PENYAKIT Chronic Kidney Disease (CKD) didefinisikan yaitu sebagai penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan laju filtrasi glomerulus (LFG) < 60 ml/menit 1,72 m2 yang terjadi selama lebih dari 3 bulan atau adanya penanda kerusakan ginjal yang dapat dilihat melalui albuminuria adanya abnormalitas sedimen urin, ketidaknormalan elektrolit, terdeteksinya abnormalitas ginjal secara histologi maupun pencitra (imaging) serta adanya riwayat transplatasi ginjal. Chronic Kidney Disease (CKD) di sebabkan oleh banyak faktor-faktor terutama yaitu diantaranya diabtes militus, hipertensi, sindrom nefrotik, serta kista ginjal tetapi penyebab utama CKD yaitu diabetes militus dan hipertensi. Pada gejala awal penyakit CKD belum dapat memunculkan tanda gejala ataupun ciri-ciri tersebut, tetapi pada sebagian penderita CKD telah menunjukan terjadinya kenaikan dalam kadar ureum serta kreatinin serum. Pada saat itu penderita CKD mulai merasakan tanda gejala seperti lemas, mual, nafsu makan menurun, serta mengalami penurunan berat badan. Jika tidak segara ditangani akan menyebabkan komplikasi seperti hiperkalemia, hipertensi, anemia, gangguan elektrolit, diabetes militus, dan hingga bisa mencapai kematian.
Menurut World Health Organization (WHO) 2018 angka kejadian CKD secara global 10% dari populasi, sementara itu pasien CKD yang mengalami Hemodialisis (HD) di perkirakan mencapai 1,5 juta orang di seluruh dunia. Angka kejadiannya diperkirakan meningkat 8% setiap tahunnya. CKD menempati penyakit kronis dengan angka kematian tertinggi ke-20 di dunia. CKD lebih banyak menyerang pasien Laki-Laki yaitu sebesar 67,3% di bandingkan dengan pasien Perempuan sebesar 32,7% negara yang paling tinggi terkena penyakit CKD adalah negara Amerika Serikat sebanyak 15% dari 30 juta atau sekitar 4,5 juta orang dewasa menderita CKD. Sedangkan kasus CKD di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) pada tahun 2018 membuktikan bahwa prevalensi CKD di Indonesia mencapai 3,8% atau 713.783 jiwa dari total penduduk Indonesia. Prevalensi terbanyak pada kelompok umur 65-74 tahun yaitu mencapai 0,84% lebih tinggi dari pada kelompok lain. Prevalensi pada laki-laki sebesar 0,42% lebih tinggi dibandingkan Perempuan sebesar 0,35%. Menurut Zuliani, dkk (2021) dalam bukunya yang berjudul âGangguan Pada Sistem Perkemihanâ berpendapat, bahwasannya penyakit CKD ini memiliki beberapa penyebab di antaranya:
Berkaitan dengan penyakit CKD ini, pada dasarnya penyakit ini tidak dapat disembuhkan. Maka dari itu, perawatan yang dapat dilakukan bagi pasien yang mengidap penyakit ini hanya mampu memperlambat penurunan fungsi ginjal. Bagi pasien yang mengidap penyakit gagal ginjal kronis, perawatan yang dapat dilakukan berupa dialisis dan transplantasi ginjal. Hal tersebut tentunya membuat para pasien yang terkena penyakit tersebut, secara langsung akan mengalami suatu kecemasan yang berkaitan dengan kondisi kesehatannya. Namun, terdapat sebuah penelitian yang dilakukan oleh Zhong, dkk (2020) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul âEffects of Mechanical Bed Massage on Biochemical Markers of Exercise Induced Back Muscle Fatigue in Athletes: A Randomized Controlled Trialâ. Dalam jurnal penelitian tersebut menyatakan, bahwasannya bagi seseorang yang mengidap penyakit CKD dengan melakukan perawatan pijat punggung dapat menurunkan ansietas atau tingkat kecemasan pasien.
Pijat punggung merupakan salah satu cara untuk memanjatkan diri, karena sentuhan memiliki keajaiban tersendiri yang sangat berguna untuk menghilangkan rasa lelah pada tubuh, memperbaikui sirkulasi darah, merangsang tubuh untuk mengeluarkan racun serta meningkatkan kesehatan pikiran. Dengan demikian, pijat punggung merupakan salah satu metode perawatan yang dapat dilakukan untuk memberikan rasa nyaman terhadap pasien yang mengalami kecemasan terkait penyakit CKD yang dideritanya.
*) Penulis : Putri Anggraeni, Mahasiswa Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Semarang
0 Komentar