Oleh : P. Budi Winarto, S.Pd*)
IMPLEMENTASI kurikulum merdeka (IKM) mulai dilaksanakan secara serentak di seluruh Indonesia pada tahun pelajaran 2022-2023. Dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka banyak model pembelajaran yang bisa digunakan. Dengan menerapkan banyak model pembelajaran yang bervariasi, harapannya kualitas pembelajaran akan semakin meningkat. Salah satu metode pembelajaran yang bisa diterapkan dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka adalah model pembelajaran integratif.
Model Pembelajaran Integratif adalah suatu model pembelajaran yang bersifat induktif secara konseptual berdasar pada aliran konstruktivis dalam hal belajar. Menurut pandangan konstruktivisme belajar merupakan proses aktif dari si subjek belajar untuk merekonstruksikan makna dengan cara mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki, pengertiannya menjadi berkembang (Sardiman, 2003 : 32).
Model pembelajaran integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses. Model integratif terbagi menjadi intermata pelajaran dan antarmata pelajaran. Intermata pelajaran artinya beberapa aspek dalam satu mata pelajaran diintegrasikan. Misalnya dalam pelajaran Bahasa Indonesia, mendengarkan diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis diintegrasikan dengan berbicara dan membaca. Materi kebahasaan diintegrasikan dengan keterampilan bahasa. Sedangkan, antar mata pelajaran merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa mata pelajaran. Misalnya, Bahasa Indonesia dengan matematika atau mata pelajaran lainnya.
Sebagai contoh,dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, integratif intermata pelajaran lebih banyak digunakan. Saat mengajarkan kalimat, guru tidak secara langsung menyodorkan materi kalimat ke siswa tetapi diawali dengan membaca atau yang lainnya. Perpindahannya diatur secara tipis. Bahkan guru yang pandai mengintegrasikan penyampaian materi dapat menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi.
Prinsip dalam belajar menurut model integratif ada lima, yaitu :
Pembelajaran model integratif terkait erat dengan model induktif dalam hal struktur dan pelaksanaan. Perbedaan mendasar antara kedua model tersebut terkait dengan topik yang diajarkan untuk masing-masing model. Untuk model induktif didesain untuk mengajarkan topik-topik tertentu dalam bentuk konsep, generalisasi, prinsip, dan aturan-aturan akademik, sedangkan model integratif didesain untuk mengajarkan kombinasi topik-topik itu yang berbentuk isi yang luas, mengorganisasi anatomi pengetahuan (Usman, 2006:1).
Tujuan Model Pembelajaran Integratif
Untuk mencapai iklim yang mendukung pembelajaran integratif perlu diperhatikan:
Model integratif membutuhkan lingkungan kelas sedemikian sehingga siswa merasa bebas untuk mengambil resiko dan menawarkan kesimpulan, membuat dugaan, mengajukan fakta-fakta tanpa merasa takut dari kecaman atau rasa malu. Model integratif didesain untuk mencapai dua tujuan belajar yang saling terkait, yaitu:
Dalam menerapkan model integratif guru harus terampil di dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan siswa. Proses perencanaan model integratif serupa dengan perencanaan model induktif ataupun model pencapaian konsep antara lain yaitu menetapkan topik, menetapkan sasaran belajar, dan mempersiapkan sajian materi pelajaran.
Fase-fase Pembelajaran Model Integratif
Model integratif dilaksanakan dalam empat fase yang terkait erat, yaitu:
Fase 1: Menggambarkan, membandingkan dan menyelidiki pola
Ciri-ciri fase 1 yaitu siswa mengawali analisis mereka tentang informasi yang ada dalam matriks. Cara mengawali fase 1 bergantung pada pilihan dan keputusan guru masing-masing dengan memperhatikan tingkat perkembangan siswa.
Fase 2: Menjelaskan kesamaan (keserupaan) dan perbedaan
Fase ini ditandai dengan menggiring siswa masuk kedalam proses berpikir tingkat tinggi dan berpikir kritis. Pada fase 2 ini guru dituntut mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pada fase1 di atas siswa hanya diminta membuat observasi atau menetapkan kesamaan atau perbedaan, sementara pada fase 2 ini siswa diminta untuk menjelaskan perbedaan, mengapa kesamaan atau perbedaan itu ada.
Fase 3: Menghasilkan hipotesis dari keadaan yang berbeda
Fase 3 menandai satu langkah tambahan dalam mengembangkan kemampuan siswa untuk mengolah informasi.
Fase 4: Generalisasi untuk membentuk relasi yang luas
Pada fase ini pelajaran diringkas dan ditutup ketika siswa mendapat satu atau lebih generalisasi yang berfungsi untuk meringkas isi pelajaran. Pada saat siswa membuat ringkasan, guru menulis pernyataan-pernyataan ringkasan itu di papan tulis. Hal ini memudahkan untuk mengecek mengenai ketepatan ringkasan itu dan meminta siswa menambahkannya jika perlu.
Pada pembelajaran integratif di atas urutan fase-fasenya tidak bersifat hierarki dalam arti urutan tersebut tidak kaku. Seorang guru mungkin bergerak langsung dari membandingkan pada fase 1 ke pembuatan hipotesis pada fase 3 (Usman, 2006: 9).
Model pembelajaran Integratif sangat diharapkan dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka di sekolah. Pengitegrasiannya diaplikasikan sesuai dengan kompetensi dasar yang perlu dimiliki siswa. Materi tidak dipisah-pisahkan. Materi ajar justru merupakan kesatuan yang perlu dikemas secara menarik. Semoga.
*)Penulis adalah Guru SMP Pendowo Ngablak Kabupaten Magelang
0 Komentar