Hilangnya "Lurah" dari Desa

Dilihat 2785 kali

Semangat membangun dimulai dari pinggiran, termasuk dari desa begitu besar di era pemerintahan Presiden Jokowi saat ini. Sangat tepat, karena selama hampir 15 tahun sejak reformasi 1998 pembangunan desa kurang mendapat perhatian yang serius. Ada pandangan selama itu desa hanya sebagai obyek politik dan pembangunan itu sendiri. Hal ini sangat bertentangan dengan beberapa pernyataan sosiologis dari para seniman seperti dalang wayang kondang Ki Narto Sabdo ditahun 70-an. Saat itu, Ki Narto Sabdo "mengkampanyekan" pembangunan desa melalui lagu "Modernisasi desa" di Jawa Tengah,  tapi harapannya untuk seluruh Indonesia. Bagian lirik yang menarik dari lagu itu antara lain berbunyi ...." wit kuna wis mesthi tansah dadi obyek ning saiki ganti, modernisasi desa pembangunan desa, ya tegese kuwi tho, kudu dadi subyek....". (Sejak dulu selalu " desa itu " jadi obyek, tetapi sekarang ganti. Modernisasi desa, pembangunan desa, ya artinya itu, harus menjadi subyek). Artinya, desa harus menjadi pelaku pembangunan dalam arti luas. Dengan begitu, desa akan menjadi lebih makmur secara sosial dan ekonomi. 

Ini lirik lagunya:
Ayo ayo kanca tilingana
kanca piyar sakna, enggal katindakna
desa kuwi 'wit kuna wis mesthi
tansah dadi obyek
ning saiki ganti

Modernisasi desa pembangunan desa
ya tegese kuwi tho
kudu dadi subyek melu nemtokake
ing bab politik ekonomi lan sosial
lan kabudayan duwe otoaktivitas
mrih kang tundhone kanggo mbrantas pengangguran

Modernisasi desa, modernisasi mental
modernisasi desa sa-Indonesia


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar