Harga Anjlok, Petani Salak Pondoh Magelang Merugi

Dilihat 5147 kali
Petani di Desa Kaliurang Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang Jawa Tengah sedang menyortir salak pondoh paska harga jual anjlok


BERITAMAGELANG.ID - Para petani salak di Desa Kaliurang Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang Jawa Tengah mengeluhkan anjloknya harga salak jenis pondoh menjadi Rp. 1.000 hingga Rp. 3.000 per kilogram. Akibatnya, banyak petani memilih membiarkan buah salak mereka membusuk, tidak dipanen.
Salah satu petani salak pondoh Desa Kaliurang Srumbung, Wagirah (56 th) mengungkapkan, penurunan harga salak sudah dirasakan sejak akhir 2017. 


"Pada tahun lalu memang ada penurunan, namun harga saat ini dirasakan paling rendah," tuturnya kepada BeritaMagelang.id, Selasa (27/02).


Menurutnya, sejak awal 2018 harga salak mulai tidak stabil, tertinggi di tingkat petani harga jual hanya di kisaran Rp. 3.000 per kilogram. Harga salak akan semakin rendah yakni sekitar Rp. 1.000 per kilogram untuk daerah bawah jauh dari lokasi Gunung Merapi. Bahkan salak berukuran kecil hanya dibeli Rp. 200 hingga Rp. 500 per kilogram.


"Pada awal tahun lalu, harga salak cenderung stabil di kisaran Rp. 5.000 bahkan untuk salak dengan kualitas bagus harganya mencapai Rp. 7.000 per kilogram," jelas Wagirah.  


Saat ini tanaman salak belum masuk masa panen raya, bahkan hasil panen saat ini juga cenderung sedikit akibat busuk oleh tingginya curah hujan. Rendahnya harga salak musim ini membuat para petani rugi, karena tidak menutup biaya perawatan.


"Tak sedikit petani membiarkan salak mereka busuk di kebun, karena hasil jual panenan tak menutup biaya pembelian pupuk dan perawatan," lanjutnya.


Tidak hanya pasar lokal yang lesu, ekspor buah eksotik khas lereng barat gunung Merapi ke wilayah Cina dan Tiongkok oleh Kelompok Tani Pangudiluhur Desa Kaliurang juga mengalami kondisi sama. Ketua kelompok tani Pangudi Luhur, Agus Suryono menduga anjloknya harga salak kali ini merupakan dampak cuaca ekstrim dan kesalahan perawatan paska panen oleh para petani.


"Saat ini minat beli konsumen terhadap buah salak menurun karena cepat busuk akibat tingginya kadar air hujan, di waktu yang sama banyak pilihan buah lain yang sedang panen raya," ungkapnya.


Selain itu, sambung Agus, rendahnya harga buah salak juga dipengaruhi aksi penjualan bibit salak pondoh massal keluar daerah. Sehingga semua pulau saat ini sudah memiliki sentra pertanian buah salak dan berlomba-lomba menembus pasar ekspor.


 "Selain dibutuhkan inovasi teknologi untuk menjaga kualitas salak di musim hujan, Satgas pangan juga diharapkan turun menelusuri penyebab merosotnya harga salak, termasuk pemerintah memperketat izin register kebun salak, agar tidak disalahgunakan oleh eksportir nakal," pungkas Agus.


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar