BERITAMAGELANG.ID-HARI Ahad pagi, 13 Agustus 2023, udarapun masih terasa dingin, ketika beberapa anak muda membuat persiapan lomba dalam rangka memperingati hari kemerdekan RI ke 78 di Dusun Jambean, RT 5 RW 5 Desa Bandongan Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang.
Beberapa jenis lomba disiapkan para muda itu, diantaranya balapan karung, pecah air, balon berpasangan, makan kerupuk, memasukan pensil dalam botol, lomba bawa kelereng sendok, dan memasukan benang ke dalam jarum.
Pendek kata, semua kegiatan dalam rangka memperingati HUT Prokalamasi itu sudah dibahas oleh warga RT dalam rapat yang diselengarakan seminggu sebelumnya.
Nampaknya, kegiatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI di Dusun Jambean tak beda dengan penyelenggaraan di tempat lain. Namun ada yang beda. Jika umumnya, jenis lomba yang disebut di atas, pesertanya anak-anak SD, SMP atau SLTA. Namun tidak demikian dengan Dusun Jambean. Peserta lomba itu melibatkan hampir semua warga, anak anak, ibu ibu, juga mbah-mbah putri, mbah buyut putri di dusun itu.
Akhirnya, muncullah nama-nama para mbah-mbah seperti mbah Nah, Mbah Bothok, Mbah Ti, Mbah Yah, Mbah Hayati, Mbah Saronah, mbah Zaimah dan sebagainya.
Sementara dari kalangan ibu-ibu, muncullah nama nama seperti Bu Erni, Bu Erma, Bu Rita, Bu Yuni, Bu Ning dan sebagainya. Lalu mereka bercampur berlomba dengan nama-nama anak seperti, Wahyu, Shodik, Fia, Hasna, Alia, Nida Zidan, dan sebagainya.
Lha kok orang-orang sudah sepuh didaftari ikut lomba? Jawaban dalam rapat ini, kalau anak-anak saja yang main, jumlah nya terlalu sedikit. Jadinya tidak meriah. Paling setengah jam sudah rampung.
"Nanti wasitnya juga harus ikut main. Kalau tidak akan kekurangan peserta," kata seorang warga dusun yang hanya terdiri dari 20 KK itu.
Lomba lintas usia itu dimulai jam 08.00 WIB berlangsung meriah bak lomba Sea Games. Para pemain berlomba penuh semangat. Berlomba untuk menang dengan sportifitas tinggi seperti pemain profesional.
Semua aktivitas harian, termasuk mencari nafkah sepakat diliburkan. Tandur matun, dan derep, libur. Bahkan mbah Hayati yang punya kegiatan harian memasok daun dan sayur di pasar sudah komit meliburkan diri.
"Bismillah moga menang," doa Mbah Yah mengingat asma Allah SWT saat mengambil posisi start. Yang lain menjawab kompak, "Aamiin".
Setelah itu mereka bergerak cepat berebut kemenangan. Para suporter bersorak menyemangati ayo mbah, ayo mbah. Yang diteriaki pun berusaha keras mengalahkan lawan agar menjadi juara.
Setelah mencapai finish. Tak lupa berucap syukur sambil berucap," ora percuma le ninggal matun (tidak sia sia sudah meninggalkan tugas menyiangi padi)."
"Ha ha ha, sebetulnya kita harus meneruskan tandur tapi ya gak apalah. Kolo-kolo setahun sekali seneng-seneng," celethuk yang lain.
Pada akhirnya, lomba lintas usia itu berakhir, target jadi juara bukan yag utama tapi canda riang dan berakrab dengan sanak saudara yang utama.
"Yang penting sehat. Bisa lomba macam-macam dan sampai finish. Top to," kata mereka.
Namun demikian ada saja yang memilih meninggalkan gelanggang lomba dengan alasan kecapaian, maklum sudah nenek-nenek.
"Maaf ya tadi aku nggak lanjut. Sebenarnya baru lomba dua kali kok rasanya capek banget. Terpaksa harus pulang dan tiduran," kata Mbah Hayati.
Ungkapan itupun ditimpali oleh mbah Ti,"Sama, tadi aku juga berhenti dan istirahat lha wong ujug-ujug kok mata saya berkunang kunang. Padahal tensi saya tinggi."
Kegiatan Lomba 17-an tahun ini adalah lomba yang pertama kali digelar setelah berlalunya Pandemi Covid 19. Kegiatan yang dirasa mendatangkan semangat dan suka cita bagi orang orang Dusun Jambean.
Jika dirunut ke belakang, mungkin timbul pertanyaan, mulai kapankah lomba 17-an dimulai. Tentu banyak yang tidak tahu. Tapi ada juga yang menduga-duga bahwa lomba-lomba itu dimulai setelah tahun 1950-an.
Argumennya, sejak kemerdekaan dikumandangkan pada tahun 1945 sampai dengan tahun 1949 bangsa ini masih disibukkan dengan perang. Sejak dari menghadapi Sekutu sampai dengan berjuang melawan Belanda yang masih berambisi menjajah kembali bumi pertiwi.
Baru tahun 1950 lah bangsa ini terbebas dari ancaman-ancamam itu.
Namun barangkali jawaban tepat atas pertanyaan diatas tidaklah penting. Yang jelas lomba telah terbukti mengajarkan banyak hal tentang penanaman nilai kejuangan, gotong-royong dan Cinta tanah air dengan kebersamaan dan kegembiraan.
0 Komentar