Gerakan Seniman Masuk Sekolah, Memantik Proses Kreatif Peserta Didik

Dilihat 1307 kali
Maestro Seni Tari Didik Nini Thowok memberikan materi pembelajaran seni tari dalam program Gerakan Seniman Masuk Sekolah Belajar Bersama Maestro di Studio Mendut, Mungkid Kabupaten Magelang, 2022.

Sampai saat ini Indonesia, apabila ditelisik secara detail, telah memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan 1.340 suku bangsa yang tersebar di seluruh Nusantara. Masing-masing suku bangsa memiliki berbagai karya seni budaya, tutur dan pesan budaya yang mampu mendidik dan melakukan akselerasi untuk mengasah cipta, rasa, dan karsa demi keseimbangan manusia selama meniti kehidupannya.


Dari kekayaan karya seni budaya yang tumbuh dan berkembang di komunitas masing-masing, memiliki ciri spesifik sebagai penanda identitas daerahnya dan cerminan dari kearifan lokal. Implikasi dari kearifan lokal tersebut tak lain adalah suatu bentuk pengetahuan asli dalam masyarakat yang berasal dari nilai luhur budaya masyarakat setempat untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat atau dapat dikatakan bahwa kearifan lokal adalah bentuk budaya warisan yang ada di dalam kehidupan masyarakat (Sibarani, 2012).


Keberagaman seni budaya di masing-masing daerah yang tersebar di seluruh penjuru Nusantara tersebut perlu difasilitasi dan diimplementasikan secara optimal di sekolah dan di masyarakat, sehingga kondisi ini menjadi perangkat (tools) nilai strategis untuk membentuk karakter dan jati diri bangsa, agar terbangun peserta didik yang berkarakter dan berjiwa budaya.


Sekolah atau satuan pendidikan sebagai institusi formal, pada dasarnya sudah mengimplementasikan fungsi akademisnya dengan mengelaborasikan aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan secara proporsional dan berimbang. Adapun selama ini yang perlu lebih dioptimalkan adalah upaya sekolah untuk menyeimbangan aspek sosial dan emosional, sehingga potensi yang dimiliki baik dari minat, bakat, dan talenta lain dapat dikembangkan secara holistik oleh peserta didik.


Untuk merealisasikan aspek-aspek sosial maupun emosional tersebut, pemerintah telah mengakomodasi dengan meluncurkan program Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS). Harapan dari program tersebut yaitu untuk menginspirasi, memenuhi pendidikan peserta didik seutuhnya, membangun iklim sekolah yang menyenangkan, mengasyikkan, mencerdaskan, serta menguatkan. Kegiatan GSMS diharapkan juga dapat menciptakan warga sekolah yang dapat mengapresiasi seni budaya yang ada di masyarakat, sehingga sekolah maupun peserta didik tidak terasing dengan lingkungannya.


Membantu Keterbatasan Sekolah


GSMS merupakan aktivitas yang memfasilitasi dan membantu  sekolah dalam menghadirkan guru seni budaya yang selama ini menjadi kendala, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai menengah. Karena juga disadari, keterbatasan kemampuan teknis guru-guru seni di sekolah, kiranya program ini sangat membantu.


GSMS merupakan salah satu program prioritas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi di bidang kebudayaan dan sebagai pendukung Program Merdeka Belajar yang saat ini sedang digencar-gencarkan. Adapun sasaran dari program ini tidak lain adalah Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota, sekolah, seniman, peserta didik dan masyarakat.


Untuk merealisasikan program tersebut, target minimal pada tahun 2023 adalah 400 sekolah dengan 400 seniman yang melaksanakan pembelajaran di sekolah, dan dapat menjaring minimalnya 6.000 peserta didik di seluruh Indonesia. Adapun lama pelatihan dalam program ini adalah 19 kali pertemuan atau 4 bulan belajar bersama maestro seni sesuai dengan bidang keahliannya.


Program GSMS diharapkan dapat melestarikan (melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan) nilai budaya dan objek pemajuan kebudayaan kepada peserta didik melalui seniman yang mengajar di instansi sekolah. Di samping itu, program ini  merupakan salah satu sarana untuk memfilter talenta-talenta berbakat peserta didik di bidang seni, baik itu seni pertunjukan, seni rupa, seni media rekam, seni sastra, dan nilai budaya (Kemendikbudristek, 2023).


Adapun tujuan dari Program GSMS ini adalah, pertama menumbuhkan budaya sekolah yang sehat, menyenangkan, mengasyikkan,  mencerdaskan, dan menguatkan. Sekolah tanpa ada nuansa seni akan kering, suasana tidak kondusif, serta cenderung monoton.


Kedua, menjalin kolaborasi antara seniman dengan pihak sekolah. Kolaborasi tersebut perlu dibangun, agar sekolah memiliki cakrawala pandang luas terkait dengan perkembangan seni yang ada di luar menara gading sekolah. Seniman profesional dapat membantu sekolah untuk memberikan kontribusi ide-ide inovasi yang diharmonikan dengan perkembangan seni terkini.


Ketiga, membentuk karakter dan membangun sikap aktif, kreatif, apresiatif, serta inovatif peserta didik. Program GSMS secara tidak langsung akan menumbuhkan kreativitas peserta didik dalam bidang seni, karena akan memperkaya dari materi yang sudah diterima di sekolah.


Keempat, meningkatkan ekosistem sekolah yang berbudaya. Sekolah yang berbudaya tidak dengan mudah diperoleh secara instan, namun diperlukan kiat terus menerus tanpa lelah sampai kegiatan iklim berbudaya tersebut menjadi pembiasaan positif dalam kehidupan sehari-hari.


Transformasi Ilmu Seniman


GSMS adalah salah satu program yang dijalankan Direktorat  Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi dalam bentuk program seniman memberikan    materi kesenian dan nilai budaya atau nilai pemajuan kebudayaan lainnya yang tertuang dalam Undang-undang No. 7 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan pada kegiatan ekstrakurikuler di satuan pendidikan.


Program ini diimplemetasikan agar para peserta didik dapat menyerap secara langsung transformasi ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki seniman. Lebih jauh lagi program ini diimplementasikan dalam rangka menanamkan kecintaan dan wawasan yang lebih luas tentang karya seni budaya sehingga dapat memperkuat karakter peserta didik dalam tataran praksisnya. Resultansi kegiatan ekstrakurikuler dapat dipresentasikan dalam bentuk pameran atau pementasan dengan melibatkan publik yang lebih luas untuk diapresiasi.


Hal terpenting yang akan diperoleh peserta didik selama menjalani program GSMS adalah dapat meningkatkan kapabilitasnya untuk menyerap hal-hal paling mendasar dari kesenian itu sendiri, yakni kreativitas. Artinya kesenian dijadikan wahana belajar agar peserta didik dapat menjalankan proses kreatif yang diberikan oleh para seniman terhadap seni yang hidup di wilayah masing-masing guna membangkitkan kecintaan yang lebih intensif terhadap kesenian. Ekspektasi ke depannya, program ini dapat memperkuat karakter peserta didik menjadi pribadi yang utuh dan mandiri.  


Adapun yang perlu juga ditegaskan dalam program GSMS ini, bukan untuk mengarahkan peserta didik menjadi seniman, melainkan melatih karakter peserta didik agar lebih percaya diri, kreatif, dan kolaboratif. Program dari Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek ini patut diapresiasi bersama.


Tentunya perlu juga dipikirkan lebih jauh, setelah program ini selesai sekolah yang menjadi sasaran bisa secara mandiri dapat menindaklanjuti, agar program ini tidak terputus di tengah jalan. Hal tersebut sangat prinsip untuk menjadi bahan pemikiran, agar ilmu pengetahuan yang diterima dapat terus dilanjutkan yang pada gilirannya dapat menumbuhkan iklim budaya  kondusif di sekolah. 

 

(Oleh: Ch. Dwi Anugrah, Ketua Sanggar Seni Ganggadata Jogonegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kab. Magelang)

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar