BERITAMAGELANG.ID - Wakil Bupati Magelang, Sahid didampingi Forkopimcam Tempuran menghadiri Grebeg Gunungan Lentheng Agung dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad di Dusun Gunung Bakal, Desa Sumberarum, Kecamatan Tempuran, Sabtu (6/9).
Wakil Bupati Magelang, Sahid menyampaikan, Tradisi Grebeg Lentheng yang diwariskan secara turun-temurun ini adalah wujud syukur atas nikmat panen, sekaligus bentuk dakwah kultural yang mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat.
"Gunungan Lentheng yang terbuat dari beras ketan dan ditopang lidi aren bukan hanya simbol hasil bumi, tetapi juga lambang perekat hati dan persaudaraan," kata Sahid.
Menurut Sahid, filosofi yang terkandung dalam grebeg lentheng ini sangat dalam, yaitu beras ketan yang lengket melambangkan keutuhan dan kekompakan, sementara lidi aren dipercaya sebagai penolak bala dan pembawa kecerdasan.
âInilah kearifan lokal yang patut kita jaga dan lestarikan dalam menjaga tradisi ini dengan penuh semangat dan cinta.
Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Magelang mendukung penuh pelestarian budaya yang selaras dengan nilai-nilai keislaman dan kebangsaan," lanjut Sahid.
Melalui acara ini, tidak hanya memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, tetapi juga memperkuat jati diri sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual dan budaya.
âTradisi seperti ini adalah ruang perjumpaan antara iman dan identitas, antara sejarah dan harapan," imbuhnya.
Ia berharap, generasi muda dapat mengambil pelajaran dari tradisi ini, bahwa mencintai Nabi bukan hanya melalui lisan, tetapi juga melalui tindakan nyata dengan menjaga warisan leluhur, mempererat persaudaraan, dan menebar kebaikan di tengah masyarakat.
"Mari kita jadikan peringatan Maulid Nabi dan Grebeg Gunungan Lentheng ini sebagai pengingat untuk terus menebar kasih sayang, memperkuat iman, dan menjaga harmoni sosial di tengah keberagaman," ajaknya.
Kepala Dusun (Kadus) Gunung Bakal, Achmad Jadin menyampaikan, Grebeg Lentheng ini memang sudah menjadi tradisi masyarakat yang meneruskan peninggalan atau cikal bakal yang sudah diwariskan turun menurun.
Lebih lanjut, Ia menjelaskan setiap warga yang bikin lentheng untuk tradisi ini bervariasi.
âKalau keluarganya itu besar, tamunya banyak, itu ya ada yang 35 kg, kalau keluarganya di tengah-tengah (jumlahnya) ya biasanya 25 kg," kata Achmad Jadin.
Menurutnya, tradisi Grebeg Lentheng ini lebih ramai daripada Hari Raya Idulfitri. Saat Idulfitri setiap orang dijamu berbagai makanan di tiap-tiap rumahnya, sedangkan grebeg lentheng ini semua tamu dijamu dan dikasih lentheng matang maupun mentah.
Untuk diketahui, grebeg lentheng sudah menjadi tradisi turun menurun yang dilangsungkan tiap 12 Rabiulawal atau Maulid Nabi SAW. Namun 12 Rabiulawal tahun ini jatuh pada hari Jumat, kemudian pelaksanaan diundur Sabtu.
0 Komentar