Selamatan Persada Rimba Perkuat Seni Budaya Borobudur

Dilihat 2329 kali
Pentas selamatan kelompok seni Topeng Ireng Persada Rimba Desa Karanganyar Borobudur Kabupaten Magelang

BERITAMAGELANG.ID - Sanggar Seni Persada Rimba Desa Karanganyar Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang menggelar tasyakuran dengan pementasan pada Minggu (5/3). Prosesi yang menjadi tontonan menarik masyarakat itu juga menjadi bagian perhelatan budaya Ruwat Rawat Borobudur ke-21 Tahun 2023.


Kepala Desa Karanganyar, Yanto mengatakan acara pentas kesenian Persada Rimba ini merupakan bentuk partisipasi dan swadaya masyarakat dalam melestarikan budaya yang ada di wilayah Candi Borobudur. Keberadaan Desa Karanganyar sebagai salah satu Desa Budaya di Kecamatan Borobudur.


Ia juga berharap melalui pentas kesenian Persada Rimba ini dapat menjadi penyangga pelestaraian nilai seni dan tradisi dalam rangka mewujudkan destinasi pariwisata superperioritas.


"Mereka berkreasi dan berekspresi dalam seni dalam rangka mempertahankan dan melestarikan budaya," kata Yanto di sela kegiatan tersebut. 

 

Yanto menceritakan saat acara G20 lalu desanya menerima bantuan keuangan dari Kemendikbud sebanyak Rp70 juta. Dana tersebut digunakan untuk kegiatan Budaya G20 dan telah digunakan sebagaimana mestinya .

 

Namun demikian, imbuh Yanto, ternyata benar yang sering dikatakan Pak Coro (budayawan) bahwa "Uang belum tentu dapat menumbuhkan kecintaan". Dimana dalam 5 bulan ini kelompok kesenian Topeng Ireng Persada Rimba mengalami penurunan semangat, khususnya setelah adanya event-event besar yang diselenggarakan di Borobudur.

 

Dikatakan Yanto, penurunan bahkan kini ditinggalkan para penarinya tersebut terjadi karena para penari lebih memilih bekerja di sektor lain dari pada menjadi penari Topeng Ireng yang memang honornya sangat minim


"Sehingga mereka memilih bekerja lainnya. Sementara bantuan-bantuan pembinaan dari Pemerintah juga temporer," ungkapnya.


Keberadaan Sanggar Seni Persada Rimba didirikan oleh Gimun dan anaknya, Budiman pada masa pandemi Covid-19. Karena saat itu pembelajaran sekolah dilakukan secara daring banyak anak-anak menghabiskan waktu bermain di rumah. Momen itu kemudian dimanfaatkan Gimun dan Budiman untuk mengajak anak-anak tersebut nguri-uri kebudayaan melalui kesenian.


Mereka menjadikan rumah tinggalnya sebagai tempat berlatih tari Topeng Ireng. Budiman yang memang punya hobi dan minat di bidang seni menjadi guru pembimbing anak-anak. Sedangkan Gimun yang berprofesi sebagai perakit sound system berusaha membeli kelengkapan pentas seperti sound system dan alat-alat musik kesenian lain meski harus mengorbankan tabungannya.

 

Melihat latar belakang dan kondisi itu, penari dan pecinta seni dari Jaringan Seniman Magelang, Dwi Anugerah mengingatkan pentingnya rasa suka dan cinta terhadap pekerjaan dalam hal ini menari sebagai minat yang digemari. Tekun dan rajin berlatih sehingga memperoleh hasil yang berkualitas, bagus dan kompak.


"Jangan pernah berpikir bayaran tetapi cari nama dan penggemar, dengan demikian Persada Rimba akan banyak digemari, ditonton dan diundang untuk pentas di berbagai tempat," ujar Dwi.


Dijelaskan Dwi, kondisi kelompok kesenian di daerah tujuan wisata memang berbeda dengan yang berada di lereng pegunungan yang umumnya mereka bekerja sebagai petani. Mereka menari untuk memenuhi panggilan jiwanya atau hobi sehingga merekapun tidak terlalu melihat berapa uang yang didapat.


Oleh karenanya membuat Jaringan Seniman seperti yang dilakukan oleh Pak Coro melalui Ruwat Rawat Borobudur merupakan langkah yang tepat untuk mengsinergikan yang saling menguatkan di antara para penggemar seni tradisi, terlebih dihubungkan dengan warisan budaya Borobudur sebagai titik kebesaran budaya yang dimiliki Bangsa Indonesia.


"Kesuksesan dan keberhasilan pentas kesenian Persada Rimba di Balkondes Karanganyar tidak terlepas dari peran dan usaha dari Sucoro penggagas Ruwat Rawat Borobudur. Sucoro yang berusaha memediasi dan mensinergikan antara Kelompok Kesenian Persada Rimba dengan Jaringan Seniman Magelang," terang Dwi.


Pada kesempatan tersebut Pengurus Jaringan Seniman Magelang juga menyerahkan bantuan dana guna meringankan kebutuhan panitia.


Sementara itu, Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Novita mengapresiasi nguri-uri kebudayan yang dilakukan anak-anak dan remaja yang tergabung dalam Masyarakat Cinta Budaya Karanganyar.


Menurutnya, pentas kesenian tidak hanya sebagai hiburan maupun tontonan tetapi juga tuntunan. Pada pentas kesenian menyajikan wirogo, wirupo, wiroso, wiromo (gerak, irama, penjiwaan dan irama), yang semuanya memerlukan kekompakan, kesatuan dan keselarasan pada gerak maupun irama.


"Pentas kesenian topeng ireng menyimbolkan keberanian dan semangat yang dapat menjadi tuntunan bagi penonton," papar Novita.


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar