Biarkan Anak-Anak Berekspresi

Dilihat 947 kali
Anak-anak perlu diberikan kebebasan untuk menyalurkan ekspresinya baik akedemik maupun non akademik dalam berbagai kegiatan positif agar jati dirnya dapat terbentuk, bertumbuh dan berkembang.

Keceriaan, canda tawa, luapan kegembiraan pada saat anak-anak bertemu di sekolah maupun kegiatan lain di kampung baik seni maupun olahraga menandai bahwa mereka membutuhkan ajang untuk berekspresi. Ekspresi mereka itu membutuhkan media, agar dapat tersalurkan secara positif. Terlebih lagi, pada bulan Juli ini juga bersamaan seluruh bangsa Indonesia memeringati Hari Anak Nasional.


Seluruh bangsa Indonesia tentunya tidak akan melupakan hari yang cukup istimewa yang diperingati setiap 23 Juli. Peringatan tersebut berdasarkan Keputusan Presiden No. 44 tahun 1984. Peringatan pada tahun ini, pada tataran implementasinya sudah mulai marak dan diperingati dengan meriah. Berbeda ketika saat pandemi, dilakukan dengan daring hampir lebih dari dua tahun.


Peringatan HAN tahun 2023 ini, dapat lebih dimaknai secara akuratif sebagai komitmen terhadap perlindungan anak Indonesia agar tumbuh dan berkembang secara optimal, dengan mendorong peran serta keluarga Indonesia menjadi lembaga pertama dan utama dalam memberikan perlindungan kepada anak. Sedangkan sekolah sebagai rumah kedua anak-anak dapat memfasilitasi serta mendampingi potensi masing-masing pribadi anak-anak untuk tumbuh maupun berkembang sesusai  talenta yang dimiliki.


Adapun tema yang diambil pada HAN tahun 2023 ini yaitu Anak Terlindungi, Indonesia Maju. Sedangkan tujuan dari penyelenggaran HAN tahun ini secara umum sebagai bentuk penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak sebagai generasi penerus yang nantinya akan meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini. Adapun tujuan khususnya di antaranya adalah peningkatan peran pelapor dan pelopor (2P) dalam rangka menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk anak.


Menciptakan ruang berkualitas dalam rangka meningkatkan pengasuhan keluarga sebagai upaya pencegahan kekerasan dan eksploitasi terhadap anak. Pemberian edukasi intensif dan berkesinambungan baik untuk anak maupun orang tua atau terkait dengan pencegahan perkawinan anak dan pekerja anak. Di samping itu tujuan khusus lainnya yaitu pemberdayaan ekonomi keluarga dalam upaya peningkatan kualitas anak (https://detik.com).


Penyemai nilai mulia


Tidak bisa dipungkiri, keluarga pada prinsipnya memang merupakan sumber pertama dan utama yang menyemai nilai-nilai mulia untuk proses kehidupan anak-anak. Kualitas sebuah keluarga menentukan kualitas pola perilaku, cara berpikir, dan bersikap terhadap sebuah peristiwa yang dialami oleh anak-anak.


Pada umumnya cara seseorang bertindak sering kali diperoleh dalam pengalaman kebersamaan bersama keluarga baik secara langsung maupun tidak langsung. Proses imitasi biasanya menjadi langkah awal sosialisasi dan nilai-nilai kehidupan yang sangat hakiki. Proses pembentukan karakter digambarkan sebagai sebuah perjalanan yang bermula dari rumah, menuju ke masyarakat luas.


Keluargalah yang pertama menyemai nilai-nilai mulia dalam diri anak sejak kecil. Sesuatu yang didengar, dilihat, dirasakan, serta dipahami dalam keluarga inilah yang akan membentuk habituasi atau pembiasaan dan konstruksi nilai individu bagi anak tersebut sampai nanti meniti usia dewasa. Proses akuisisi nilai-nilai inilah yang akan membentuk keseluruhan kepribadian individu (Doni Koesoema A., 2018).


Dalam proses perjalanan waktu, apabila anak semakin besar, orang tua perlu mengondisikan agar anak mulai diberi penjelasan rasional untuk mamahami sebuah perilaku dan sikap. Anak membutuhkan eksplanasi rasional mengapa ia dilarang dan juga diperbolehkan melakukan sesuatu sesuai dengan batasan-batasannya. Dengan memberikan penjelasan rasional, anak akan merasa dianggap sebagai pribadi yang bisa mandiri dalam menata mentalitas hidupnya.


Ketika seorang anak sudah mampu memergunakan kemampuan berpikir, berbahasa dan berkomunikasi, metode sosialisasi atas nilai dan norma sosial yang berlaku di dalam keluarga akan efektif bila dilakukan melalui sebuah proses dialog. Dengan mengedepankan proses dialog dalam keluarga dalam menggali proses berpikir rasional, nantinya akan terbangun pendidikan karakkter dalam keluarga.  


Anak-anak sekarang terutama di era milenial ini membutuhkan keteladanan dan komunikasi agar terbangun pemahaman akan sikap dan perilaku sebuah tindakan. Proses repetisi perilaku ini nantinya akan menjadi habituasi yang terpatri di dalam diri kepribadian anak.


Sebagai contoh pada saat ini anak-anak sudah tidak bisa lepas dari gawainya. Orang tua perlu memberikan nasihat yang bijak agar anak-anak dapat menggunakan gawainya secara proporsional dan mengingat waktu. Jangan sampai keseharian anak-anak dibiarkan bermain dengan gawainya tanpa henti dan melupakan kewajiban untuk belajar. Di sini orang tua perlu memberi contoh, ketika mengingatkan anak-anak untuk berhenti dalam mengoperasionalkan gawainya, konsekuentsinya orang tua juga perlu menghentikan keasyikan dengan gawainya.


Contoh lainnya, pada saat ini anak-anak usia sekolah sudah mulai masuk sekolah. Orang tua perlu menyikapi dengan menerapkan manajemen waktu dalam mendampingi anak-anak belajar. Pada saat anak-anak belajar, perlu diciptakan suasana kondusif agar mereka nyaman dalam belajar. Seperti mematikan gawai atau televisi rumah agar anak-anak bisa konsentrasi. Di samping itu, orang tua perlu juga memberi contoh anak-anak dalam menjalin ikatan kebersamaan dengan lingkungannya, melalui etika atau kesantunan selaras dengan budaya ketimuran. Merajut ikatan mutual ini tentunya membutuhkan proses dalam pembiasaan sehari-hari.  


Motivasi orang tua sangat dibutuhkan pada saat anak-anak belajar di rumah, seperti membaca buku, mengkliping media, merapikan dokumen pribadi, dan lain sebagainya. Keteladan seperti itu, nantinya pasti akan diingat anak-anak sampai kapan pun. Mereka akan lebih mengingat tindakan praksis orang tua ketimbang hanya sekadar hardikan atau peringatan keras.


Ketahanan keluarga


Kembali di sini ketahanan keluarga dan pihak-pihak lain yang peduli sangat dibutuhkan agar anak-anak semakin tangguh dan tegar menghadapi tantangan Indonesia ke depan. Kita optimis sinergitas berbagai pihak akan menyelamatkan anak-anak dari dampak pandemi yang berkepanjangan beberapa tahun lalu untuk menjadi generasi tangguh. Dengan terpenuhi dan terlindunginya hak-hak mereka secara wajar, anak-anak akan dapat bangkit menyongsong masa depan demi kemajuan Indonesia.


Selain itu, dalam sub tema HAN juga ditegaskan anak-anak perlu cerdas dalam menggunakan media sosial. Hal itu perlu menjadi perhatian, karena media sosial dengan berbagai informasi yang bersileweran di dunia maya, apabila tidak diseleksi dengan cerdas akan menjadikan mereka terjerumus ke dalamnya.


Di samping itu, anak-anak juga membutuhkan rasa aman untuk melakukan segala kegiatannya. Rasa aman tersebut akan menjadikan dirinya dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Biarkan mereka mengepresikan talentanya secara total dalam ranah positif yang nantinya akan membentuk jati dirinya.

 

Selamat Hari Anak Nasional tahun 2023. 

 

(Oleh: Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd., Guru Seni Budaya SMK Wiyasa Magelang)

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar