Metode Experiential Learning Untuk Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) Yang Berkualitas

Dilihat 14038 kali
Experiential learning adalah pembelajaran yang dilakukan melalui refleksi dan juga melalui suatu proses pembuatan makna dari pengalaman langsung

Oleh: P. Budi Winarto, S.Pd*)

SECARA implisit, seperti yang diamanatkan Kurikulum Merdeka, belajar merupakan istilah kunci yang paling vital dalam usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan pendidikan. Disitulah letak pentingnya manusia sebagai makhluk yang berpikir untuk terus belajar, baik itu belajar secara kelembagaan formal maupun belajar dari pengalaman yang pernah dan akan dialami.

Dalam kurikulum merdeka tujuan dari belajar bukan semata-mata berorientasi pada penguasaan materi dengan menghapal fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Lebih jauh daripada itu, orientasi kurikulum merdeka sesungguhnya dari proses belajar adalah memberikan pengalaman untuk jangka panjang. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kagiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan tansfer pengetahuan dari guru ke siswa.

Proses pembelajaran seperti apa yang diamanatkan dalam kurikulum merdeka, yaitu  suatu proses belajar yang dapat mengeksplorasi wawasan pengetahuan siswa dan dapat mengembangkan makna sehingga akan memberikan kesan yang mendalam terhadap apa yang telah dipelajarinya. Alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menjawab permasalahan diatas salah satunya adalah dengan menggunakan model experiential learning.

Experiential learning adalah proses belajar, proses perubahan yang menggunakan pengalaman sebagai media belajar atau pembelajaran. Experiential learning adalah pembelajaran yang dilakukan melalui refleksi dan juga melalui suatu proses pembuatan makna dari pengalaman langsung. Experiential learning berfokus pada proses pembelajaran untuk masing-masing individu (David A. Kolb 1984). Experiential learning adalah suatu pendekatan yang dipusatkan pada siswa yang dimulai dengan landasan pemikiran bahwa orang-orang belajar terbaik itu dari pengalaman, seperti yang diamanatkan dalam kurikulum Merdeka yang telah diimplementasikan di sebagian besar sekolah di Indonesia dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah pada tahun pelajaran 2022-2023.  Dan untuk pengalaman belajar yang akan benar-benar efektif, harus menggunakan seluruh roda belajar, dari pengaturan tujuan, melakukan observasi dan eksperimen, memeriksa ulang, dan perencanaan tindakan. Apabila proses ini telah dilalui memungkinkan siswa untuk belajar keterampilan baru, sikap baru atau bahkan cara berpikir baru.

Konsep Model Experiential Learning.

Model Experiential Learning seperti yang diamanatkan dalam kurikulum merdeka adalah suatu model proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung. Dalam hal ini, experiential learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.

Experiential learning dapat didefinisikan sebagai tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman yang secara terus menerus mengalami perubahan guna meningkatkan keefektifan dari hasil belajar itu sendiri. Tujuan dari model ini adalah untuk memengaruhi siswa dengan tiga cara, yaitu

  • mengubah struktur kognitif siswa.
  • mengubah sikap siswa.
  • memperluas keterampilan-keterampilan siswa yang telah ada.

Ketiga elemen tersebut saling berhubungan dan memengaruhi seara keseluruhan, tidak terpisah-pisah, karena apabila salah satu elemen tidak ada, maka kedua elemen lainnya tidak akan efektif. Experiential learning menekankan pada keinginan kuat dari dalam diri siswa untuk berhasil dalam belajarnya. Motivasi ini didasarkan pula pada tujuan yang ingin dicapai dan model belajar yang dipilih. Keinginan untuk berhasil tersebut dapat meningkatakan tanggung jawab siswa terhadap perilaku belajarnya dan mereka akan merasa dapat mengontrol perilaku tersebut. Experiential learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri dan adanya efek yang membekas pada siswa.

Model experiential learning memberi kesempatan kepada siswa untuk memutuskan pengalaman apa yang menjadi fokus mereka, keterampilan-keterampilan apa yang mereka ingin kembangkan, dan bagaimana cara mereka membuat konsep dari pengalaman yang mereka alami tersebut. Hal ini berbeda dengan pendekatan belajar tradisional di mana siswa menjadi pendengar pasif dan hanya guru yang mengendalikan proses belajar tanpa melibatkan siswa.

Aspek Pembelajaran Experiential Learning.

Experiential learning seperti yang diamanatkan kurikulum merdeka berisi 3 aspek yaitu:

  1. Pengetahuan (konsep, fakta, informasi).
  2. Aktivitas (penerapan dalam kegiatan).
  3. Refleksi  (analisis dampak kegiatan terhadap perkembangan individu).

Ketiganya merupakan kontribusi penting dalam tercapainya tujuan pembelajaran. Sedangkan dalam merancang pelatihan experiental learning, ada 4 tahapan yang harus dilalui yaitu:

  1. Experiencing, tantangan pribadi atau kelompok.
  2. Reviewing,mengkomunikasikaan pembelajaran dari pengalaman yang didapat.
  3. Concluding, menggambarkan kesimpulan dan kaitan antara masa lalu dan sekarang.
  4. Planning, menerapkan hasil pembelajaran yang dialaminya.

Prosedur Pembelajaran Experiential Learning.

Model pembelajaran dalam kurikulum merdeka memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif. Lebih lanjut, Hamalik menyatakan bahwa pembelajaran berdasarkan pengalaman memberi seperangkat atau serangkaian situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru (Hamalik,2001) Cara ini mengarahkan para siswa untuk mendapatkan pengalaman lebih banyak melalui keterlibatan secara aktif dan personal, dibandingan bila mereka hanya membaca suatu materi atau konsep. Dengan demikian, belajar berdasarkan pengalaman lebih terpusat pada pengalaman belajar siswa yang bersifat terbuka dan siswa mampu membimbing dirinya sendiri.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa penerapan model experiential learning dapat membantu siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri (Depdiknas, 2002). Seperti halnya model pembelajaran lainnya, dalam menerapakan model experiental learning guru harus memperbaiki prosedur agar pembelajarannya berjalan dengan baik. Hamalik (2001), mengungkapkan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam model pembelajaran experiental learning adalah sebagai berikut :

  1. Guru merumuskan secara seksama suatu rencana pengalaman belajar yang bersifat terbuka (open minded) yang memiliki hasil-hasil tertentu.
  2. Guru harus bisa memberikan rangsangan dan motivasi.
  3. Siswa dapat bekerja secara individual atau bekerja dalam kelompok-kelompok kecil/keseluruhan kelompok di dalam belajar berdasarkan pengalaman.
  4. Para siswa ditempatkan pada situasi-situasi nyata, maksudnya siswa mampu memecahkan masalah dan bukan dalam situsi pengganti. Contohnya, Di dalam kelompok kecil, siswa membuat mobil-mobilan dengan menggunakan potongan-potongan kayu, bukan menceritakan cara membuat mobil-mobilan.
  5. Siswa aktif berpartisipasi di dalam pengalaman yang tersedia, membuat keputusan sendiri, menerima kosekuensi berdasarkan keputusan tersebut.
  6. Keseluruhan kelas menceritakan kembali tentang apa yang dialami sehubungan dengan mata pelajaran tersebut untuk memperluas pengalaman belajar dan pemahaman siswa dalam melaksanakan pertemuan yang nantinya akan membahas bermacam-macam pengalaman tersebut.

Model pembelajaran experiential learning sangat tepat digunakan untuk mengimplementasikan kurikulum merdeka karena merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan proses belajar yang lebih bermakna, dimana siswa mengalami apa yang mereka pelajari. Melalui model  ini, siswa belajar tidak hanya belajar tentang konsep materi belaka, hal ini dikarenakan siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran untuk dijadikan sebagai suatu pengalaman. Hasil dari proses pembelajaran experiential learning tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja, juga tidak seperti teori behavior yang menghilangkan peran pengalaman subjektif dalam proses belajar. Pengetahuan yang tercipta dari model ini merupakan perpaduan antara memahami dan mentransformasi pengalaman. Dengan  penerapan metode experiential learning harapannya mampu untuk mengimplementasikan kurikulum merdeka lebih bermakna dan berkualitas. Semoga.


*)Penulis adalah guru SMP Pendowo Ngablak

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar