‘Teaching Factory’, Jawaban SMK Bagi Tantangan Revolusi Industri 4.0

Dilihat 2289 kali
Camat Mertoyudan Wisnu Harjanto didampingi Kepala SMK Maarif Kota Mungkid Surais dan Pendamping Teaching Factory Astury meninjau produk-produk pameran

BERITAMAGELANG.ID - Beragam produk industry dengan berbagai fungsi dipamerkan. Saat pengunjung datang, para kreatornya menyambut dengan senyuman dan menjelaskan hasil karyanya yang langsung menarik mata.


Dengan gaya profesional, mereka menata produk semenarik mungkin agar menarik minat pengunjung. Tidak hanya itu, mereka juga mendemonstrasikan kegunaan produk-produk tersebut di hadapan ratusan pasang mata yang menonton.


Hasil karya desain grafis, perangkat elektronik, hingga produk-produk rumah tangga turut dipamerkan dalam event tersebut. Yang unik, produk-produk tersebut adalah hasil karya siswa-siswi SMK Maarif Kota Mungkid Kabupaten Magelang. 


Walaupun dibuat oleh anak-anak SMK, kualitas produk mereka tidak boleh diremehkan. Sebagian besar produk tersebut sudah digunakan untuk memenuhi kebutuhan sekolah dan bahkan dijual ke pasaran. 


Kemampuan siswa-siswi membuat produk industry tersebut adalah hasil dari metode pembelajaran Teaching Factory yang diterapkan SMK Maarif Kota Mungkid. 


Teaching factory merupakan suatu konsep pembelajaran yang berorientasi pada produksi dan bisnis untuk menjawab tantangan perkembangan industry saat ini dan nanti.




Teaching Factory merupakan tindak lanjut dari program pemerintah, yaitu tentang revitalisasi SMK. Dimana revitalisasi ini mengubah mindset SMK dari yang tradisional menuju ke revolusi industry 4.0.


"Sehingga yang dibuat Teaching Factory itu harus produk-produk yang ada di dunia usaha yang bisa dipasarkan seperti halnya di dunia usaha industry," kata Pendamping Teaching Factory dari Dinas Cabang Wilayah VIII, Astury saat Launching dan Pameran Teaching Factory di SMK Maarif Kota Mungkid, Selasa (1/10).


Ketua PC Maarif NU Kabupaten Magelang Sugeng Riyadi berharap, program Teaching Factory dapat menghasilkan lulusan yang terampil dan mempunyai jiwa wirausaha.


"Sehingga setelah lulus dapat menciptakan lapangan kerja dan menjadi wirausahawan, minimal untuk dirinya sendiri sehingga tidak tergantung dengan orang lain," harap Sugeng.


Kepala SMK Maarif Kota Mungkid, Surais menjelaskan, Teaching Factory mendapatkan bantuan dari Direktorat Pembinaan SMK Kemendikbud sebesar 200 juta rupiah. 


"Awalnya kami konsentrasikan di jurusan Teknik Permesinan," kata Surais.


Namun ke depan, ia akan menerapkan sistem pembelajaran Teaching Factory di jurusan yang lain seperti Teknik Komputer Jaringan, Teknik Kendaraan Ringan, Bisnis Sepeda Motor dan Kimia Industry.


Meski Teaching Factory baru diterapkan di SMK Maarif Kota Mungkid pada awal 2019,  ruh dari program ini sudah dilaksanakan sejak dahulu. Sebagian produk yang dihasilkan masuk kategori Teaching Factory level 1, artinya digunakan mencukupi kebutuhan sekolah, contohnya teralis, roda gigi, produk CNC, produk pembuatan dari Teknik Permesinan berupa holder, dan pemegang pahat ISO.


"Itu digunakan untuk kepentingan sekolah, namun ada kita jual juga. Kalau memang sudah sesuai dengan standar DUDI (Dunia Usaha dan Industri), kita jual bekerjasama dengan beberapa perusahaan yang membutuhkan dari hasil anak kita," kata Kepala sekolah yang membawahi 1.115 siswa ini.


Melalui program Teaching Factory, SMK Maarif Kota Mungkid juga menjalin kerjasama dengan dunia industry dan usaha, dalam bentuk program magang guru.


"Ada empat orang guru kita magangkan di dunia usaha, industry atau perusahaan kemudian dari hasil magang itu nanti guru kan mempunyai kewajiban untuk mendiseminasikan hasil magang kepada guru yang lain," ujar Surais.


Dari program magang, para guru harus menyusun modul pembelajaran.


"Nah itu nanti yang diharapkan untuk diajarkan dalam teaching factory di sekolah," pungkasnya.


Dengan metode pembelajaran yang diterapkan SMK Maarif Kota Mungkid, setiap tahun banyak perusahaan yang datang langsung ke sekolah menyeleksi siswa untuk melanjutkan ke dunia kerja.


"Iya ada itu ditangani BKK (Bursa Kerja Khusus) kita sudah punya dan sudah mendapat izin dari Kementerian Tenaga Kerja, jadi biasanya perusahaan yang datang ke sekolah mengadakan seleksi administrasi, fisik, medical cek up dan wawancara, kita berupaya semaksimal mungkin untuk disalurkan," tandasnya.


Camat Mertoyudan Wisnu Harjanto menyambut baik kelas Teaching Factory yang diterapkan SMK Maarif Kota Mungkid. Ia menyarankan agar para kepala desa menggunakan produk ini sesuai dengan potensi di wilayah masing-masing, seperti kerajinan tempe, keripik, pisang, lanting dan lain-lain agar dibuat menggunakan mesin dari produk SMK Maarif.


"Pakai dana desa bisa dibeli atau dipinjamkan (alat mesin) pada perajin sehingga ekonomi meningkat di masyarakat. Intinya harus proaktif antara sekolah dengan semua pihak," pesan Wisnu.


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar