Kunjungi Sentra Batik Muntilan, Sekda Dorong Promosi Produk Lokal

Dilihat 3439 kali
Pj Sekda Kabupaten Magelang, Drs. Endra Endah Wacana, mengunjungi Paguyuban Batik di Desa Gunungpring, Muntilan, Magelang, Senin (05/11).

BERITAMAGELANG.ID - Untuk meningkatkan dan menumbuhkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di wilayah Kabupaten Magelang, Pj Sekda Kabupaten Magelang, Drs. Endra Endah Wacana, didampingi Kabag Humas Protokol, Purwanto, S.Sos. mengunjungi Paguyuban Batik di Desa Gunungpring, Muntilan, Magelang, Senin (05/11).

Menurut Endra, kualitas produk batik di kawasan tersebut tidak kalah dengan daerah lainnya.

"Dengan hal ini, kita akan bersama-sama mempromosikan batik itu agar lebih dikenal oleh masyarakat. Sehingga nantinya dapat menggerakan ekonomi kreatif pada masyarakat juga. Nanti kita akan kolaborasikan antara pengrajin batik dengan pihak Pemda itu sendiri, mungkin di bidang regulasinya dan promosinya," ujar Endra.

Menurut Endra, sektor pariwisata di Kabupaten Magelang juga menjadi salah satu cara untuk mengangkat batik asli Magelang tersebut. Pasalnya, tiap tahunnya terdapat 2,8 juta pengunjung yang hadir di kawasan Candi Borobudur.

"Tidak lepas dari itu, saat ini kita juga telah memiliki 19 Balkondes di Kabupaten Magelang. Apabila itu nanti diperankan dan berkolaborasi dengan para perajin batik di Magelang, maka harapannya batik Magelang dapat lebih terangkat lagi," ujar Endra.

Endra berjanji akan mengundang seluruh Kepala SKPD bersama para pengrajin batik di Magelang, untuk membahas terkait kualitas dan motif.

"Nanti kita akan bicarakan bersama terkait kualitas, motif, dan apa yang diinginkan para Kepala SKPD. Setelah itu, maka akan kita buat regulasinya," pungkasnya. 

Ketua Paguyuban pembatik di Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Hayatini Siswiningrum, menyebutkan, hingga saat ini telah terdapat 23 pembatik yang sudah tercatat secara resmi, belum lagi ditambah pembatik-pembatik yang baru, yang ada di Desa Gunungpring, Muntilan.

"Saat ini sudah ada 23 pembatik yang resmi tercatat, itu belum ditambah dengan pembatik-pembatik baru lainnya," jelas Hayatini.

Menurutnya, perkembangan perbatikan di wilayah Kabupaten Magelang masih tergolong tertinggal dibandingkan dengan wilayah kota dan kabupaten yang lainnya. Hal ini disebabkan karena kurangnya antusias warga masyarakat untuk mengenakan batik khas Magelang itu sendiri, terutama pada lingkungan Pemerintah Kabupaten Magelang.

"Karena belum didukung oleh antusias Kepala SKPD yang belum mengenakan batik asli buatan Magelang itu sendiri. Sedangkan untuk di daerah lain, mereka sudah mengenakan baju batik asli buatan daerahnya masing-masing, contohnya seperti di Kota Magelang, Purworejo, Temanggung, Kulonprogo, dan Sleman," ungkap Hayatini.

Terkait hal tersebut, Hayatini berharap, untuk langkah awal, paling tidak seluruh SKPD di Kabupaten Magelang bisa mengenakan batik asli buatan Kabupaten Magelang. Kemudian bisa dilanjutkan pada instansi-instansi pendidikan ataupun yang lainnya, yang bertujuan untuk mengangkat citra batik asli Kabupaten Magelang.

Hingga saat ini, menurut Hayatini, kendala utama para pembatik di Desa Gunungpring sendiri adalah kendala pemasaran. Apabila kendala tersebut bisa teratasi, maka akan berefek pada penyerapan tenaga kerja pada masyarakat.

"Terus terang saja kami masih belum berani menggaji tenaga kerja secara tetap. Hal tersebut juga tergantung oleh pesanan yang diterima, sehingga kami hanya mempekerjakan 3-4 karyawan saja sehari-hari," ujar Hayatini.

Hayatini mengatakan, batik Magelang tidaklah kalah dalam segi kualitas dibanding dengan batik-batik di wilayah lainnya. Pasalnya, batik-batik Magelang tersebut juga telah melakukan pameran dibeberapa tempat, antara lain, di Jakarta, Bandung, bahkan hingga di Kalimantan.

Sedangkan varian batik yang diproduksi di Desa Gunungpring sendiri sangatlah bervariatif, diantaranya batik cap, eco print, dan batik lukis.

"Untuk di Kabupaten Magelang sendiri yang menjadi ciri khasnya adalah batik mandala. Mengenai harga juga sangat bervariasi tergantung pesanan, untuk bahan sendiri rata-rata ukuran 2 Meter mencapai Rp.150.000-Rp200.000. Kualitasnya sudah sangat baik, tidak gampang luntur meski di cuci dengan mesin cuci. Untuk perawatannya pun cukup mudah, asal tidak terlalu lama dijemur," kata dia. 

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar