Pentingnya Penilaian Autentik dalam Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM)

Dilihat 41373 kali
Penilaian autentik (authentic assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap (afektif), keterampilan (psikomotorik) dan pengetahuan (kognitif)

P. Budi Winarto, SPd*)


DALAM mengimplementasikan kurikulum merdeka penilaian autentik (authentic assessment) sangat penting dilakukan oleh guru supaya penilaian atau asesmen terhadap peserta didik dalam proses pembelajaran kualitasnya semakin meningkat. Sebenarnya apa penilaian autentik itu? Penilaian autentik (authentic assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap (afektif), keterampilan (psikomotorik) dan pengetahuan (kognitif). Istilah assessment diartikan sama dengan pengukuran, pengujian atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dengan nyata, asli, valid atau reliable. Maka, secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekalipun. Dalam penerapan penilaian autentik untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik, Guru harus sudah menggunakan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.

Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum merdeka. Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring dan lain-lain. Penilaian autentik cenderung terpusat pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, yang memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematis terpadu dalam pembelajaran untuk mata pelajaran yang sesuai.

Penilaian autentik yang diamanatkan dalam kurikulum merdeka mengharuskan pembelajaran yang autentik pula. Belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam kenyataan hidup di luar sekolah.

Kurikulum merdeka mengamanatkan bahwa Penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang ada.

Penilaian autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda. Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif.

Dalam pembelajaran autentik seperti yang diamanatkan kurikulum merdeka, peserta didik diminta untuk mengumpulkan informasi dengan pendekatan saintifik, memahami aneka fenomena dan gejala dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang ada diluar sekolah. Guru dan peserta didik memiliki tenggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang ingin mereka pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel dan bertanggung jawab untuk tetap pada tugas.

Penilaian autentik pun mendorong peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.

Pada pembelajaran autentik, Guru harus menjadi Guru autentik. Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, Guru harus memenuhi kriteria tertentu: Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain pembelajaran. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumber daya memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan pemahaman peserta didik. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan menimba pengalaman dari luar tembok sekolah.

Jenis-jenis Penilaian Autentik

Jenis-jenis penilaian autentik adalah sebagai berikut:

1. Penilaian Kinerja

Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan partisipasi peserta didik,khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya.

Cara merekam hasil penilaian berbasis kinerja:

  • Daftar chek (checklist)
  • Catatan anekdot/narasi (anecdote/narrative records)
  • Skala penilaian (Rating scale)
  • Memari/ingatan (Memory approach)

2. Penilaian Proyek

Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis dan penyajian data.

Tiga hal yang perlu diperhatikan Guru dalam penilaian proyek:

  • Keterampilan peserta didik dalam memilih topic, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
  • Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan peseta didik.
  • Keaslian sebuah proyek pembelajaran  yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.

3. Penilaian Portofolio

Penilaian potofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata kehidupan sehari-hari. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.

Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah berikut:

  • Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio
  • Guru atau Guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.
  • Peserta didik,baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan Guru menyusun portofolio pembelajaran.
  • Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
  • Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
  • Jika memungkinkan, Guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.
  • Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.

4. Penilaian Tertulis

Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uaraian sedapat mungkin bersifat koprehensif sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Dalam implementasi kurikulum merdeka jika para guru telah melaksanakan penilaian autentik (authentic assessment) dengan baik diharapkan penilaian (assessment) terhadap peserta didik kualitasnya akan meningkat. Dan akhirnya kualitas pendidikan di Indonesia juga akan meningkat. Semoga.


*) Penulis adalah Guru SMP Pendowo Ngablak

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar