BERITAMAGELANG.ID - Siapa yang tidak kenal sambal. Makanan berbahan dasar cabai dengan rasa pedas ini, sudah menjadi salah satu jenis makanan tradisional khas Indonesia dan menjadi pelengkap lauk pauk. Dari Sabang hingga Merauke, semua memiliki sambal dengan rasa yang berbeda-beda.
Dalam sejarah, sambal sudah hadir di nusantara jauh sebelum bangsa Portugis datang membawa cabai di abad 16. Sambal telah menjadi bagian dari menu makan masyarakat Jawa sebelum cabai dari benua Amerika ini.
Nilai histori dari sambal ini, yang membuat seniman asal Borobudur Kabupaten Magelang, Utami Atashia Ishi, menjadikannya sebagai sebuah seni yang berbentuk sound art. Karya seni wanita berdarah Indonesia-Jepang itu, menjadi salah satu karya yang ditampilkan dalam festival seni berbasis tehnologi, Media Art Globale (MAG) 2021 yang berlangsung secara online pada awal bulan lalu.
Ditemui di rumahnya di Dusun Tingal Kulon Wanurejo Kecamatan Borobudur, Kamis (23/9/2021), Utami mengatakan, keikutsertaaanya dalam festival MAG ini karena diajak oleh seorang kurator yang juga kawannya, Mona Liem. MAG tahun ini membawa tema Garden Indonesia dengan tujuan mengenalkan budaya Indonesia. Semua seniman yang tergabung dalam MAG, membawa konsep yang berbeda-beda. Ada yang rempah-rempah, dolanan bocah hingga jamu.
Wanita yang baru saja lulus dari ISI Yogjakarta ini justru memilih sambal.
"Karena saya berpikir, untuk mengenalkan budaya kepada masyarakat luas, yang paling mudah melalui kuliner. Sambal menjadi perhatian saya, karena di Indonesia, makanan ini sudah sangat familiar. Bahkan ada 360 jenis sambal dengan rasa berbeda-beda walau dengan bahan dasar yang sama. Saya ingin mengenalkan sambal secara global," ujarnya.
Konsep yang diusung ini, ternyata disetujui oleh Mona Liem. Sehingga ia membawa konsep sambal menjadi sound art yang dipandang melalui mikroskop. Karya yang dihasilkan menjadi karya yang unik.
Melalui sambal, putri dari pasangan seniman lukis Umar Chusaini dan Yashumi Ishi ini, ingin mengajak orang lain untuk memandang sesuatu hal tidak dari satu perspektif saja. Namun lebih luas ke banyak perspektif. Hal itu juga untuk memberi pengalaman baru pada orang-orang.
Sambal yang sudah dibikin, diletakkan dalam prepared di bawah mikroskop. Kemudian hasilnya ia tembakkan dalam layar sehingga bisa dilihat bahwa sambal tidak terlihat merah saja, namun bisa banyak warna.
"Ada warna hitamnya, oranye, merah, hijau dan lain sebagainya," ulas Utami.
Untuk menghasilkan efek yang manis, ia menambahkan sound yang berasal dari bahan sambal itu sendiri. Seperti cabai, tomat, terasi, terong dan semacamnya. Sebelumnya, ia sudah menciptakan efek-efek suara, kemudian suara dari bahan-bahan sambal ditambahkan. Jadilah sambal menjadi karya sound art yang sangat unik dan tidak semua orang akan berpikir sampai di sana.
Untuk suara itu sendiri, wanita kelahiran tahun 1996 ini menjelaskan, dirinya menggabungkan beberapa komponen seperti sirkuit board, aligator klip kemudian digabungkan ke bahan sambal untuk menghasilkan suara.
"Suara ini agar videonya lebih bisa memberikan atmosfir sehingga enak untuk dilihat dan didengar," imbuhnya.
Sebab, dasar suara sudah dibuat, hanya dibumbui dengan suara dari bahan sambal yang kemudian direkam. Sayang sekali, saat karya ini juga dipamerkan di Art Jog akhir Agustus lalu, tidak ada audien yang menonton karena masih pandemi Covid-19. Padahal ia ingin mereka bisa menyentuh untuk ikut menimbulkan bunyi.
0 Komentar