Menjadi Guru Bahagia dalam Menyongsong Implementasi Kurikulum Merdeka

Dilihat 1791 kali
Guru dalam menyongsong implementasi kurikulum merdeka

Oleh: P.  Budi Winarto, SPd


KURIKULUM Merdeka secara serentak diimplementasikan di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia mulai tahun pelajaran 2022-2023. Dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka peran seorang guru sangatlah penting dalam pendampingan terhadap peserta didik. Disinilah dibutuhkan kreativitas dari seorang guru dalam mendampingi kegiatan belajar peserta didik di sekolah, sehingga pembelajaran sungguh dapat bermakna bagi perkembangan kepribadian peserta didik.

Peran seorang Guru

Pendidikan bangsa ini tidak lepas dari peran seorang guru. Pernahkah kita menyadari bahwa guru membangun sebuah pribadi dari yang tidak bisa membaca menjadi bisa membaca, dari miskin pengetahuan menjadi kaya pengetahuan, dan dari yang miskin nilai keutamaan hidup menjadi kuat dalam karakter?

Betapa besar peran seorang guru bagi pembangunan bangsa dan negara ini. Lalu bagaimana menghidupi panggilan sebagai seorang guru? Dan bagaimana pula menjadi seorang guru yang menghidupkan semangat belajar siswanya, lebih-lebih saat dimulainya implementasi Kurikulum merdeka pada tahun pelajaran 2022-2023 yang tidak selalu mudah untuk diimplementasikan  dan juga penuh tantangan seperti sekarang ini? 

Menghidupi Panggilan

Kata menghidupi panggilan tidak hanya sekadar menjalankan tugas mengajar sebagai guru, tetapi lebih dari itu, guru harus dengan totalitas dan kesungguhan hati mencurahkan hati dan pikirannya dalam pendidikan di masa transisi kurikulum 2013 ke kurikulum merdeka saat ini. Tidak cukup bagi guru hanya mengajar di kelas dan mentransfer pengetahuan kepada siswanya. Guru juga dituntut untuk mampu berdinamika dengan kehidupan siswanya, artinya pendampingan secara personal menjadi bagian penting untuk mengolah, memahami dan memotivasi siswa dalam pembelajaran akademik maupun pembelajaran nilai-nilai keutamaan hidup seperti kedisiplinan, kejujuran dan tanggung jawab. Cukup  banyak siswa yang kurang optimal dalam mengembangkan potensinya, dikarenakan tidak adanya pendampingan secara personal dalam hidup dan pembelajaran oleh gurunya.

Permasalahan keluarga, relasi, kesulitan akademik, dan berbagai persoalan pribadi ternyata sangat menghambat tumbuh kembang siswa di wilayah Ngablak dan sekitarnya, di mana saat ini penulis berkarya. Bagaimana mungkin siswa bisa berpikir optimal dalam pembelajaran, kalau masih banyak masalah hidup yang belum terselesaikan. Lebih sulit lagi jika siswa belum mampu berdamai dengan dirinya dan dengan keadaan hidupnya. Nah, disinilah pendampingan guru secara personal menjadi sangat esensial bagi pendidikan. Kemurahan hati seorang guru untuk memberikan waktu, tenaga dan pendampingan pada siswanya menjadi titik penting untuk masuk pada kedalaman konteks anak, sehingga guru mampu memahami, mengolah serta membantu membangun kesadaran diri siswa untuk mengambil langkah solutif terhadap permasalahan yang sedang dihadapi lebih-lebih saat menghadapi  masa transisi pergantian kurikulum 2013 ke kurikulum merdeka.

Growth conversation bisa menjadi metode untuk mengolah kehidupan anak, terutama di sekolah-sekolah yang lokasinya di daerah-daerah perdesaan, memampukan anak menjadi sadar diri dan menemukan solusi sendiri dalam permasalahan hidupnyai.  Metode ini merupakan metode percakapan yang dapat digunakan guru untuk mengolah hidup siswa dengan pedoman pertanyaan:

  1. G adalah goals, apa tujuan hidup anda saat ini?
  2. R adalah reality, bagaimana realita hidup anda saat ini?
  3. O adalah option, apa pilihan-pilhan hidup yang telah anda ambil?
  4. W adalah will, tindakan apa yang akan kamu ambil untuk menyikapi realita hidup anda?
  5. T adalah tactics, strategi apa yang anda ambil untuk mencapai tujuan hidupmu?
  6. H adalah habbits, bagaimana anda menjaga sustainabilitas dari strategi anda dalam mencapai tujuan?

Beberapa pertanyaan ini dapat membantu guru untuk melakukan wawan hati dan membantu siswa untuk menemukan sendiri permasalahan hidupnya. metode ini juga dapat menyadarkan diri siswa terhadap masalah hidupnya dan memampukannya dalam menemukan solusi terhadap masalah yang sedang dihadapi.

Pendampingan personal siswa sangatlah penting, terutama saat diimplementasikan kurikulum merdeka saat ini. Penurunan semangat belajar, penurunan prestasi dan daya juang siswa,bisa jadi salah satu penyebabnya adalah lemahnya pendampingan guru secara personal.

Teladan Bagi Siswa

Guru yang menghidupkan dan guru yang menghidupi panggilannya adalah guru yang mampu memberikan keteladanan dalam menghidupi nilai-nilai keutamaan hidup dan keteladanan untuk mau belajar dan menghidup semangat untuk menjadi manusia pembelajar. Bagaimana membangun karakter disiplin pada siswanya, jika guru sebagai formator tidak disiplin? Bagaimana membangun nilai tanggung jawab pada siswanya, jika ternyata dalam kesehariannya banyak tugas guru yang tidak dilaksanakan dengan baik? Ini menjadi pertanyaan reflektif bagi kita sebagai guru. Kita sebagai guru akan lebih mudah menanamkan nilai-nilai keutamaan hidup jika kita menghidupi nilai-nilai keutamaan hidup itu. Tanpa menghidupinya, maka peran kita sebagai guru yang sering dikatakan dalam bahasa jawa digugu lan ditiru  patut dipertanyakan.

Manusia pembelajar juga harus melekat dalam diri seorang guru. Guru sebagai motor penggerak pengetahuan bangsa harus memiliki komitmen untuk terus belajar dengan membaca dan menulis agar pengetahuan semakin berkembang dan tercipta metode pembelajaran yang variatif yang mampu menumbuhkan creative learning, critical learning dan membangun kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Keteladanan guru dalam membaca buku dan menulis di media massa menjadikan motivasi tersendiri bagi siswa untuk menjadi manusia pembelajar. Kepercayaan siswa terhadap guru menjadi meningkat, dan guru mampu menghidupkan dinamika ilmiah dalam diri siswanya.

Lalu bagaimana menjadi guru yang bahagia di saat mengimplementasikan kurikulum merdeka? Winston Churcill (tokoh politik, negarawan dan penulis dari Inggris) mengatakan, hidup adalah dari apa yang kita dapatkan, bahagia adalah dari apa yang kita berikan. Pernyataan ini sungguh menggelitik hati dan pikiran kita sebagai guru. Oleh karena itu, jika kita ingin menjadi guru yang bahagia, kita mesti memberikan pikiran dan semangat kita secara total untuk pendidikan, terlebih hati kita untuk mendidik dan masuk pada kedalaman pengolahan siswa kita. Dengan demikian, kita akan menemukan kebahagiaan sebagai seorang guru.

Kesungguhan hati untuk mendampingi siswa secara personal di saat mengimplementasikan kurikulum merdeka, kemauan untuk terus belajar, dan perjuangan untuk setia menghidupi nilai-nilai keutamaan hidup memampukan kita sebagai guru untuk memberikan sumbangan terbaik bagi pendidikan bangsa ini.

Lalu bagaimana dengan keadaan dan situasi para guru di Indonesia saat ini? Apakah sudah menjadi guru yang bahagia? Guru yang menjadi suri teladan bagi siswanya? Saya punya keyakinan apabila nilai-nilai Kedisiplinan, kerja keras, keikhlasan dalam bekerja dan Kejujuran sudah dihidupi dan diimplementasikan dalam kehidupan dan pekerjaan kita sehari-hari, terutama dalam menyongsong implementasi kurikulum merdeka, maka kita akan menjadi guru yang bahagia. Semoga.


*) Penulis adalah guru SMP Pendowo Ngablak

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar