Agus Mulyadi, Wong Magelang Penulis Buku yang Diadopsi Film Seni Memahami Kekasih

Dilihat 186 kali
Agus Mulyadi menunjukkan poster film Seni Memahami Kekasih yang menceritakan perjalanan kisah cintanya dengan sang istri, Kalis Mardiasih.

BERITAMAGELANG.ID - Novel berjudul Sebuah Seni untuk Memahami Kekasih karya warga Mertoyudan Kabupaten Magelang, Agus Mulyadi diadopsi menjadi film. Novel itu menceritakan kisah asmaranya bersama sang istri Kalis Mardiasih. Kisahnya cukup menarik dengan balutan cerita yang sederhana, namun bermakna.


Dia menilai, kisah perjalanan cinta dan segala kelucuannya bersama Kalis sangat sayang jika hanya disimpan untuk dirinya sendiri. Pria kelahiran 3 Agustus 1991 itu lantas mencurahkan cintanya melalui goresan tinta sederhana sejak 2017 hingga 2019. Terlebih, keduanya memang berkecimpung di dunia tulisan.


Karena itu, Agus merangkum kisahnya dalam 38 bab pada buku Sebuah Seni untuk Memahami Kekasih yang diterbitkan pada 2020 lalu. Dia menilai, perjalanan cintanya itu patut diteladani kawula muda masa kini untuk menjalani kehidupan berumah tangga.


Ternyata, seorang produser film dari IDN Pictures Fajar Nugros tertarik untuk membaca buku tersebut. Agus seolah mendapat durian runtuh karena Fajar menawarkan agar buku Sebuah Seni untuk Memahami Kekasih dapat difilmkan. IDN Pictures hendak membuat film bergenre komedi romantis.


"Dia (Fajar) bilang, 'ini cocok nggak kalau bukumu dibikin film'. Saya jawab, 'ya ketoke cocok-cocok wae' gitu," lontarnya, beberapa waktu lalu.


Namun, saat itu dia menegaskan bahwa buku Sebuah Seni untuk Memahami Kekasih bukanlah sebuah novel. Melainkan kumpulan tulisan dari berbagai perjalanan cintanya bersama Kalis. Fajar pun tidak keberatan soal itu. Mereka pun sepakat untuk mengadopsi buku itu menjadi film.


Kemudian, dipilihlah sutradara bernama Jeihan Angga dan penulis Bagus Bramanti untuk mengembangkan cerita agar dapat dihubungkan satu per satu. Dari beberapa diskusi, kata dia, akhirnya menemukan titik temu dan kecocokan di antara mereka.


Berkaca dari film berbahasa Jawa yang digarap Bagus Bramanti, mereka sepakat untuk membuat film dari buku Sebuah Seni untuk Memahami Kekasih menggunakan bahasa Jawa. Bahkan, banyak film berbahasa Jawa yamg sukses meraup jutaan penonton. Alhasil, dialog yang ada pada film, menggunakan bahasa Jawa.


Lahirlah sebuah film berjudul Seni Memahami Kekasih yang resmi dirilis pada 5 September 2024. Film tersebut dibintangi Elang El Gibran dan Febby Rastanty sebagai dua pemeran utama. Film itu menceritakan sepasang kekasih yang menghadapi berbagai hal. Mulai dari ujian sebagai pasangan hingga ketakutan akan masa depan.

Lewat film ini, penonton diajak untuk berkenalan lebih personal dengan sosok Kalis dan Agus. Kalis merupakan sosok perempuan yang memegang teguh prinsipnya sendiri. Bagi dia, melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi bukan semata-mata hanya melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi setelah lulus di bangku SMA.


Prinsip itu berbanding terbalik dengan lingkungan tempat tinggalnya yang mendorong perempuan untuk menikah di usia muda. Kendati begitu, ia tetap teguh pada prinsipnya dan menolak untuk mengikuti arus kehidupan di kampung halamannya Blora. Kalis pun memutuskan untuk mengenyam pendidikan di Solo. Setelah lulus, Kalis bercita-cita menjadi penulis dan merintis kariernya dengan bekerja di sebuah media bernama Mojok di Yogyakarta.

Pekerjaan itu mempertemukan dirinya dengan Agus yang merupakan seorang editor. Semula, mereka murni hanya berteman. Namun, perlahan-lahan pertemanan itu mulai berubah. Perasaan suka tumbuh di antara mereka. Hingga akhirnya Agus dan Kalis sepakat untuk mengenal lebih jauh satu sama lain.


Agus sadar, ia bukanlah seorang laki-laki rupawan nan kaya raya. Akan tetapi, dia memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Tak heran jika dia tetap semangat dalam mengejar cintanya. Hanya saja, hubungan keduanya tidak selalu berjalan mulus. Mereka beberapa kali diterpa masalah. Salah satunya, Kalis sempat merasakan bimbang dalam dirinya.


Kalis merasa dihantui pengalaman traumatis yang dirasakan oleh teman seperjuangannya. Karena itulah, ia takut jika hal serupa dialami olehnya suatu hari nanti. Terutama ketika berumah tangga dengan Agus. Situasi itu membuat Kalis sempat menjaga jarak dengan Agus dan hubungannya berada di ujung tanduk. Namun, Agus berhasil mempertahankan hubungannya hingga duduk di pelaminan.


Film itu tidak melulu menceritakan kisah cinta Agus dan Kalis. Kisah dari para pemeran pendukung juga tak kalah menarik. Termasuk dinamika kisah Rahayu, Akmal, dan Nurcholis yang sukses menghangatkan hati di tengah komedi yang disajikan. Penonton juga bisa mendapatkan tawa kecil lewat lelucon yang dilakukan oleh para pemeran pendukung lainnya.


Agus mengaku senang karena kisah cintanya difilmkan. Seolah merasa seperti Habibie.


"Tapi, agak merasa nggak enak sama Fajar karena aku bilang ke dia bahwa ini kisah soal orang biasa ketemu orang biasa. Aku bukan public figur, bukan pejabat besar. Tapi, Fajar bilang, 'zaman sekarang kita bisa bikin film dari bahan apa saja'," sebutnya. 


Di hari pertama penayangan, Agus sempat merasa pesimis filmnya akan disambut baik oleh publik. Mengingat filmnya berbahasa Jawa dan dia sendiri bukan sosok terkenal. Namun, di hari pertama penayangan, film tersebut sukses tayang di 1.100 layar lebar di Indonesia. Sementara hari kedua, ditambah 300 layar lebar.


Hanya saja, dari sekian banyak latar tempat dalam film tersebut, tidak ada yang menceritakan soal Magelang. Padahal, Agus merupakan warga asli Magelang. Hal itulah yang membuat Agus sedikit menyesalinya. Karena dia tidak mengawal naskah film hingga tahap eksekusi. Meski produser film selalu meminta pertimbangan dan masukan darinya.


"Sebetulnya ada unsur Magelangnya. Pelat nomor di motor yang aku pakai, itu AA. Tapi, itu pelat dari Kebumen dan ada quotes di akhir film. Sebetulnya aku bisa memasukkan (unsur Magelang) lebih, tapi luput. Semoga nanti di film berikutnya," lontarnya.


Di balik film yang diadopsi dari kisah percintaannya itu, Agus ingin menunjukkan kesederhanaan bukanlah menjadi sebuah kemustahilan. Pada filmnya, Agus dan Kalis menunjukkan pesta pernikahan yang sederhana, namun terasa khidmat. Kondisi itu sebenarnya dapat memberi pelajaran kepada kawula muda untuk tidak terlalu bermewah-mewahan dalam menggelar pesta pernikahan di zaman sekarang.


"Saya ingin memberikan semacam pengetahuan kepada teman-teman bahwa melalui film ini, kehidupan bisa sangat sederhana. Kamu bisa lamaran menggunakan (mobil) Daihatsu Hijet, bawa ayam, jenang krasikan, itu bisa loh. Tidak harus ada standar lamaran dan nikahan harus fancy," jelasnya.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar