BERITAMAGELANG.ID - Pengasuh Ponpes Asri Tegalrejo, KH Muhammad Yusuf Chudlori atau akrab disapa Gus Yusuf, menyatakan dirinya menerima tawaran dari Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) untuk mendirikan cabang Pesantren Syubbanul Wathon di kawasan ibu kota baru tersebut. Ia menargetkan pada 2026, sudah mulai beroperasi, dengan memadukan memadukan pendidikan keislaman dengan keterampilan vokasional berbasis kebutuhan industri IKN.
Gus Yusuf yang ditemui, Kamis (26/6/2025) menyampaikan, bulan lalu dirinya diundang Basuki Hadimuljono, Kepala Otorita IKN dan ditawari untuk mendirikan lembaga pendidikan.
"Insya Allah kita terima, bismillah," ungkap Gus Yusuf.
Ia menambahkan, tawaran serupa juga diberikan kepada sejumlah institusi pendidikan besar seperti Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Universitas Gunadarma, dan Al-Azhar.
Gus Yusuf menjelaskan, selama satu hingga dua tahun pertama, pihaknya akan memanfaatkan fasilitas yang sudah ada di IKN, seperti gedung kantor dan asrama ASN yang belum digunakan. Sementara itu, pembangunan fisik permanen pesantren akan dilakukan bertahap mulai tahun depan.
Pesantren Syubbanul Wathon di IKN tidak hanya akan menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga merangkap sebagai Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang relevan dengan kebutuhan pembangunan di kawasan tersebut.
Gus Yusuf berencana membuka jurusan konstruksi dan perawatan alat berat, juga jurusan perhotelan. Ia melihat, IKN ini akan terus berkembang dalam 10-20 tahun ke depan dan jadi destinasi wisata.
Untuk mengembangkan Syubanul Wathon di IKN, ia juga merencanakan melatih masyarakat IKN sekitar melalui SMK dan dibina akhlaknya melalui pesantren.
Gus Yusuf menamahkan, selama tiga tahun pertama, penerimaan santri akan diprioritaskan bagi warga sekitar agar mereka bisa ikut berpartisipasi dalam pembangunan ibu kota baru. Setelah itu, penerimaan akan dibuka lebih luas.
Untuk tenaga pendidik, di tahap awal akan melibatkan pengajar dari pesantren induk di Tegalrejo serta para alumni yang sudah berdomisili di sekitar IKN. Proses rekrutmen pengajar pun sedang disiapkan sambil menunggu finalisasi draft nota kesepahaman (MoU) dengan Otorita IKN.
Saat ini, pihaknya sedang menyusun MoU dan diharapkan bulan depan sudah tanda tangan kontrak.
"Kalau sudah teken kontrak bisa langsung bergerak," ujarnya.
Pada tahap awal, daya tampung santri diperkirakan mencapai sekitar 200 orang. Kurikulum pesantren akan tetap mengadopsi materi seperti yang diajarkan di Tegalrejo, meliputi pelajaran tauhid, fikih, dan hadis, serta diselaraskan dengan pendidikan kejuruan yang aplikatif.
Terkait status penggunaan lahan dan gedung, Gus Yusuf menjelaskan bahwa hingga kini masih dibahas lebih lanjut. Namun, menurut pemahaman sementara, sistem penggunaan fasilitas kemungkinan mengikuti pola Hak Guna Bangunan (HGB) dengan jangka waktu panjang.
Gus Yusuf berharap, pesantren baru ini bisa menjadi jawaban atas kebutuhan pendidikan berbasis karakter dan keterampilan di IKN. Lebih dari itu, keberadaan pesantren Syubbanul Wathon di jantung ibu kota masa depan Indonesia diharapkan mampu menjadi simpul pemberdayaan ekonomi rakyat, sejalan dengan semangat kemandirian pesantren yang selama ini ia perjuangkan.
0 Komentar