Sempat Terdampak Bom Bali, Kerajinan Perak Lereng Sumbing Tembus Eropa

Dilihat 964 kali
Kerajinan perak Anhari dari lereng Gunung Sumbing Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang tetap eksis hingga pasar eropa

BERITAMAGELANGID - Kerajinan perak seorang warga dari lereng Gunung Sumbing Kabupaten Magelang sukses menembus pasar eropa. Bahkan berkat ketekunannya, kerajinan perak ini juga berdampak positif terhadap kesejahteraan warga disekitarnya.

Saat ditemui dirumahnya di Dusun Blegi RT 01/RW 9 Desa Bandongan Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang Anhari tengah sibuk membuat aneka kerajinan berbahan perak. Usaha rumahan ini sudah dilakoninya sejak tahun 1990 an

Pada periode itu juga menjadi masa paceklik bagi pembuatan kerajinan perak  Anhari karena terdampak tragedi Bom Bali. Saat itu usahanya sempat terhenti karena tidak ada pesanan dan pembelian. Bahkan kondisi itu memaksanya untuk bekerja serabutan.

"Awal tahun 90an kita tekuni terus ada bom Bali dan sempat vakum sekitar dua belas tahun kita cari pekerjaan lain," kenang Anhari saat ditemui Senin (01/11/2022).

Pembuatan kerajinan perhiasan perak ini kembali ditekuni Anhari 8 tahun lalu. Dalam satu hari ia mengaku bisa menghasilkan puluhan produk aneka hiasan hingga sovenir dari dalam rumahnya. 

Uniknya, meski pemasaran masih secara konvensional, tanpa galeri ruang pamer maupun toko resmi hingga kini kerajinan perak dari dusun ini masih bertahan bahkan mampu meningkatkan kesejahteraan warga lain disekitarnya. Aktifitas pembuatan kerajinan ini juga tidak merubah jati diri warga lereng Gunung Sumbing sebagai petani hortikultura.

Anhari mengungkapkan kerajinan perak seperti miniatur jembatan, patung tugu peringatan, wayang dan lainnya sudah dipasarkan ke beberapa kota di nusantara dan juga ke eropa salah satunya Havard University Amerika.

Seiring berjalannya waktu, pesanan aneka kerajinan perak semakin banyak Anhari kemudian mengajak sejumlah warga sekitar untuk bergabung membantunya. Warga dilatih Anhari secara bertahap. 

Namun tidak serta merta usahanya itu berjalan lancar karena banyak dari warga yang ia latih memilih berhenti mereka tidak telaten dalam membuat kerajinan perak yang butuh kesabaran ini.

"Karyawan dari warga. Mereka ambil material bawa pulang dikerjakan dirumah," jelas Anhari.

Terkait harga, ayah dari dua anak ini menerapkan pola kekeluargaan dimana setiap kerajinan ada nilai tawar dengan variasi harga mulai ratusan ribu hingga jutaan rupiah, tergantung ukuran dan tingkat kerumitannya. 

Dari pesanan yang masuk itu Anhari memiliki omset minimal sepuluh hingga 15 juta rupiah dalam setiap bulannya. Jumlah itu juga masih ia bagi dengan warga yang jadi mitra karyawan usahanya.

"Sudah jiwa saya, mungkin dikerajinan sehingga banyak relasi teman dan rejeki sedulur (saudara)," ucap Anhari.

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar