Data, Angka, dan Aksi: di Balik Setiap Angka Ada Cerita

Dilihat 47 kali

Ketika mendengar kata "data", yang terbayang di benak banyak orang mungkin adalah angka-angka yang berjejer, grafik-grafik rumit, dan tabel penuh kolom yang membingungkan. Padahal, di balik deretan angka itu, tersimpan cerita, makna, bahkan arah kebijakan yang bisa mempengaruhi kehidupan jutaan orang.


Ya, data bukan hanya sekedar angka berderet. Data adalah cerminan realitas. Ia merekam bagaimana masyarakat hidup, bekerja, belajar, bahkan mengalami kesulitan. Ketika dikumpulkan dan dianalisis dengan benar, data bisa menjadi alat yang sangat kuat untuk mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan.


Di balik setiap angka, ada cerita penting. Ambil contoh sederhana "10 persen anak usia sekolah tidak mengenyam pendidikan". Di balik persentase itu, mewakili anak-anak dengan nama, wajah, dan harapan yang tertunda. Mereka mungkin tinggal di daerah terpencil, harus membantu orang tua bekerja, atau tidak punya akses internet untuk belajar daring.


Atau data tentang "penurunan pengunjung pasar tradisional" mungkin bukan semata karena persaingan dengan pasar modern, tetapi bisa juga karena infrastruktur jalan yang rusak atau kondisi pasar yang tidak memadai. Mewakili ratusan pedagang yang ekonominya menurun bersama penurunan pengunjung. Di sinilah pentingnya membaca data dengan hati, bukan sekadar angka mentah.


Mengapa kita perlu melek data?


Di era digital saat ini, setiap aktivitas menghasilkan data, entah itu belanja online, mengisi survey, kirim laporan, atau bahkan ketika sekadar membuka aplikasi cuaca. Data terus tumbuh dan semakin berlimpah. Tapi data yang melimpah tidak berarti apa-apa jika tidak dipahami. "Melek data" bukan berarti semua orang harus jadi ahli statistik. Tetapi setiap orang, khususnya pemangku kebijakan, pelaku usaha, bahkan masyarakat umum, perlu belajar melihat data sebagai informasi yang hidup dan bermakna. 


Keuntungan "melek data" adalah :

  1. Melihat tren dan perubahan lebih awal
  2. Menghindari keputusan yang berdasarkan asumsi semata
  3. Menyuarakan kebutuhan masyarakat dengan bukti konkret


Data dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Misalnya dalam dunia pemerintahan, data dapat menjadi fondasi dari sebuah perencanaan dan evaluasi kinerja. Ketika data digital seperti data penduduk dijadikan dasar untuk menyusun program bantuan sosial, maka program akan dapat berjalan tepat sasaran. Ketika data pendidikan dianalisis secara jujur, maka akan menghasilkan kebijakan sekolah yang lebih adil dan merata.


Namun, keputusan yang tidak berbasis data justru rawan bias dan salah sasaran. Oleh karena itu, akurasi dan keterbukaan data menjadi kunci. Masyarakat juga berhak tahu dan mengakses data yang berkaitan dengan layanan publik, karena ini bagian dari transparansi.


Membaca data bukan cuma soal teknis. Dibutuhkan empati dan sensitivitas sosial agar angka-angka bisa diubah menjadi tindakan yang berdampak. Ketika kita membaca data kemiskinan, jangan hanya fokus pada berapa jumlahnya, tapi pikirkan juga bagaimana solusi riil bisa dibangun. Maka dari itu, penting untuk menanamkan nilai bahwa data adalah cerita manusia yang dijadikan angka, dan tugas kita adalah membacanya sebagai manusia juga.


Dari Data, Jadi Aksi


Data yang baik akan membawa kita pada pemahaman. Pemahaman yang baik akan mengarah pada pilihan, dan pilihan yang tepat akan mengarah pada perubahan. Mulailah melihat data bukan sekadar sebagai angka di layar, tetapi sebagai alat untuk membangun masa depan yang lebih adil, inklusif, dan berorientasi pada kebutuhan nyata masyarakat. Karena pada akhirnya, data bukan hanya angka, tapi juga amanah untuk menyuarakan yang tidak terdengar dan mengangkat yang belum terlihat.


Penulis: Nida Muna Fadhilla, Freelance Programmer

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar