Pemkab Magelang Dorong Penerapan Sekolah Adiwiyata

Dilihat 169 kali
Penerimaan penghargaan Adiwiyata Nasional tahun 2024 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Jakarta, 2 Oktober 2024

BERITAMAGELANG.ID - Pemerintah Kabupaten Magelang melalui Dinas Lingkungan Hidup mendorong satuan pendidikan agar menjadi sekolah adiwiyata, dengan menerapkan prinsip perilaku ramah lingkungan. Salah satu langkah sederhana untuk mewujudkan sekolah adiwiyata yaitu dengan mengedukasi anak-anak di sekolah agar mengurangi sampah, dengan cara memilah dan mengolah sampah, misal dijadikan kompos atau eco enzym.


"Misalnya yang sederhana, anak-anak di sekolah diajari membuat eco enzim, kompos, kemudian menanam pohon, atau menyiram tanaman," demikian disampaikan Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Peningkatan Kapasitas pada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang, Wulandari, Selasa (7/1/2024).


Namun, Wulandari menyayangkan, banyak sekolah masih beranggapan sulit untuk menerapkan sekolah adiwiyata, sehingga saat ini masih sangat sedikit jumlah sekolah adiwiyata di Kabupaten Magelang.


"Dari 1.228 sekolah, baru 90 yang melaksanakan gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS) atau progam adiwiyata, atau baru 7,33 persen saja," ungkap Wulandari.


Termasuk sekolah/madrasah negeri dan swasta, tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK, pembinaannya ada di DLH Kabupaten Magelang. Sekolah yang telah melaksanakan gerakan PBLHS akan dievaluasi dan mendapatkan penghargaan adiwiyata mulai tingkat Kabupaten, Provinsi, Nasional dan Mandiri. Salah satu syarat sekolah mendapatkan penghargaan adiwiyata mandiri adalah sekolah telah mampu membina 2 sekolah adiwiyata.


"Capaian sekolah adiwiyata Kabupaten Magelang sangat sedikit karena pemahaman sekolah masih salah tentang adiwiyata," ungkapnya.


Mereka beranggapan bahwa sekolah adiwiyata harus memiliki sarpras yang bagus dan lahan yang luas.


"Padahal tidak, adiwiyata ini bukan lomba, dan bukan sarpras yang utama, tapi gerakan yang dilakukan sekolah untuk menumbuhkan karakter anak-anak agar mencintai lingkungannya," tegasnya.


Ia mengajak sekolah untuk melakukan edukasi ke anak-anak untuk memilah sampah dengan mengajak peserta didik misalnya ke lokasi pengolahan sampah, diajarkan membuat kompos budidaya maggot, dan sebagainya. Bahkan penerapan perilaku ramah lingkungan hidup ini bisa dimasukkan ke kurikulum sekolah.


"Mestinya bisa masuk ke kurikulum, misalnya matematika, bagaimana kaitannya dengan ini? Anak-anak SD misalnya diajak menghitung tanaman yang ada di sekolah. Pelajaran bahasa indonesia, misalnya anak-anak diminta membuat puisi tentang cinta lingkungan, ya misalnya begitu," harapnya.


Ia juga berharap, sekolah yang telah melaksanakan gerakan PBLHS dan mendapatkan penghargaan adiwiyata mendapat reward dari bupati berupa pembangunan sarpras agar lebih termotivasi untuk melanjutkan gerakan ini di sekolah.


"Apabila komitmen pemerintah daerah tinggi dalam program adiwiyata ini maka bupati juga berkesempatan mendapat penghargaan sebagai Pembina Adiwiyata Daerah dari Kementerian Lingkungan Hidup," pungkasnya.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar