Kedai Modern. Tak hanya menyeduh, para peserta juga diajak memahami bahwa menjadi barista adalah soal etika, estetika, dan kualitas rasa.


“Antusias peserta sangat tinggi. Kami ajarkan keterampilan dasar menyeduh dan etika penyajian. Ini bukan cuma soal bikin kopi enak, tapi bagaimana menyajikan pengalaman,” kata Ayuri Murakabi, salah satu pelatih barista. 


Ia menekankan bahwa profesi barista kini memiliki prospek karier menjanjikan di tengah tren urban dan meningkatnya konsumsi kopi, terutama di kalangan anak muda.


Sebanyak 30 peserta dari berbagai latar belakang — petani, pemilik kedai, hingga pemula — mengikuti pelatihan. Sementara itu, 23 barista unjuk gigi dalam lomba adu seduh, dinilai langsung oleh juri dari kalangan influencer kopi, Q Prosesor, dan pegiat literasi seperti Dongeng Kopi.


Festival ini menjadi bukti bahwa secangkir kopi bisa menjadi medium penggerak kebudayaan, penguat modal sosial, hingga kendaraan ekonomi kreatif di daerah. Sebuah inisiatif yang tidak hanya memuliakan kopi sebagai warisan lokal, tetapi juga sebagai pintu masuk menuju masa depan yang lebih berdaya.



Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar