Bermain Air di Sendang Hageng Tirta Kencana Gratis Hingga 21 Desember 2019

Dilihat 3967 kali
Obyek Pemandian "Sendang Hageng Tirta Kencana" di Dusun Gatak Sirat, Blabak Mungkid Magelang, telah dibuka untuk umum.

BERITAMAGELANG.ID - Usai direnovasi sejak 2018, Pemandian "Sendang Hageng Tirta Kencana" dengan mata air alami di Dusun Gatak Sirat, Blabak Mungkid Magelang, mulai dibuka untuk umum.


Peresmian sekaligus pembukaan, dilakukan PJ Kepala Desa Mungkid, Lukisno, pada Minggu (15/12) dengan syukuran dan pemotongan tumpeng. Dan yang menarik pemandian tersebut, menggratiskan tiket masuk hingga 21 Desember 2019.


"Paling tidak masyarakat biar bisa menikmati dulu suasana baru pemandian Sendang Hageng Tirta Kencana ini. Bisa berenang, bermain air, atau sekedar duduk-duduk di taman,” ucap Kasi Kesra Desa Mungkid, Aburori.


Nantinya untuk tiket masuk pada hari Selasa hingga Kamis hanya 8.000 rupiah, dan pada akhir pekan 10 ribu rupiah. 


"Sedangkan hari Senin libur," lanjutnya. 


Tidak hanya dilakukan renovasi, tetapi juga  disematkan nama baru yaitu Sendang Hageng Tirta Kencana. Dimana nama sebelumnya masyarakat sering menyebutnya "Mudal Blabak". 


Renovasi dengan menggunakan dana desa untuk memperindah tempat pemandian ini, tanpa mengganti atau menghilangkan unsur sejarahnya.


"Renovasi tetap mempertahankan bangunan utama karena merupakan bangunan lawas, bergaya Kraton Solo. Renovasi hanya mempercantik lingkungan dengan menambahkan taman, tempat duduk dan fasilitas lain agar pengunjung nyaman," imbuh Kadus setempat, Irun.


Menurut penuturan sesepuh desa setempat, di lokasi tersebut dahulu terhampar persawahan yang diolah oleh penduduk secara konvensional. Di sebuah petak tertentu seorang petani penggarap lahan tanaman sedang bekerja keras membajak tanah lengkap dengan peralatannya. 


Di saat giat bekerja pembajak tersebut bekerja tiba-tiba hilang tanpa jejak. Pembajak beserta seluruh peralatan yang dibawanya lenyap dalam sekejap. 


Penduduk sekitar berbondong mencari petani tersebut. Lalu timbul spekulasi yang beredar di tengah masyarakat dengan berbagai anggapan, berhubung status petani tersebut masih pengantin baru. Lima hari sebelumnya, pembajak tersebut melangsungkan pernikahan dengan seorang putri.


Saat yang sama, di tempat yang garapan pembajak tersebut tampak keluar air. Kian lama kian deras sehingga meluber menggenangi lahan sekitar. Air yang keluar pun tak terbendung lagi, dengan hikmah menyuburkan tanah pertanian dan sarana irigasi.


Air yang terus mengalir tersebut, oleh pihak Kraton didirikan bangunan dan digunakan untuk tempat pemandian pada pusat mata air. Sedangkan air yang keluar dari pemandian, digunakan untuk mengairi lahan pertanian.


Bangunan yang ada pada pemandian bergaya Kasultanan Solo dengan warna asli cat bangunan kuning dan hijau yang menjadi simbol Kraton.


"Harapan kami potensi desa ini berupa pemandian dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat," harap dia.


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar