Musik Pemantik Empati Sosial

Dilihat 2453 kali
Foto: Freepik.com

Sebagaimana sudah diketahui dan dirasakan oleh semua orang, musik merupakan seni yang melukiskan tentang keindahan yang disajikan dalam bentuk suara. Saat ini, musik bisa dikatakan sudah menjadi kebutuhan bagi manusia. Acara musik di televisi dan radio pun semakin banyak dan semarak.  Sudah dipastikan hampir semua orang setiap harinya mendengarkan musik sebagai penawar dahaga kehidupan.


Dalam kajian ilmu komunikasi, musik termasuk ke dalam komunikasi massa. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator terhadap komunikan. Dalam komunikasi massa, proses penyampaian pesan dapat dilakukan melalui musik. Musik merupakan media yang efektif untuk menyampaikan pesan. Dalam komunikasi dengan menggunakan musik, dapat disimpulkan bahwa musisi sebagai komunikator, lirik dan irama sebagai media, dan masyarakat sebagai komunikannya (https://www.kompasiana.com).


Di samping itu  musik juga bisa sebagai media penyampaian nilai-nilai kebaikan melalui melodi maupun lirik lagu dari pencipta musik kepada para pendengarnya. 


Musik bisa melambangkan suatu hal yang dilihat dari aspek-aspek musik itu sendiri, seperti tempo sebuah musik. Tempo lambat, identik dengan menceritakan hal-hal yang menyedihkan, sehingga musik itu melambangkan kesedihan. Tempo cepat mengindikasikan nuansa sebagai penyemangat manusia dalam meniti roda kehidupan.


Ungkapan keprihatinan


Sampai saat ini bencana alam yang menimpa negeri ini terus berdatangan tak kunjung henti. Para musisi tak kurang akal untuk menangkap peristiwa tersebut  dengan melakukan proses kreatif  menciptakan lagu-lagu dengan tema  bencana dan kepedulian pada alam serta lingkungan.  Lagu-lagu tersebut tidak sekadar  mencatat peristiwa, tetapi juga sebagai ungkapan keprihatinan pada kondisi alam yang lambat laun sudah mulai rusak. 


Masih terngiang di telinga kita lagu bertema bencana yang bisa dikatakan poluer adalah "Berita Kepada Kawan" milik penyanyi dan musisi Ebiet G Ade. 


Setidaknya selama bertahun-tahun, setiap kali bencana alam melanda Tanah Air, lagu "Berita kepada Kawan" berkumandang berulang-ulang, baik di radio maupun televisi.


Musik maupun liriknya yang menyayat hati mewakili kepedihan yang selalu muncul  setiap kali bencana melanda tanah air. "Berita kepada Kawan" ibarat lagu latar bencana alam yang terjadi di Indonesia. 


Ebiet G Ade selaku pencipta dan pelantun lagunya pun tak pernah menyangka, lagu yang tahun ini berusia 42 tahun itu, masih terus diputar dan tetap relevan dengan situasi zaman yang justru makin kerap dilanda bencana.


Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan/Sayang engkau tak duduk di sampingku kawan/ Banyak  cerita yang mestinya kau saksikan/Di tanah kering bebatuan. 


"Berita kepada Kawan" diciptakan tahun 1979 sebagai ungkapan  keprihatinan  Ebiet terhadap bencana Kawah Sinila, Dieng Jawa Tengah yang kala itu  mengeluarkan racun dan menewaskan kurang lebih 150 orang (Kompas, 2021).


Gempuran badai tsunami yang melanda Provinsi Serambi Mekah Aceh pada tanggal 26 Desember 2004  juga tercatat dalam beberapa lagu sebagi wujud proses kreatif para musisi. Salah satunya lagu bertajuk "Indonesia Menangis" yang dirilis  tahun 2005, dilantukan oleh Sherina. 


Untuk mengembalikan semangat Indonesia, Iwan Fals pun melahirkan lagu "Saat Minggu Masih Pagi" yang merekam peristiwa tsunami, serta "Harapan Tak Boleh Mati" untuk mengembalikan semangat Indonesia.


Beberapa tahun terakhir lagu "Ibu Pertiwi" personifikasi Tanah Air, juga  kerap bergaung setiap kali bencana menerjang, termasuk saat pandemi Covid 19 melanda tanah air. Lirik lagu tersebut sangat mengharu biru. 


Kulihat ibu pertiwi/Sedang bersusah hati/Air matanya berlinang/Emas intannya terkenang.


Beberapa penyanyi telah melantunkan lagu ini baik melalui konser virtual maupun diunggah ke youtube. Seperti penyanyi Andien, salah satu penyanyi Indonesia yang beraliran musik Jazz menuai sukses dalam dalam konser penggalangan dana akibat  pandemi Covid-19 pada bulan Maret 2020.


Di samping lagu berlatar bencana, para musisi juga telah mencipta lagu bertema alam sebagai ajakan untuk  mencintai alam  dan peduli lingkungan. Sebagian berupa kritik terhadap alam dan lingkungan  yang dirongrong tanpa henti.


Wujud empati 


Karya  para musisi tersebut merupakan wujud empati terhadap situasi sosial juga lingkungan yang terjadi di Tanah Air. Harapannya, dari lagu yang diciptakan akan dapat memantik empati sosial dari publik. Tak bisa dipungkiri, pada era sekarang ini sifat konsumtif dan hedonistik sangat tinggi. Banyak di antara komunitas, yang hanya mementingkan diri sendiri dan kurang empati pada kondisi sosial dan lingkungan di sekitarnya.


Lagu sebagai bagian dari seni musik, pada dasarnya dapat memberikan motivasi dan terapi sosial. Isi lagu, nada, melodi, bila dicermati dengan intuisi  mendalam akan dapat memberikan stimulasi emosional agar   manusia tersebut melakukan perubahan. 


Dengan demikian bisa diyakini secara positif, musik yang dibingkai dalam suatu lagu dapat menjadi pengingat agar masyarakat bisa melakukan perubahan baik melalui hal-hal yang kecil sampai ranah lingkup sosial yang lebih luas.


Ch. Dwi Anugrah

Ketua Sanggar Seni Ganggadata

Jogonegoro, Kec. Mertoyudan

Kabupaten Magelang                                                                                                                                                             

                                                                                                                                                         

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar