BERITAMAGELANG.ID - Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang menyelenggarakan
kegiatan sosialisasi Sistem Peringatan Dini (Early Warning System/EWS) tanah
longsor pada 19 - 21 November 2025. Kegiatan ini dilaksanakan di tiga desa yang
memiliki tingkat kerawanan longsor tinggi, yakni Desa Ngepanrejo Kecamatan
Bandongan, Desa Bumiayu Kecamatan Kajoran, dan Desa Wonolelo Kecamatan
Sawangan.
Sebanyak 80 peserta mengikuti kegiatan ini, terdiri dari perangkat desa, relawan penanggulangan bencana, tokoh masyarakat, dan warga yang berdomisili di wilayah rawan bencana. Kegiatan menghadirkan narasumber Anggota DPRD Kabupaten Magelang, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang, Kepala Seksi Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Magelang, dan Kepala Seksi Pencegahan BPBD Kabupaten Magelang. Mereka memberikan paparan mengenai dinamika bencana tanah longsor, pentingnya kesiapsiagaan, dan cara kerja sistem peringatan dini tanah longsor.
Data BPBD Kabupaten Magelang menunjukkan hingga November 2025 telah terjadi 159 kejadian tanah longsor di wilayah Kabupaten Magelang. Dari jumlah tersebut, beberapa kecamatan yang menjadi lokasi sosialisasi termasuk dalam daftar wilayah dengan tingkat kejadian tertinggi. Di Kecamatan Kajoran terdapat 16 kejadian tanah longsor, Kecamatan Bandongan sebanyak 18 kejadian, dan Kecamatan Sawangan sebanyak 13 kejadian.
"Tingginya angka kejadian ini menjadi dasar pentingnya peningkatan kapasitas masyarakat dan pemasangan sistem peringatan dini di lokasi rawan," ujar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang, Edi Wasono.
Sejalan dengan hal tersebut, Edi juga menyampaikan tentang pentingnya mitigasi tanah longsor dan kesiapsiagaan masyarakat. Upaya mitigasi terdiri dari mitigasi struktural yang terkait dengan fisik dan mitigasi non struktural yang berhubungan dengan aktivitas non-fisik.
BPBD Kabupaten Magelang telah memasang EWS tanah longsor di tiga lokasi rawan tersebut untuk memberikan peringatan dini bagi warga. Dalam sosialisasi, peserta mendapatkan pengenalan mengenai komponen EWS, indikator pergerakan tanah, hingga prosedur yang harus dilakukan apabila alarm peringatan berbunyi.
"Hal ini bertujuan agar masyarakat tidak hanya mengetahui adanya alat peringatan, tetapi juga memahami langkah cepat dan tepat dalam menghadapi potensi bencana," lanjutnya.
Kepala Seksi Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Magelang, Joko Budi Sulistyo menambahkan, edukasi kepada masyarakat merupakan bagian penting dalam siklus manajemen bencana.
"Peralatan seperti EWS tidak akan efektif tanpa pemahaman masyarakat yang memadai. Karena itu, sosialisasi ini menjadi momentum penting untuk memperkuat kesiapsiagaan warga," jelasnya.
Anggota Komisi 4 DPRD Kabupaten Magelang, Nurcholis yang hadir sebagai narasumber menyampaikan dukungan terhadap langkah BPBD dalam memperluas pemahaman kebencanaan. Ia menekankan, upaya mitigasi harus dilakukan secara kolektif oleh pemerintah, relawan, dan masyarakat.
"Kesiapsiagaan adalah investasi keselamatan," tegasnya.
Dengan pemahaman yang baik, risiko korban dapat ditekan dan masyarakat bisa bergerak cepat saat tanda bahaya muncul.
"DPRD mendukung kegiatan penanggulangan bencana di Kabupaten Magelang melalui kebijakan legislasi, penganggaran, dan pengawasan," tambahnya.
Melalui kegiatan sosialisasi ini, BPBD Kabupaten Magelang berharap masyarakat di Desa Ngepanrejo, Desa Bumiayu, dan Desa Wonolelo dapat lebih memahami potensi bencana tanah longsor serta memiliki kesiapan menghadapi kondisi darurat. Dengan tingginya kejadian longsor di Magelang setiap tahun, penguatan edukasi dan pemanfaatan teknologi EWS menjadi bagian penting dalam mewujudkan masyarakat yang tangguh bencana.
Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat budaya sadar bencana, meningkatkan kewaspadaan warga, dan memastikan informasi peringatan dini dapat diterjemahkan menjadi tindakan cepat yang menyelamatkan.
0 Komentar