Desa Wisata Yang Membumi

Dilihat 2624 kali
Desa wisata yang dikelola secara partisipatif oleh masyarakat akan menjadikan desa wisata semakin membumi.

MULAI bulan Agustus dan seterusnya diprediksikan menjadi puncuk kunjungan wisataman mancanegara (wisman) ke Jawa Tengah juga DIY. Wisatawan dari Eropa diperkirakan akan mendomininasi tingkujgan kunjungan wisawawan tersebut. Di Kabupaten Magelang wisatawan mancanegara sejak bulan Juni lalu sudah mulai kelihatan mengunjungai obyek-obyek destinasi wisata.

Beberapa hotel berbintang seperti Amanjiwo dan Plataran sudah banyak kebanjiran tamu wisman. Dampak ikutannya, para seniman pun sudah mulai menggeliat, karena hotel-hotel berbintang tersebut sering memasarkan paket seni tradisional untuk menjamu para tamu.

Hal yang perlu dilakukan oleh pengelola destinasi wisata dalam menghadapi lonjakan wisatawan mancanegara tersebut yang sangat prinsip dan terpenting yaitu tetap memastikan bahwa protokol kesehatan di setiap obyek wisata dijalankan secara ketat. Tentunya untuk merealisasikan harapan tersebut perlu didukung dengan infrastruktur yang memadai, seperti tempat cuci tangan, budaya hidup bersih, dan penerapan aplikasi peduli lindungi dengan baik (Kedaulatan Rakyat, 6/8/2022).

Pada saat ini ketertarikan wisatawan di samping mengunjungi obyek destinasi wisata yang sudah dikenal, ingin juga mengunjungi obyek wisata dalam lingkup desa wisata yang di dalamnya terdapat berbagai aspek kemasan pariwisata yang sangat bermanfaat untuk dipelajari.

Pada dasarnya implikasi desa wisata merupakan kelompok swadaya dan swakarsa masyarakat yang dalam aktivitas sosialnya berupaya untuk meningkatkan pemahaman kepariwisataan, mewadahi peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan di wilayahnya, meningkatkan nilai kepariwisataan serta memberdayakannya bagi kesejahteraan masyarakat, keikutsertaan dalam menyukseskan pembangunan kepariwisataan.

Daya Pikat

Eksistensi desa wisata saat ini apabila dikemas secara menarik dapat memiliki daya pikat yang luar biasa. Konsep desa wisata yang menawarkan pembelajaran berbasis agro dan budaya jika dielaborasikan secara holistik di berbagai daerah akan dapat menarik animo anak-anak muda untuk kembali mencintai pertanian berbasis budaya dan kearifan lokal.

Di Kabupaten Magelang potensi desa wisata menjadi aspek yang sangat signifikan untuk pengembangan pariwisata. Sebagai contoh Desa Wisata Banyubiru Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Banyubiru memiliki lima kesenian, 56 home industry dan Bukit Gununggono dengan latar belakang Gunung Merapi dan Merbabu.

Lain halnya dengan Desa Wisata Candirejo Borobudur. Wisatawan akan disuguhi pemandangan persawahan yang masih hijau, suasana asrinya desa, segarnya aliran sungai, udara sejuk bebas polusi, dan indahnya panorama Perbukitan Menoreh. Beragam kegiatan wisata pun dapat ditemui di sana. Beberapa di antaranya adalah jelajah desa naik dokar atau sepeda, rafting di sungai, offroad naik mobil jip ke Bukit Manoreh, dan belajar memasak makanan tradisional di rumah warga desa.

Desa wisata Ngawen Kecamatan Muntilan menyediakan fasilitas potensi alam yaitu Sungai Blongkeng untuk river tubing dan Jurug Sendang Manis. Potensi non alam berupa sosial budaya yaitu Candi Ngawen, dokar, pertanian, macam-macam kesenian tradisonal seperi jathilan, campur, dan kubrosiswo, macam-macam usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Sumber Daya Masyarakat

Prinsip utama yang dielaborasikan sebagai fondasi desa wisata adalah menjaga nilai-nilai luhur, baik tradisi maupun kebudayaan serta aktivitas masyarakat sehari-hari yang melekat dan sudah menjadi karakter harus tetap terlindungi walaupun tujuan akhirnya tentu adalah kesejahteraan bagi masyarakat desa.

Dalam menjalankan desa wisata, preparasi sumber daya manusia (SDM) adalah sangat fital dan prinsip yang merupakan skala prioritas. Penampilan fisik visual desa sebagai daya tarik layaknya etalase menjadi perhatian utama yang sangat penting. Penataan kawasan desa yang tertata rapi sesuai dengan alam dan budaya sekitar akan dapat menjadi salah satu daya tarik dari suatu objek wisata.

Untuk dapat mengoptimalkan desa wisata di Indonesia seyogyanya perlu dikemas dengan metode storytelling. Metode ini merupakan sebuah seni yang menggambarkan peristiwa yang sebenarnya maupun berupa fiksi dan dapat disampaikan menggunakan gambar ataupun suara.

Keuntungan dalam mengaplikasikan metode ini yaitu membantu mengenalkan pada proses dan tujuan maupun target yang akan dicapai serta penguatan tim kerja dalam membangun desa wisata. Dengan demikian penyiapan sumber daya manusia menjadi parameter utama yang tidak bisa dihindari, sehingga siap melaksanakan pelayanan sesuai tuntutan kebutuhan komunitas yang terus meningkat.

Adapun untuk mewujudkan desa wisata yang ideal adalah desa wisata yang tumbuh dan berkembang dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Dalam hal ini spirit partisipatif atau bottoum up perlu diimplementasikan secara berkelanjutan. Untuk itu komunikasi persuasif dalam menumbuhkan desa wisata, terutama dalam korelasinya dengan masyarakat adalah sangat penting.

Prinsip dasar pengelolaan pariwisataswa berbais masyarakt tersebut, menempatkan masyarakat lokal sebagai pelaku utama dalam mengembangkan pariwisata baik dalam pengambilan keputusan,pelaksanaan pengembangan pariwisata, maupun dalam pengelolaannya. Sehingga, manfaat kegiatan pariwisata sebesar-besarnya diperuntukkan bagi kesejahteraan masyarakat.

Dengan mengedepankan pariwisata berbasis masyarakat tersebut dapat menjadikan desa wisata menjadi semakin membumi karena pengelolaannya didasarkan pada keinginan dan partisipasi komunitas lokal.

(Oleh: Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd., Guru Seni Budaya SMK Wiyasa Magelang)

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar