Apresiasi De-Gemes, 21 Desa Bersaing dalam Pengelolaan Sampah dan Lingkungan

Dilihat 42 kali
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Magelang, menggelar apresiasi Desa Gemar Mengelola Sampah (De-Gemes) tahun 2025, diikuti 21 desa dari 21 kecamatan di Kabupaten Magelang.

BERITAMAGELANG.ID - Untuk ketiga kalinya, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Magelang menggelar Apresiasi Desa Gemar Mengelola Sampah atau De-Gemes. Ajang ini menjadi bentuk penghargaan bagi desa-desa yang aktif dan inovatif dalam mengelola sampah, menjaga kebersihan lingkungan, melakukan konservasi air, serta memanfaatkan pekarangan secara optimal.


Sebanyak 21 desa dari 21 kecamatan di Kabupaten Magelang turut ambil bagian dalam kompetisi yang bertujuan menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan mandiri.


"De-Gemes ini merupakan program inovatif DLH, yang harapannya dapat menjadi embrio bagi Program Kampung Iklim (Proklim)," ujar Uswatun Wulandari, Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup (PSPKLH) pada DLH Kabupaten Magelang, saat proses penjurian di Ruang Kalpataru DLH, Jumat (9/5/2025).


Uswatun menjelaskan, melalui De-Gemes, DLH ingin mendorong desa agar menjadi lebih mandiri dalam mengelola sampah dan limbah rumah tangga. Program ini juga diharapkan dapat menciptakan kader lingkungan yang memiliki kemampuan teknis dalam menciptakan pemukiman yang layak huni, bersih, dan sehat.


"Selain itu, program ini mendorong optimalisasi bank sampah agar memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat," lanjutnya.


Desa-desa peserta De-Gemes tahun ini meliputi: Majaksingi (Borobudur), Sidorejo (Bandongan), Banyubiru (Dukun), Tirto (Grabag), Pandansari (Kajoran), Adipuro (Kaliangkrik), Deyangan (Mertoyudan), Pringombo (Tempuran), Senden (Mungkid), Ngawen (Muntilan), Pandean (Ngablak), Ngluwar (Ngluwar), Gumelem (Pakis), Sirahan (Salam), Ngampeldento (Salaman), Wonolelo (Sawangan), Kalijoso (Secang), Polengan (Srumbung), Tegalrejo (Tegalrejo), Podosoko (Candimulyo), dan Wonoroto (Windusari).


Penilaian dalam ajang ini mencakup sejumlah indikator, antara lain besaran anggaran pengelolaan sampah tingkat desa, kebijakan kepala desa, konservasi air (sumur resapan, biopori, dan sumber mata air), sanitasi rumah tangga, pengelolaan limbah, pemanfaatan pekarangan untuk penghijauan, hingga inovasi lingkungan dan video dokumentasi kegiatan.


"Ajang ini adalah upaya nyata agar persoalan sampah bisa ditangani dari tingkat desa. Pengelolaan harus menjadi kolaborasi antara pemerintah desa dan masyarakat," tegas Wulandari.


Dosen Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA), Robiul Fitri Masithoh yang juga terlibat dalam kegiatan ini menambahkan, pengelolaan sampah harus dimulai dari tingkat rumah tangga.


"Masalah sampah tidak hanya terjadi di Magelang, tapi di berbagai daerah. Solusinya harus dimulai dari hulu. Desa harus menjadi motor penggerak dengan pengelolaan berbasis masyarakat, seperti bank sampah atau pendirian TPS3R," ungkapnya.


Melalui kegiatan De-Gemes, diharapkan muncul inovasi baru dari masyarakat desa dan kesadaran kolektif untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan lestari.


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar