Waspada Gangguan Kesehatan Akibat Kelebihan Gula pada Anak

Dilihat 169 kali

Berdasarkan struktur kimiawinya, gula dibedakan atas beberapa jenis. Ada gula murni, yang disebut sukrosa, yang biasa kita kenal sehari-hari berbentuk kristal. Kemudian, ada fruktosa alias gula buah yang banyak terdapat dalam buah-buahan segar yang rasanya manis. Ada lagi laktosa alias gula susu, yang hanya terdapat dalam susu. Terakhir, glukosa yang banyak ditemukan dalam buah anggur.


Namun yang paling banyak dikonsumsi adalah sukrosa, yang sehari-hari lazim disebut gula. Biasanya digunakan sebagai pemanis minuman ringan, roti, kue-kue, dan bahan pembuatan gula-gula atau permen. Di dalam tubuh, gula segera dimetabolisme di dalam hati dan diubah menjadi trigliserida. Begitu selesai, trigliserida dilepas ke aliran darah, sehingga terbentuk timbunan lemak darah. 


Orang tua perlu mewaspadai bahwa konsumsi gula berlebihan bisa membuat anak mengalami hipoglikemia, yakni merosotnya kadar gula dalam darah. Hingga tubuh jadi gemeteran dan terasa lapar. Akibat lainnya, gangguan tingkah laku seperti depresi, perasaan mudah berubah-ubah, hiperaktif, bahkan anak jadi bertingkah laku antisosial.


Uniknya, rasa lapar itu tidak merangsang anak kita untuk menyendok nasi berikut sayur dan lauk-pauknya, tapi justru mendesakkan dorongan kuat untuk meraup kembali gula-gula atau makanan manis lainnya. Ini artinya anak sudah terperangkap dalam lingkaran setan kecanduan gula. Kalau ia mengkonsumsinya terus-menerus, tubuh jadi tidak efisien lagi dalam memproduksi glukosa dari karbohidrat kompleks, protein, dan lemak, hingga kadar gula darahnya menurun dan menyebabkan hipoglikemia tadi.


Melimpahnya konsumsi gula juga akan merampas gizi dari tubuh selama proses pencernaan dan metabolisme protein, lemak, karbohidrat, dan serat. Untuk mencerna gula itu sendiri pun tubuh mesti membongkar simpanan mineralnya, khususnya magnesium, kromium, kobalit, seng dan mangan. Hingga kerja enzim jadi terhambat, karena mereka tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik tanpa mineral tadi. Akibatnya, anak mengalami gangguan pencernaan.


Dampak negatif akibat konsumsi gula berlebihan saat perut kosong, beberapa jam berikutnya menjadi berdebar-debar, gelisah, sulit berkonsentrasi, dan kelewat bersemangat. Sebenarnya kita hanya membutuhkan dua sendok teh gula per hari, guna menunjang tubuh agar bisa menjalankan fungsinya. Jumlah ini sebenarnya sudah bisa terpenuhi dari hasil pencernaan karbohidrat, protein, dan lemak. Bahkan jika kita tidak mengkonsumsi gula sekalipun.


Dari Kegemukan Sampai Keropos Tulang


Gangguan kesehatan lain yang dikenal sebagai akibat konsumsi gula berlebihan, baik gula murni, permen, maupun makanan atau minuman bergula adalah kegemukan. Sebab, tubuh tidak mengubahnya menjadi energi, tapi disimpan saja dalam sel sebagai timbunan lemak.


Anak gemuk biasanya pengatur nafsu makannya sudah tidak berfungsi dengan baik. Begitu ia mengkonsumsi gula dalam jumlah banyak, tanpa disadarinya gula telah menciptakan nafsu makan palsu, yang mendorongnya untuk makan gula lagi.


Kegemukan sejak kanak-kanak, terutama akibat mengkonsumsi gula berlebihan bisa merangsang timbulnya beragam penyakit setelah anak nanti dewasa. Bila sejak kecil sudah mengkonsumsi gula berlebihan, tubuhnya akan mengadaptasi melimpahnya gula dengan terus-menerus mengeluarkan hormon insulin. Sampai suatu saat, kelenjar pankreas kelelahan, sehingga mengurangi, bahkan tidak memproduksi insulin sama sekali. Akibatnya tubuh jadi tidak dapat lagi beradaptasi, hingga timbul penyakit diabetes atau kencing manis.


Seseorang yang mengkonsumsi lebih dari 120 gram gula (lebih kurang 8 sendok makan) per hari mempunyai kemungkinan sedikitnya lima kali lebih besar terkena serangan jantung. Ini jika dibandingkan dengan orang yang hanya mengkonsumsi gula 60 gram per hari. Derita jantung tadi akibat pembuluh darah yang tersumbat yang ada dalam jantung, pecah.


Selain itu gula akan mengacaukan keseimbangan beberapa mineral dalam tubuh, yang kemudian justru menjadi beracun. Seperti magnesium, kalsium, dan kromium. Mineral beracun ini kemudian melekat pada kolesterol sehingga mengakibatkan pengerasan dinding pembuluh darah arteri. Pada akhirnya akan menimbulkan serangan jantung.


Anak yang mengkonsumsi gula berlebihan, dua jam sesudahnya indeks sel darah putihnya menurun drastis sampai ke tingkat sangat rendah. Selain itu, dengan makin meningkatnya konsumsi gula, sel darah putih (fagosit) jadi makin sangat membahayakan sistem kekebalan tubuh.


Seperti sudah disebutkan, saat anak kita makan gula darahnya meningkat dan merangsang membanjirnya insulin. Untuk mengimbanginya, tubuh melepaskan hormon tiroksin ke dalam darah, untuk mendorong insulin masuk ke dalam sel. Bila ini berlangsung terus, kelenjar tiroid yang bertugas mengatur fungsi metabolisme jadi kelelahan, sehingga proses pencernaan terhambat. Akibatnya, kita mengalami sembelit karena kotoran lebih lambat dikeluarkan dari tubuh.


Berlebihannya konsumsi gula biasanya akan membatasi konsumsi serat. Lama kelamaan kekurangan serat ini bisa menyebabkan kanker usus, karena kotoran terlalu lama tinggal dalam usus besar dan bakteri yang seharusnya sudah dibuang justru masih ngendon dalam usus. Ketiadaan serat membuat kotoran mengeras, sehingga memudahkannya melekat pada lapisan usus besar. Ini bisa mengakibatkan radang usus besar.


Menjauhkan Anak Dari Gula


Mengkonsumsi banyak gula menyulitkan tubuh mencerna zat-zat lain di dalam usus karena terbatasnya enzim pembantu. Ketidakmampuan mencerna ini akan mengakibatkan alergi terhadap makanan apa pun yang tidak dapat tercerna dan masih tertinggal dalam usus.


Pada dasarnya gula adalah kawan bagi tubuh sebagai sumber energi. Tapi kalau berlebihan justru jadi kawan. Agar gula tidak menjadi lawan bagi tubuh anak-anak kita, sebaiknya kita melakukan beberapa langkah berikut.


Pertama, jangan membiarkan anak kita mengkonsumsi makanan atau minuman manis. Usahakan ini dilakukan sedini mungkin sejak anak kita lahir. Kedua, jangan dibiasakan membeli kudapan alias makanan kecil manis, seperti permen, cokelat, es krim. Bukan berarti tidak boleh sama sekali, tapi kita sebagai orang tua hendaknya membatasi jumlah dan frekuensi mengkonsumsinya.


Ketiga, hidangkan makanan berserat yang tidak kelewat manis sebagai kudapan di rumah. Seperti bubur kacang hijau, ubi rebus, talas rebus, pisang rebus. Keempat, usahakan agar kudapan yang dimakan anak kita tidak mengubah pola makannya tiga kali sehari (makan pagi, siang dan malam). Kelima, hindarkan anak-anak kita dari makanan yang mengandung pemanis buatan. Semoga.


Penulis: P. Budi Winarto, S.Pd. Guru SMP Pendowo Ngablak Kabupaten Magelang

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar