Jemunak, Jajanan Khas yang Selalu Dirindukan Saat Ramadan

Dilihat 277 kali
Jemunak, cemilan khas bulan Ramadan dari Desa Gunungpring Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang.

BERITAMAGELANG.ID - Jemunak, merupakan makanan khas di bulan Ramadan yang berasal dari Desa Gunungpring Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang. Kudapan ini selalu dirindukan umat muslim karena hanya tersedia di bulan Ramadan. Rasanya yang legit, gurih, manis, seolah menjadi magnet bagi yang sudah pernah menyicipi untuk kembali menyantapnya. Cemilan ini cocok dikudap saat berbuka puasa.


Secara turun temurun, hanya keluarga Ponisih, warga Dusun Karaharjan Desa Gunungpring yang membuat cemilan ini. Ponisih memadukan parutan singkong, beras ketan dan parutan kelapa, serta gula Jawa untuk pemanis. Untuk gula dibuat cair atau 'juruh' dalam bahasa Jawa.


Proses pembuatannya juga cukup gampang. Setelah ketela dikupas dan dicuci bersih kemudian diparut. Beras ketan dikukus sampai setengah matang. Setelah itu, kedua adonan ini dicampur menjadi satu untuk  dikukus. Setelah matang, kemudian ditumbuk hingga menjadi halus atau kalis. 


Agar memiliki cita rasa gurih, adonan yang sudah kalis ini dicampur dengan parutan kelapa kemudian disiram dengan 'juruh'. Untuk penyajiannya masih secara tradisional, jemunak dibungkus dengan menggunakan daun pisang.


Karena semakin banyak penggemarnya, Ramadan tahun ini, Ponisih membuat jemunak lebih banyak dibanding tahun lalu. 


"Tahun ini membuat lebih banyak karena yang memesan bertambah," kata Ponisih. 


Tahun lalu ia membuat jemunak dari 15 kg parutan singkong dan 3 kg tepung ketan/hari. Tahun ini, dia membuat dua kali lipat lebih banyak, yakni 30 kg/hari.


Ponisih cukup berbangga, karena makanan ini menjadi ikon setiap datangnya bulan suci Ramadan di Desa Gunungrping. Sejak hari kedua Ramadan, dirinya sudah mulai membuat makanan itu sampai dua hari menjelang lebaran nanti.


"Hingga saat ini masih banyak yang membeli secara langsung, karena juga ingin melihat proses pembuatannya. Namun juga banyak yang pesan melalui layanan whatsapp,ujarnya.


Tidak hanya warga setempat saja yang membeli, namun juga para pedagang makanan. Bahkan warga luar kota juga sudah banyak yang memesan. Seperti dari Yogyakarta, Semarang, juga Jakarta. Ia mengaku juga pernah mengirim ke Kalimantan. 


Harga yang dibandrol juga sangat terjangkau yakni hanya Rp 3.500 per bungkusnya. Dalam sehari ia bisa membuat sampai 500 bungkus. 


Dewa, warga Kecamatan Mertoyudan mengaku penasaran dengan makanan khas Ramadan dari Desa Gunungpring ini. Karena itu, ia sengaja datang ke Gunungpring untuk membeli sekaligus melihat secara langsung proses pembuatannya. 


"Saya beli buat buka puasa nanti. Penasaran dengan jemunak yang sudah terkenal saat puasa ini," katanya.


Ia melihat porsinya juga cukup untuk berbuka puasa. Tidak terlalu mengeyangkan. Harga tidak terlalu mahal, mengingat bahan-bahan dasar yang digunakan harganya juga cukup tinggi.


Ia sengaja membeli 10 bungkus untuk disantap bersama dengan keluarga saat berbuka puasa. 


"Selain itu juga dibagikan ke saudara yang tinggal dekat rumah," kata dia.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar