Jogokali Camp di Lembah Semawang

Dilihat 1248 kali
Workshop Jogokali Camp berfokus pada isu dan keprihatinan terhadap kondisi sungai-sungai di pedesaan yang sudah banyak mengalami krisis lingkungan.

BERITAMAGELANG.ID-Kali Semawang yang melintasi Desa Bandongan hari Sabtu dan Minggu (17 dan 18 Juni 2023) lalu suasananya tiba-tiba berubah. Terdengar suara canda tawa banyak orang. Padahal biasanya sunyi sepi hanya desah angin dan gemericik air yang berpadu dengan kicau burung bersahutan.


Apa yang terjadi sehingga terjadi perubahan itu? Setelah beberapa orang melongokkan kepala, barulah diketahui di tempat itu berlangsung kegiatan kemah beberapa orang  yang dikenal sebagai para seniman Magelang umumnya dan Bandongan khususnya. 


Kemah bersama para seniman itu, terselenggara atas fasilitasi yang diberikan oleh Komunitas Jogokali yang dipimpin oleh seorang  seniman yang punya nama besar, yaitu Profesor Dr. Agus Purwantoro Msn. atau yang biasa disebut sebagai Gus Pur.


Karina Ayu Raras G, selaku penyelenggara Jogokali Camp mengatakan bahwa kegiatan  dilaksanakan selama dua hari tanggal 17 sampai dengan 18 Juni 2023. Aktivis Jogokali ini menjelaskan, kegiatan di Lembah Semawang itu merupakan bagian dari Festival Jogo kali yang puncaknya akan digelar pada bulan September 2023.


Penyelenggaraan Jogokali Camp di Bandongan dimaksudkan untuk memberi pendampingan/pemberdayaan kepada komunitas seniman Bandongan saat melaksanakan penciptaan karya seni dengan prinsip2 ecoart (seni berbasis kepedulian lingkungan). 


"Tema jogo kali adalah fokus isu yang kami usung atas keprihatinan terhadap kondisi sungai-sungai di pedesaan yang sudah banyak mengalami krisis lingkungan. 


Penyelenggaraan  festival jogo kali sebagai bentuk upaya seni untuk turut berkontribusi terhadap konservasi lingkungan dan membangkitkan kesadaran masyarakat untuk merawat habitat sungai," jelas aktivis seni yang biasa dipanggil mBak Emprit ini.


Harapannya adalah dengan karya seni pesan pesan pelestarian lingkungan dan habitat sungai bisa dengan mudah sampai dan diterima masyarakat luas. Hal itu akan membeti dampak penyadaran untuk menjaga habitat sungai. 


Ekologi dan Turisme




Workshop yang diselenggarakan pada Sabtu malam menghadirkan dua pembicara yaitu Profesor Dr Agus Purwantoro, yang berprofesi sebagai dosen sekaligus dalang wayang godhong dan Dr Nur Widiyanto, peneliti Pariwisata dan Ekologi dari Yogyakarta. 


Acara ini dihadiri oleh  Kepala Desa dan Sekretaris Desa serta para seniman Bandongan dan komunitas Jogo kali.


Kepala Desa Bandongan. Sudjono menyambut gembira kegiatan festival Jogo kali, ia berharap festival  dapat menjadi agenda seni yang dapat mengangkat wisata desa Bandongan sesuai dengan program destinasi desa wisata Bandongan.


Dalam paparannya Dr Nurwidiyanto menjelaskan Sungai mempunyai peran besar bagi kehidupan manusia. Hal itu terlihat dari kenyataan bahwa pada umumnya kota kota besar di dunia itu terletak di pinggir sungai.


Begitu dekatnya hubungan sungai dengan manusia sehingga keberadaanya banyak memberi inspirasi termasuk inspirasi seni dan pengembangan pariwisata. 


Jika Pemerintah Desa hendak mengembangkan pariwisata, yang penting untuk dilakukan adalah menggali kebutuhan masyarakat desa terhadap program wisata. Pengembangan wisata  harus mempertimbangkan pengembangan ekologi, mengembangkan dan menjaga budaya dan agama. 


Apa tujuan pengembangan wisata Bandongan? uang? ekologi dan budaya? apa spiritualitas? Selanjutnya, ia mengingatkan kalau tujuannya hanya uang khawatirnya akan terjadi overtourisme.


"Suatu kondisi di mana jumlah wisatawan di destinasi wisata tertentu dianggap terlalu tinggi oleh masyarakat setempat, sehingga mulai dirasa mengganggu. Menggangu budaya, spiritualitas dan ekologi," jelasnya.


Tak berbeda jauh dengan Dr. Nur Widiyanto, Prof Agus Purwantoro mengingatkan pengembangan wisata jangan mengorbankan idealisme dan mengurbankan hati. 


Saat erupsi Gunung Merapi beberapa tahun yang lalu merenggut kurban jiwa dan harta yang tidak sedikit, "Kurban masih berduka malah ada orang yang mengembangkan Lava tour. Para turis berfoto-foto di tempat dimana baru saja harta benda kurban tertimbun lava yang masih panas. Sebenarnya hal itu tidak boleh terjadi," ungkapnya.


Kegiatan Jogokali Camp itu diakhiri dengan susur sungai dan brain storming. "Kegiatan susur sungai juga bagian dari cara kami mempelajari habitat lingkungan sungai dengan cara2 yang lebih mengasyikan," pungkas Raras menutup perbincangan.

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar