Peringati 1 Suro Matra Gelar Jamasan Ratusan Pusaka

Dilihat 1658 kali
Peringati bulan Suro Jamasan Pusaka digelar oleh Masyarakat Adat Nusantara (Matra) di Omah Mbudur Kabupaten Magelang Rabu (19/07/2023)

BERITAMAGELANG.ID - Masyarakat Adat Nusantara (Matra) Kabupaten Magelang menggelar tradisi Suran dengan jamasan pusaka di Omah Mbudur Jowahan Kecamatan Borobudur Rabu (19/07/2023). Tradisi Jamasan Pusaka bersama Praja Mangkualaman ini dilakukan di bulan Suro, atau bulan pertama dari kalender Jawa.

Berdasar makna jamasan atau siraman berasal dari bahasa Jawa yang berarti membersihkan atau memandikan perawatan pada sandang gaman atau pusaka yang sekaligus menjadi untaian doa harapan.

"Mulai dari keris pusaka tosan aji itu supaya bersih dari kerak, jamur yang merusak bilah itu jamas," kata pengelola Omah Mbudur Nuryanto disela sela kegiatan tersebut Rabu (19/07).

Menurut Nuryanto, Jamasan pusaka dilakukan agar tidak ada masalah atau kerusakan terhadap pusaka itu, karena pusaka merupakan bagian dari perhiasan dan status sosial masyarakat Jawa. Jamasan ini bagian dari adat istiadat yang terus dilestarikan.

Dijelaskan Nuryanto bahwa sebuah pusaka keris tombak atau ketajaman dari sebuah bilah adalah simbol kesempurnaan yang harus dicapai setiap individu melalui bekal ilmu pengetahuan layaknya tajam dan kuatnya sebilah keris. Bukan diambil dari makna mistiknya. Bilah keris itu harus dirawat diasah layaknya ilmu pengetahuan manusia di muka bumi ini dalam memegang amanah Ilahi.

Ditambahkan Nuryanto, dalam pusaka seperi keris mengandung lima nilai kemuliaan hidup, selain ilmu pengetahuan manusia juga harus memiliki Wisma/rumah sebagai harga diri, ketiga harus punya Wanita atau pendamping hidup untuk melestarikan keturunan. Kemudian garis ke empat manusia harus punya Turangga dan Kelima harus punya Peksi atau hiburan.

"Disini Pusaka itu bukan kleniknya tapi simbolnya itu ketajaman kekuatan itu manusia harus punya ilmu pengetahuan," jelasnya.

Untuk prosesi jamasan diikuti sekitar 200 lebih pusaka koleksi kerabat Matra seluruh nusantara dan dari Keraton Mangkualaman.

Dalam prosesi itu juga digelar tarian tradisional dengan sajian dua tumpeng yakni Sundulangit Kabuling Panyuwun dan Sego Megono disajikan dalam prosesi itu. Semua sajian juga merupakan simbol yang menggambarkan keberagaman, dan kebersamaan. 

Dalam moment tersebut juga digelar Kekancingan, atau pemberian gelar kehormatan Sentono Mangkualaman Mataram kepada sejumlah pelaku dan pelestari tradisi di Kabupaten Magelang.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Matra Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Metarum Hanyokrowati mengungkapkan, keberadaan Matra menjadi wadah pelestarian budaya nusantara. Dimana para anggota bersatu padu untuk cipta rasa dan karya dalam melestarikan pusaka.  

Seperti diketahui, lanjutnya dalam penanggalan Jawa bulan Suro atau 1 Muharram dalam agama Islam ini menjadi moment untuk introspeksi diri lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME.  

Dia menjelaskan bahwa peringatan 1 Suro Ini merupakan tradisi leluhur yang diwarislan Kanjeng Sultan Agung Hanyoto Kusumo yang merupakan Raja ke 3 terbesar di Kerajaan Mataram. Bahwasanya di bulan Suro ini adalah bulan untuk laku spiritual, menguatkan mental kita dalam menghargai tahun baru Jawa, tahun baru Islam 1 Muharram.

"Dari 12 bulan, satu bulan untuk refleksi atau introspeksi bahwasanya kita harus lebih secara spiritual melaksanakan laku tirakat/ibadah," jelasnya.

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar