Mengajari hidup hemat pada anak-anak sesungguhnya tak harus langsung mengacu pada penggunaan uang, tetapi bisa dimulai dengan memberikan pengalaman sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Seperti misalnya menggunakan listrik, air, dan kertas secara bijaksana, yang akhirnya juga akan menghemat uang.
Namun begitu, mengenalkan konsep uang kepada anak-anak memang sesuatu yang tidak mudah. Pada anak-anak usia 3-4 tahun misalnya, ada beberapa tahapan yang harus dilalui. Kita bisa memulai dengan mengajak anak kita mengerti dari mana asal uang itu. Anak perlu disadarkan bahwa untuk mendapatkan uang seseorang harus bekerja. Uang tak keluar dari ATM begitu saja, meski anak kita melihatnya begitu. Ada sesuatu yang harus dilakukan sebelumnya untuk mendapatkan uang. Kenalkan anak kita pada profesi kita sebagai orang tuanya.
Sesekali, ketika beban kerja kita sedang tak berat, ajaklah anak kita ke kantor. Anak kita bisa melihat langsung bagaimana ayah/ibunya mendapatkan uang. Uang disimpan di bank yang bisa diambil melalui ATM. Setelah uang di tangan, ajak anak kita mengatur dan menggunakan uang itu secara bijaksana.
Salah satu cara untuk mengajari anak menggunakan uang secara bijaksana adalah mengajak anak kita berbelanja. Di sini kita dapat menjelaskan bahwa barang yang diambil harus dibeli atau dibayar dengan uang. Jelaskan pula harga barang yang berbeda satu sama lainnya. Dari perbedaan harga inilah anak belajar memahami, agar uangnya cukup, belilah hanya barang yang diperlukan.
Orang Tua Harus Tega
Memang, hampir tiap orang tua tidak tega menolak permintaan anak-anaknya. Apalagi saat anak kita merengek tak henti-hentinya ketika meminta sesuatu. Soal harga mungkin bukan halangan. Atau malah sebaliknya, kadang jadi kendala karena harganya memang mahal. Padahal masih ada pengeluaran lain yang harus dipenuhi dan perlu biaya tak sedikit. Penghasilan kita tak meningkat, sementara harga kebutuhan pokok terus merangkak naik menjelang hari raya idulfitri seperti sekarang ini. kita mengajak anak-anak untuk lebih berhemat. Tapi untuk anak kita, apakah sebagai orang tua kita tega?
Tapi yang perlu dipahami oleh kita sebagai orang tua, bahwa ini bukan soal tega atau tidak tega. Anak perlu suatu sikap dari orang tua yang tegas dan konsisten. Jika orang tua luluh karena rengekan dan menuruti keinginannya, anak akan merasa bahwa uang bukan masalah bagi orang tuanya.
Mengajari anak-anak kita menabung sejak dini akan melatih mereka menghargai jerih payah sendiri. Ketika ingin membeli mainan atau sesuatu, ia diharuskan menabung dulu. Dengan begini, anak kita bisa menghargai jerih payahnya sendiri dengan memelihara mainannya, tak mudah merusaknya.
Menabung pun dapat mengajari anak kita belajar memberi, dalam bentuk derma atau sumbangan. Kegiatan sosial dapat diajarkan kepada anak kita sejak dini, lewat penjelasan, bagaimana kita sebagai orang tua mengatur uang untuk dibelanjakan, ditabung, atau disumbangkan untuk kegiatan sosial. Belajar memberi ini secara langsung mendidik anak kita tentang nilai-nilai moral. Juga melatih untuk peka pada lingkungan sosialnya. Anak kita jadi belajar bahwa ada orang yang kurang mampu yang butuh dibantu dengan memberi sumbangan atau derma.
Hidup Irit Bukan Berarti Pelit
Gerakan hidup hemat memang akan menghilangkan sebagian kenyamanan kita. Kita sebagai orang tua tentu lebih mudah menerima kenyataan ini. Namun tidak begitu dengan anak-anak kita. Seperti misalnya anak kita yang tadinya bisa membeli dua tiga buah mainan setiap bulannya, kini hanya bisa satu.
Bisa jadi anak kita protes. Kita sebagai orang tua harus menjelaskan bahwa menghemat berarti mengganti pola hidup atau kebiasaan. Mengawalinya memang tidak mudah tetapi harus dilakukan. Yang terbaik adalah lewat pengalaman, alasan, dan teladan.
Misalnya kita memberi pengalaman menggunakan air secara bijaksana kepada anak kita. Gunakan air seperlunya. Alasannya perlu dijelaskan, seperti kandungan air bersih di bumi saat ini mulai berkurang, termasuk bagaimana air bersih didapatkan. Bagaimana mengambilnya dari dalam tanah dengan pompa air yang digerakkan tenaga listrik yang iurannya harus dibayar tiap bulannya. Kalau kita bisa hemat air, berarti juga hemat listrik untuk pompa air. Ini berarti bisa menghemat biaya pembayaran ke PLN.
Orang tua perlu memberi contoh dalam gerakan hemat air ini. Misalnya, kita sebagai ayah tak perlu mencuci mobil setiap hari, kecuali kalau memang keadaan mobil kita kotor sekali. Tak hanya ayah, seluruh anggota keluarga juga harus turut serta dalam gerakan hemat air ini.
Anak lebih mudah meniru apa yang telah dilakukan kita sebagai orang tua. Dengan memberi teladan, atmosfer berhemat bisa dibentuk. Ketika kita sebagai orang tua berperilaku boros dan tak bisa mengatur keuangan, biasanya anak akan meniru kita juga. Akan sulit diterima oleh anak jika ibunya sering berbelanja pakaian di mal, juga makan di restoran mahal, sementara anak dilarang membeli boneka idamannya. Sebaliknya, anak akan terbawa hidup hemat karena kita sebagai orang tua biasa hidup berhemat dan cermat mengatur keuangan.
Mengganti pola hidup atau kebiasaan bukan berarti kita harus hidup sengsara karena terlalu irit bahkan pelit. Dibutuhkan kreativitas untuk menyiasati pemenuhan segala kebutuhan. Meskipun memang tidak seenak dulu, tapi bukan berarti tak bisa dinikmati lagi.
Misalnya, anak kita yang biasanya menggunakan kertas HVS putih 80 g untuk menggambar, kali ini diganti kertas buram 70 g yang harganya jauh lebih murah. Memang tak seenak menggambar di kertas putih. Namun, intinya anak kita masih bisa terus menggambar. Juga soal jajan, pengeluaran bisa dikurangi dengan membawa bekal makanan dan minuman dari rumah. Lagi pula lebih terjamin kebersihan dan kesehatannya. Biasakan juga anak kita sarapan sebelum berangkat ke sekolah karena ia perlu energi yang cukup.
Mengajari hidup hemat kepada anak-anak kita memang harus dimulai sejak masih usia dini. Harapannya, saat anak kita dewasa akan menjadi pribadi-pribadi yang bijaksana dalam mengatur keuangan, pengeluaran dan pemasukan. Semoga.
Penulis: P. Budi Winarto, S.Pd. Guru SMP Pendowo Ngablak Kabupaten Magelang
0 Komentar