Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak

Dilihat 639 kali

AKHIR-akhir ini kita dikejutkan dengan berita di media massa berkaitan dengan  peristiwa kenakalan remaja, seperti tawuran antar kelompok remaja, pornografi, pencurian yang dilakukan oleh remaja, bahkan sampai kasus pembunuhan yang melibatkan remaja. Nampaknya, anak yang mempunyai masalah seperti itu adalah anak-anak yang kondisi keluarganya tidak stabil, entah orang tuanya bercerai, atau orang tua yang jarang bertemu dengan anak-anaknya.

Seorang anak yang memiliki masalah dapat dikategorikan dalam tiga situasi. Pertama, anak yang mempunyai masalah karena dia terhalang untuk memuaskan suatu kebutuhan. Misalnya kebutuhan untuk didengarkan, disayang, dimengerti, dan sebagainya. Masalah ini bukan masalah orang tua karena tingkah laku anak tidak mengganggu orang tua secara langsung dalam memuaskan kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri.

Kedua, anak memuaskan kebutuhannya sendiri (ia tidak mengalami rintangan) dan tingkah lakunya tidak mengganggu kebutuhan orang tuanya. Misalnya anak yang senang bermain bola dengan  teman-temannya, menonton film, main game di internet, nonton youtbe, tik tok, dan sebagainya. Dalam hal ini tidak ada masalah dalam hubungan mereka.

Ketiga, anak memuaskan kebutuhannya sendiri (ia tidak mengalami rintangan) tetapi tingkah lakunya merupakan masalah bagi orang tua, karena mengganggu orang tua dalam memuaskan kebutuhan-kebutuhan mereka. Misalnya anak yang ingin tahu tentang gambar-gambar yang tidak senonoh dari internet, rasa keingintahuan anak terpenuhi setelah ia membuka situs internet yang khusus menampilkan gambar-gambar bagi orang dewasa. Setelah itu dengan bangga ia memperlihatkan gambar itu di sekolah kepada teman-temannya, celaka ia tidak mengetahui bahwa gambar itu terlarang secara umum, akhirnya ia tangkap oleh guru dan orang tua dipanggil oleh sekolah.  Sekarang  orang tua memiliki masalah yang disebabkan oleh anaknya.

Membedakan tiga hal tersebut tidak mudah karena orang tua harus selalu mengelompokkan tiap situasi yang terjadi dalam hubungannya dengan anak. Bila orang tua menerima kenyataan bahwa masalah-masalah itu adalah masalah anak, ini tidak berarti bahwa orang tua tidak perlu memperhatikan, mengurus, atau menawarkan [ertolongan. Kebanyakan orang tua meletakkan tanggung jawab menyelesaikan masalah di tangan anak sendiri. Ia memperbolehkan anak memiliki masalah, dan percaya sumber-sumber di dalam diri diri anak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Orang tua dengan berbagai alasan lari dari tanggung jawab dalam mendidik anak, karena fokus perhatian mereka adalah memenuhi kebutuhan dalam dirinya sendiri, entah dalam pekerjaan, karier, relasi, dan mungkin juga orang tua tidak mengerti bagaimana seharusnya dia perbuat.

Satu hal yang tidak dapat ditawar lagi adalah, orang tua harus menjadi pendengar aktif bagi anak-anaknya, baik yang sedang mengalami atau tidak mengalami masalah. Mendengar aktif adalah metode untuk mempengaruhi anak agar mencari penyelesaian terhadap masalahnya sendiri. Orang tua menjadi saluran positif yang akan menangkal pengaruh negative yang ditawarkan oleh lingkungannya. Baik dalam situasi 1 maupun situasi 3 di atas, melalui mendengar aktif penyebab masalah akan muncul, sehingga penyelesaian dalam dialog orang tua dengan anak akan muncul pula.

Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membangun keluarga yang kuat dalam mendidik anak.

1) Komunikasi

Komunikasi yang efektif akan membaut keluarga menjadi kokoh. Hubungan antara yang berbicara dan yang mendengar baik kuantitas maupun kualitasnya selalu dijaga. Masalah terjadi biasanya kalau tidak ada komunikasi di antara anggota keluarga. Tidak dapat dihindari komunikasi tidak dapat terjadi dengan baik kalau ayah dan ibunya berpisah, orang tua jarang di rumah, atau kasus-kasus lain yang menimpa orang tua. Komunikasi hendaknya dilakukan baik secara verbal (ungkapan, tulisan) maupun non verbal (belaian, acungan jempol)

2) Penghargaan

Penghargaan merupakan sarana yang ampuh bagi seorang anak, sehingga dia memiliki harga diri. Harga diri dibutuhkan bagi si anak untuk berkembang lebih positif. Penghargaan dapat dilakukan dengan kata-kata yang positif: Saya yakin kamu bisa, Kamu sudah berusaha keras,Nak, dan saya sungguh senang bahwa kamu terus berusaha. Penghargaan selalu berkaitan dengan reaksi positif dari orang tua terhadap aksi anak. Reaksi positif adalah menyetujui, menghargai, gembira, cinta, dan dorongan. Hal ini sangat perlu untuk mengembangkan rasa percaya diri, harga diri yang positif, perasaan bahagia, perkembangan diri, dan memberi motivasi pada diri anak untuk lebih maju. Sebailiknya reaksi negative seperti mencari kesalahan anak, marah, celaan, penolakan, taka da tanggapan, akan menyebabkan anak kurang menghargai diri, bingung, tidak aman, putus asa, perasaan tidak bahagia, akibatnya anak mencari kebahagiaan di luar rumah.

3) Komitmen

Komitmen keluarga yang kuat adalah keluarga yang setuju dengan keunikan dalam anggota keluarganya. Setiap anggota keluarga memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan dalam keluarga. Komitmen hendaknya dipegang teguh oleh orang tua, terutama komitmen untuk mendidik dan menanamkan nilai-nilai positif pada anak. Komitmen untuk mendengar, untuk memberikan kesempatan anak berkembang positif dalam bidang seni atau olah raga, memberi dukungan pada pengembangan hobinya, dan tidak lupa mendorong anak untuk selalu taat pada agama yang dianutnya.

4) Nilai-nilai Kebaikan

Nilai-nilai kebaikan dalam keluarga adalah keyakinan positif dalam interaksi antar manusia. Keyakinan ini membantu anggota keluarga untuk saling mempercayai satu dengan yang lain dan belajar untuk memberi dan menerima cinta. Kekuatan keluarga terletak pada saat mereka saling membagikan masalah, kepercayaan dan cinta mereka dapat menghasilkan pemecahan masalah yang efektif. Nilai-nilai kebaikan menjadi modal dasar bagi setiap individu untuk membentuk suatu karakteristik keluarga tersebut. Nilai-nilai kebaikan menjadi filter bagi anak untuk menerima atau melawan tawaran-tawaran dunia yang ada di sekelilingnya.

5) Memiliki Waktu Bersama

Meluangkan waktu bersama dalam suatu keluarga adalah pengalaman yang luar biasa bagi individu manusia. Dua hal yang harus ada dalam waktu bersama yaitu kualitas dan kuantitas. Kebersamaan yang sering dilaksanakan dan pertemuan yang bermakna. Keluarga yang kuat memberikan makna yang dalam tentang waktu, karena waktu bersama sangat berarti bagi setiap anggota keluarga.

6) Kemampuan untuk Terhindar dari Stres, Konflik, dan Krisis

Perpaduan dari kelima hal di atas merupakan inti yang dalam bagi keluarga. Inti ini sabagai sumber penyelesaian ketika konflik dan krisis datang. Keluarga yang kuat dapat bertahan dan dapat berjuang mengatasi masa-masa yang sulit.

Paparan di atas dan menawarkan kembali makna keluarga dalam pendidikan. Tanggung jawab penuh ada dalam keluarga, sekolah membantu dalam pendidikan akademis dan pendidikan nilai yang menyertainya. Harapan bahwa orang tua dan guru saling bahu membahu dalam mempersiapkan masa depan anak adalah penting. Saat ini adalah saatnya kita memerangi pengaruh negatif yang dapat merusak masa depan anak-anak kita. Siapa yang bertanggung jawab dan yang harus melakukan, kita semua baik orang tua dan guru, di mana pun kita berada. Semoga.


*)Penulis: P. Budi Winarto, S.Pd, Guru SMP Pendowo Ngablak Kabupaten Magelang

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar