Memantik Pembudayaan Pariwisata

Dilihat 867 kali
Penataan infrastruktur di destinasi pariwisata akan dapat menjadikan kenyamanan bagi wisatawan yang pada gilirannya akan dapat memantik jiwa pembudayaan pariwisata.

Tahun 2023 ini bisa dikatakan berkah dari industri pariwisata. Pasca dicabutnya kebijakan PPKM tahun 2022 lalu, wisatawan baik nusantara maupun mancanegara sudah mulai berdatangan. Kedatangan wisatawan tersebut, berdampak besar bagi sektor pariwisata baik dari aspek ekonomi maupun non ekonomi.


Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno dalam beberapa kali jumpa pers mengungkapkan, lonjakan wisatawan akan terjadi pada saat lebaran. Selama lebaran akan terdapat 123,8 juta wisatawan yang akan melakukan perjalanan wisata. Kemenparekraf menargetkan 25 persen atau sekira 300 hingga 350 juta pergerakan dari target 1,4 miliar mobilitas wisatawan akan tercapai tahun ini (https://galajabar.pikiran-rakyat.com).


Mencermati dinamika prediksi publik terkait dengan lonjakan pariwisata terutama di destinasi wisata yang menjadi obyek kunjungan wisatawan, kiranya perlu diimbangi dengan tingkat pelayanan. Tidak bisa dipungkiri, aspek pelayanan menjadi parameter utama demi suksesnya agenda kunjungan pariwisata, baik di objek-objek wisata, restoran, sampai dengan di hotel. Untuk itu pelayanan pariwisata berbasiskan budaya perlu menjadi perhatian utama, agar nilai-nilai pariwisata tidak keluar dari nilai-nilai budaya yang ada di destinasi wisata tersebut.

 

Keragaman Budaya


Peran industri pariwisata tidak dapat dipungkiri dapat memberikan dampak ikutan bagi pengembangan budaya di Indonesia. Eksistensi objek wisata yang representasif juga akan dapat memperkenalkan keragaman budaya yang dimiliki suatu negara seperti kesenian tradisional, upacara-upacara agama atau adat yang menarik perhatian baik wisatawan nusantara maupun mancanegara.


Seiring dengan lajunya perkembangan industri pariwisata saat ini, kiranya diperlukan terobosan elaborasi pariwisata yang menyejahterakan masyarakat dengan penciptaan berbagai saluran dan mekanisme yang mampu membagikan sumber daya pariwisata. Lebih dari itu, pembangunan pariwisata dapat lebih berorientasi pada upaya untuk lebih memantik pembudayaan pariwisata pada masyarakat.


Pembudayaan pariwisata dapat dimaknai sebagai upaya mendorong masyarakat untuk lebih melakukan berbagai ragam aktivitas wisata secara arif, mencerahkan, mencerdaskan. Pariwisata hendaknya dipahami sebagai kegiatan pembelajaran dan pencerahan agar semua orang dapat memahami dirinya sendiri di hadapan orang lain, memahami keberagaman, dan mengisi ruas-ruas hidup dengan pengalaman melalui alam dan lingkungan sosial budaya yang penuh keunikan (Janianton Damanik, 2013).


Adapun pembudayaan pariwisata tersebut perlu dilakukan agar menjadi pembiasaan positif bahwa berwisata merupakan kebutuhan rohani yang dapat memberikan pencerahan. Oleh karena itu diperlukan beberapa langkah strategis, dengan beberapa alternatif. Pertama, penataan infrastruktur. Destinasi wisata yang nyaman untuk berwisata perlu dikemas agar wisatawan betah untuk berkunjung. Ibaratnya destinasi wisata sebagai rumah kedua wisatawan yang menjadikan minat untuk tinggal lebih lama.


Kedua, promosi berkelanjutan. Promosi wisata menjadi hal yang sangat prinsip agar destinasi wisata mendapat perhatian dari wisatawan. Terlebih lagi pasca pandemi ini, promosi lebih digencarkan, terutama lebih meyakinkan wisatawan bahwa objek-objek wisata tersebut aman untuk dikunjungi.


Ketiga, kolaborasi lintas sektoral. Pembudayaan pariwisata dapat terealisir dibutuhkan sinergi berbagai pihak untuk dapat memberikan kontribusi positif dan peran aktif. Tidak mungkin semua urusan pariwisata dibebankan kepada pemerintah, namun keterlibatan dan peran serta masyarakat sangat dibutuhkan, seperti kelompok sadar wisata, pemerhati pariwisata, pengusaha, asosiasi pariwisata, dan kelompok-kelompok lain untuk saling bersinergi.


Pada tataran praksisnya bisa dilakukan dengan cara memobilisasi berbagai kelompok masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya atau potensi yang dimiliki untuk kegiatan pariwisata. Salah satu contoh, promosi pariwisata bisa dilakukan melalui sekolah-sekolah. Pemerintah dan pengusaha pariwisata dapat memfasilitasi peserta didik di jenjang sekolah mulai dari pendidikan dasar sampai menengah yang memiliki prestasi dapat mengunjungi objek-objek wisata secara gratis. Langkah kebijakan tersebut diharapkan sekolah dapat membantu memromosikan objek-objek wisata sekaligus memotivasi peserta didik untuk selalu berprestasi dalam menempuh pendidikan di sekolah.

 

Peningkatan Pelayanan


Pembudayaan pariwisata pada dasarnya dapat menjadikan modal dasar agar parwisata berbasis komunitas dapat terwujud. Kekuatan pariwisata yang didukung oleh masyarakat dapat menjadikan sektor industri pariwisata dapat lebih solid dan eksistensinya akan berkelanjutan, karena ditopang dan didukung oleh komunitas sebagai penyangganya.


Keuntungan pragmatis lainnya, dari pembudayaan pariwisata ini adalah terealisasinya budaya berwisata pasar yang berorientasi pada wisatawan nasional. Apabila kekuatan wisatawan nasional kuat, tentunya ketergantungan kepada wisatawan mancanegara dapat diminimalisir. Kekuatan wisatawan nasional tersebut dapat menopang keberadaan pariwisata, karena didukung oleh semua komponen masyarakat yang sudah memiliki jiwa sadar berwisata.


Kembali ditegaskan di sini, pembudayaan pariwisata perlu juga diimbangi dengan tingkat pelayanan di destinasi wisata. Pelayanan prima dari sumber daya manusia diselarakan dengan norma dan pola budaya timur tentunya akan menjadikan wisatawan kerasan dan bersedia berkunjung kembali.


(Oleh: Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd., Guru Seni Budaya SMK Wiyasa Magelang)

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar