Ada dua konotasi mengenai anak manja yang berkembang di masyarakat yakni anak yang tidak mandiri dan anak yang tidak bisa mengendalikan keinginannya. Jika anak dalam segala hal sering dibantu, sampai hal-hal kecil yang seharusnya bisa dilakukan oleh anak sendiri, maka ia akan menjadi anak yang tidak mandiri dan aspek kedewasaannya tidak berkembang. Orang yang tidak dewasa, atau anak yang tidak dewasa biasanya sulit mengendalikan keinginan dirinya dan selalu ingin dituruti kemauannya.
Penyebab anak menjadi manja biasanya adalah pola asuh orang tua yang tidak seimbang. Dalam arti terlalu banyak kasih sayang, toleransi tetapi disiplin tidak ditegakkan, segala sesuatunya dibantu. Pola asuh seperti ini dapat dikarenakan latar belakang kepribadian atau kondisi orang tua yang tidak percaya terhadap orang lain. Semua kebutuhan anak dipenuhi, dilindungi, dan dibantu. Orang tua seperti ini kalau melihat anaknya mandiri ia akan merasa tidak dibutuhkan lagi, jadi orang tua memang menikmati ketergantungan si anak pada dirinya.
Di setiap perkembangan anak, orang tua harus bisa melihat kemandirian anak yang sesuai dengan tahapan usia. Misalkan pada tahapan usia tiga tahun, anak harus sudah bisa bilang pergi ke toilet seperti ingin pipis, dan buang air besar, jadi tidak ngompol di tempat.
Anak yang manja sebenarnya bisa memberi tahu orang tuanya tetapi dia tidak mau, atau saat orang tua sedang menggantikan baju untuknya si anak tidak ada usaha sama sekali untuk membantu. Dari contoh tersebut tentu bisa dilihat kalau anak tersebut kurang mandiri. Sedangkan pada usia yang besar bisa dilihat pada kemandirian aspek makan, pada usia sekolah kemandirian pada aspek belajar, menyiapkan peralatan sekolah, dan sebagainya.
Anak tidak boleh dimanjakan sama sekali karena anak bereaksi berdasarkan kebiasaan, sekali pernah dimanjakan akan menjadi pola perilaku. Tidak boleh dimanjakan berarti tidak boleh ada bantuan dari siapapun untuk sesuatu hal yang sudah bisa dikerjakan sendiri. Kalaupun orang tua ingin membantunya dalam rangka menuju kemandirian, orang tua dapat membantunya secara bertahap tidak boleh seratus persen membantunya, agar pada akhirnya anak harus dilepas secara mandiri.
Kiat untuk mengatasi anak manja, orang tua harus mempunyai sikap. Sikap yang harus orang tua ambil adalah mengevaluasi diri kenapa menerapkan pola asuh seperti ini, apakah orang tua tersebut mempunyai latar belakang atau motivasi-motivasi tertentu, atau kompensasi pola asuh yang dialami orang tua semasa kecil, misalkan sewaktu kecil orang tuanya kurang mendapat perhatian, atau tidak bisa membelikan mainan sehingga melampiaskan pada anaknya.
Orang tua harus menegakkan peraturan terhadap anak, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, selain itu orang tua juga harus melatih kemandirian anak tahap demi tahap. Misalkan kalau anak belum bisa makan sama sekali, orang tua harus mengajarkannya dengan cara nasinya yang sudah ada di sendok oleh mereka disuapkan kepada anaknya, setelah itu diajarkan kembali dengan cara menyendok lalu menyuapkannya.
Bila orang tua tidak segera mengubah pola asuhnya, maka tidak menutup kemungkinan kebiasaan manja akan terbawa pada sang anak hingga dewasa. Contohnya, kalau pada anak usia sekolah, yang biasa dijumpai adalah orang tua menemaninya belajar, mengerjakan pekerjaan rumah si anak, dan bila si anak mendapat tugas prakarya orang tua akan mebuatkannya.
Pola asuh seperti ini akan membuat anak menjadi kurang inisiatif karena sering orang tua yang harus menghubungi guru menanyakan tugas dan pekerjaan rumah, dan bila terjadi konflik dengan teman-temannya karena keinginannya tidak terpenuhi anak akan kesal, dia akan mogok sekolah. Sedangkan pada usia remaja bila keinginannya tidak terpenuhi, ia dapat memberontak, misalnya dengan membolos sekolah, berkelahi dan sebagainya.
Ada baiknya orang tua mengajarkan anaknya menjadi mandiri sejak masih kecil, misalnya kalau masih bayi diajari memegang botol susu sendiri sambil tiduran, karena biasanya usia sembilan bulan anak sudah bisa memegang barang-barang yang diberikan orang tuanya sehingga jika besar anak tidak menjadi manja. Semoga.
P. Budi Winarto, S.Pd. Guru SMP Pendowo Ngablak Kabupaten Magelang
0 Komentar