Pembentukan Karakter Gen Z Melalui Kearifan Lokal

Dilihat 298 kali

Pergeseran budaya asli Indonesia akibat gerusan budaya asing akhir-akhir ini tentu sangat memprihatinkan. Perlu satu upaya untuk bisa meluruskan kembali arah perkembangan budaya bangsa yang asli dan luhur serta kearifan lokal. Penting dipertimbangkan dampak buruknya bagi masa depan bangsa ini terutama generasi mudanya bila budaya-budaya yang sama sekali tidak mempunyai etika dan nilai estetika tersebut semakin marak dan mendominasi karakter para generasi penerus terutama Gen Z. 


Gen Z yang dalam bahasa sehari-hari dikenal sebagai zoomer yang merupakan anak-anak yang lahir antara tahun 1996 dan 2012 adalah kelompok demografis yang menggantikan generasi milenial dan sebelum generasi alfa. Anak-anak  Gen Z juga  masih memerlukan banyak bimbingan terutama dari orang tua dan pendidik dalam pembentukan karakter positif mereka karena dari sisi psikologis anak-anak Gen Z masih sangat labil.


Tanpa mengecilkan pentingnya modernisasi yang melanda Indonesia terutama generasi muda, perlu adanya kesadaran bahwa laju modernisasi yang terjadi di negara kita tetap harus diimbangi dengan pembentukan karakter yang luhur serta akhlak mulia dan budi pekerti terutama bagi anak-anak Gen Z yang masih dalam proses pembentukan karakter dan kepribadian.


Berkaitan dengan ini, budaya bangsa yang luhur dan kearifan lokal terutama yang ada di Kabupaten Magelang dapat dikatakan sebagai media utama dan penting dalam pembentukan karakter Gen Z. Oleh karena itu salah satu cara untuk membentuk karakter Gen Z ini adalah dengan terus menggalakkan budaya-budaya lokal yang penuh dengan kearifan dan semangat daya juang seperti yang ada dalam tarian tradisional, upacara-upacara adat seperti kegiatan saparan, nyadran, rejeban, syawalan dan sebagainya. 


Perlu dipikirkan bagaimana cara memperkenalkan dan mengembangkan budaya-budaya lokal dan kearifan lokal tersebut demi membentuk dan memperkuat karakter Gen Z. Hal ini tak terlepas dari esensi seni dan budaya itu sendiri sebagai elemen humaniora yang mampu menumbuhkan kepekaan nurani, nilai kesalehan hidup baik individu maupun sosial. Melalui seni dan budaya mata hati kita terutama Gen Z akan makin terbuka terhadap persoalan-persoalan kebangsaan, sehingga mampu melihat setiap persoalan secara jernih.


Upaya yang bisa dilakukan untuk mengembangkan dan memperkenalkan budaya lokal dan kearifan lokal sebagai sarana pembentukan karakter Gen Z adalah dengan mengembangkan image di kalangan Gen Z bahwa budaya yang kita miliki terutama yang ada di Kabupaten Magelang seperti kesenian tradisional dan upacara-upacara adat saparan, nyadran, rejeban, dan syawalan adalah budaya yang bernilai sangat tinggi. Sehingga Gen Z bukan hanya berani mempromosikan atau memakai budaya sendiri sebagai identitas dalam kehidupan bernegara maupun dalam pergaulan internasional, tetapi juga menjadikan Gen Z mau bersikap militan terhadap produk budaya bangsa, dengan demikian karakter-karatkter positif anak-anak Gen Z juga semakin berkembang.

 

Pendidikan karakter berbasis kearifan lokal


Dewasa ini perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang begitu pesat telah mengubah wajah pendidikan di Indonesia. Namun perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang menyebar luas hingga ke bidang pendidikan bukan berarti mampu menggerus keberadaan kebudayaan nasional terutama yang ada di kabupaten Magelang. Justru dengan adanya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan akan semakin mempermudah integrasi dalam mata pelajaran melalui pendidikan berbasis kearifan lokal. 


Budaya tradisional dan kearifan lokal sangat berperan dalam proses pembentukan karakter peserta didik terutama Gen Z. Melalui budaya tradisional seperti seni tradisional dan upacara-upacara adat yang berkembang terutama di Kabupaten Magelang seperti saparan, nyadran, rejeban dan syawalan bisa memperkuat jati diri dan karakter Gen Z.


Kearifan lokal, sebagai bagian dari gagasan yang berkembang secara terus-menerus dalam bentuk adat istiadat, nilai, norma, budaya, bahasa, dan kepercayaan, kearifan lokal memiliki serangkaian proses panjang saat berpadu dengan sistem pendidikan. Dan dunia pendidikan juga diharapkan menjadi motor utama dalam menjaga dan mengembangkan adat istiadat, norma, budaya tradisional, dan kearifan lokal.


Kearifan lokal dalam dunia pendidikan adalah upaya menjadikan keunggulan lokal sebagai potensi yang harus dilestarikan melalui pengajaran di sekolah. Dengan demikian, diharapkan siswa terutama Gen Z mencintai tanah kelahirannya, budaya luhurnya, seni tradisionalnya, adat istiadatnya terutama di Kabupaten Magelang seperti upacara tradisional saparan, rejeban, nyadran, syawalan dan mampu mengenalkan kearifan lokal dan jenis potensi lokal unggulan lainnya hingga ke ranah global.


Secara garis besar, beberapa bentuk kearifan lokal dapat diintegrasikan dengan sistem pendidikan di sekolah melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler. Contoh penerapannya yaitu seperti pada mata pelajaran seni budaya dan muatan lokal, atau bisa juga melalui kegiatan ekstrakurikuler seni tradisional atau kegiatan ekstrakurikuler yang memuat kearifan lokal dan potensi daerah setempat seperti makanan, musik, tari, dan pakaian adat atau busana daerah.


Pada tataran ini, dukungan dunia pendidikan agar dapat berperan serta membentuk unsur-unsur karakter yang meliputi kreatif, mandiri, daya juang, serta berdaya guna sangat dibutuhkan. Dengan kembalinya budaya-budaya lokal dan kearifan lokal terutama yang ada di Kabupaten Magelang menjadi kebanggaan masyarakat, khususnya Gen Z dan harapannya tentu karakter Gen Z yang luhur dan positif dapat terbentuk.


Mengakhiri tulisan ini, saya ingin mengajak anak-anak Gen Z untuk kembali mencintai budaya bangsa yang luhur dan kearifan lokal terutama di Kabupaten Magelang. Sebab budaya Indonesia lebih-lebih di Kabupaten Magelang yang luhur itu mampu untuk memfilter budaya asing yang negatif dan sebagai sarana pembentukan karakter positif Gen Z seperti, kreatif, mandiri, penuh daya juang, tidak gampang menyerah, percaya diri dan sebagainya. Semoga.

 

P. Budi Winarto, S.Pd,  Guru SMP Pendowo Ngablak Kabupaten Magelang.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar