Penanaman Sikap Kesahajaan Untuk Perkembangan Peserta Didik

Dilihat 654 kali

KESAHAJAAN, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sederhana, tidak mewah, tidak luar biasa.  Makna kesahajaan bagi peserta didik tercermin dalam tutur kata, cara berpakaian, cara tampil, dan cara berpikir seseorang. Kesahajaan bukan berarti manusia itu tidak berarti apa-apa. Manusia dalam dirinya mempunyai kedalaman makna tersendiri. Karena manusialah segala yang ada padanya dan sekitarnya menjadi berarti.

Makna diri manusia tidak diukur dari apa yang ia miliki (having) melainkan dari keberadaan dirinya sebagaimana adanya (being). Dari keberadaan seperti apa adanya, seorang manusia menunjukkan orisinalitas manusia dengan makna yang sesungguhnya. Sebab itu kesahajaan bukanlah ketiadaan harga diri seseorang. Manusia tetap berharga layaknya seorang manusia, makhluk yang berakal budi dan nurani.

Dengan akal ia bisa mempertimbangkan segala hal yang akan dan sudah dilakukannya. Dengan nuraninya ia dapat menilai segala tindakan yang akan dan sudah dijalankan. Maka sebelum dan sesudah melakukan sesuatu ia lebih dahulu menjadi dirinya sendiri. Ia jujur dengan dirinya sebelum jujur di hadapan orang lain. Sebab dengan kesahajaannya, ia mau tampil apa adanya tanpa harus menjadi seorang aktor. Maka sahaja artnya orisinil.

Sekarang ini sulit kita menemukan pribadi bersahaja. Modernisme dan globalisasi menawarkan iklan gaya hidup mewah dengan mobil keren, rumah luks, dan sebagainya. Anak-anak terpesona meniru gaya hidup konsumtif, tanpa ia menginginkannya dan tanpa disadari orang tuanya. Ketika mereka tidak menikmati apa yang dilihat pada tayangan televisi atau media sosial, mereka akan mengandalkan cara meraih hidup mewah tanpa harus berjuang keras.

Oleh karena itu, alangkah baiknya ketika memasuki pelbagai jenjang sekolah anak mengalami berbagai kegiatan yang mengajarkan pola hidup sederhana guna mengimbangi pengaruh gaya hidup mewah. Misalnya, melalui kegiatan pramuka, anak dapat dilatih menghayati nilai kesederhanaan menurut Dasa Dharma yang salah satunya berbunyi hemat, cermat, dan bersahaja. Dengan sering menghafal, lama-lama terekam dalam memorinya, maka ketika ia melakukan apapun nilai kesahajaan ini tetap mewanti-wanti dirinya.

Upaya Menanamkan Sikap Kesahajaan

Kenyataan yang terjadi saat ini menantang orang tua dan pendidik untuk menanamkan sikap kesahajaan. Banyak hal bisa diraih dengan memiliki sikap sahaja. Pertama, anak bertumbuh menjadi pribadi yang tekun, sehingga dalam melaksanakan pekerjaan apapun ia mampu menyelesaikannya. Kedua, anak bertumbuh menjadi tulus, rendah hati, maju, dan berkembang karena tidak malu untuk belajar. Ia senang menerima masukan, mampu menghargai kelebihan dan kemampuan orang lain serta tidak terjebak pada sikap iri dan dengki. Ketiga, anak mampu bersyukur dengan apa yang dimilikinya. Bila kesahajaan ada pada anak-anak kita maka generasi mendatang tidak akan jatuh ke dalam kejahatan korupsi dan terhindar dari sikap serakah. Dalam merebut kekuasaan apa pun, ia mengutamakan prose bukan hasil.

Dengan ketiga pertimbangan tersebut maka perlu upaya guna menunjang perkembangan anak. Petama, mengikuti perkembangan anak dalam hubungan dengan cara dia menikmati sesuatu. Ketika dia menonton iklan perihal gaya busana mahal dan makanan enak, orang tua perlu meyakinkan  bahwa semua itu diperoleh dengan kerja keras. Kita bisa makan dan memakai fasilitas yang mahal itu karena kerja keras.

Kedua, mengikuti perkembangan anak tatkala anak sedang minder dan sedang tekun belajar. Ketika dia gagal dalam dalam perlombaan atau tidak meraih nilai ulangan yang optimal di sekolah, umumnya anak cenderung merasa minder, rendah diri. Kita perlu memberi support kepadanya  agar dia tetap berkembang. Jangan karena dia gagal di rumah dicerca lagi. Anak-anak yang lagi rajin belajar perlu didampingi dengan memberikan pujian dan perhatian orang tua sehingga dia merasa dihargai. Pada saat kita memberi support atau dukungan pada yang gagal dia akan menerima diri apa adanya dan tidak iri pada teman-temannya yang sukses. Sebaliknya, ketika kita memuji yang rajin belajar bisa saja tertanam sikap solidaritas sehingga dalam diri anak itu tidak tertanam sikap serakah.

Ketiga, memperhatikan perkembangan anak dalam kerelaannya untuk mensyukuri apa yang sudah diterimanya. Anak yang gagal dan yang berhasil dalam perlombaan atau ulangan di sekolah hendaknya diperhatikan dan diajarkan untuk selalu mensyukuri apa yang sudah diberikan oleh Tuhan. Sukses atau gagal harus dilihat sebagai kesempatan untuk belajar lebih banyak. Sekali sukses artinya menuntut sang anak harus tetap berusaha mempertahankan suksesnya sekaligus merebut kesuksesan kedua kali, dan seterusnya. Sekali gagal artinya dia harus berusaha lebih tekun dan optimal agar kali berikut ia bisa meraih sukses.

Apabila penanaman sikap sahaja ini mampu kita tanamkan dalam diri anak sejak dini, maka mimpi bisa menjadi kenyataan. Sebuah sukses bisa diraih dengan bekerja keras. Tanpa kerja keras akan sulit untuk meraih cita-cita dan kesuksesan. Semoga.


*)Penulis guru SMP Pendowo Ngablak-Kabupaten Magelang.

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar